Harus olahraga! Hanya dua kata pendek itu yang diterima Iman Chandra dari dokter tahun 2007 lalu. Akibat dari “rapor merah” kondisi kesehatannya. Kolesterol berada jauh di atas batas normal.
“Tidak mungkin juga minum obat seumur hidup. Tentunya juga harus jaga makan,” bilang Ichan, sapaan akrabnya. Bingung, karena Ichan tidak memiliki latar belakang sebagai olahragawan rutin. Sempat ada ajakan untuk bermain bulu tangkis, berenang, dan jogging. Tapi semua itu dirasa kurang pas di hatinya.
“Jogging masih oke karena tinggal pakai sepatu dan keluar rumah. Bulu tangkis dan berenang susah karena harus meluangkan waktu khusus untuk itu. Dan itu susah untuk saya,” tukasnya.
Beruntung, Ichan kenal dengan ketua Bike2Work Bogor yang sedang gencar-gencarnya berpromosi. “Saya kontak Ramadhani Achdiawan, ketuanya untuk konsultasi sepeda dan rute gowes,” tuturnya. Setelah bertemu, Dhani menyarankan gowes setiap hari. Selain menghindari traffic Bogor Jakarta yang macetnya gila-gilaan juga bisa lebih sehat.
Dhani memberi pesan, tidak perlu kebut-kebutan, asal rutin dan konsisten. “Setiap hari, saya gowes sejauh 90 km pergi pulang cocok jadi sarana olahraga,” tuturnya.
Tak terasa, sudah 12 tahun Ichan gowes pergi dan pulang kantor. Awalnya menggunakan sepeda Polygon Astroz. Lalu sempat berganti dengan MTB Scott, sepeda lipat Dahon. Dan terakhir, sepeda lipat Brompton M6L Limegreen.
Yang terakhir inilah yang jadi trademark Ichan. Mayoritas cyclist Brompton mengenal Ichan dari warna sepeda ini.
Ichan menemukan kegembiraannya seperti “puber kedua”. Dirinya merasa bahagia ketika gowes dengan Brompton itu. “Jarak 90 km pergi pulang tidak terasa karena saya selalu menebar senyum sehingga orang-orang juga menyapa saya dengan ramah,” bilangnya memberi tips.
Beruntung juga, kantornya PT. Cemindo Gemilang menyediakan fasilitas kamar mandi lengkap dengan shower. Jadi Ichan tinggal bawa baju dan mandi begitu sampai kantor.
Dengan sepeda juga, Ichan menemukan banyak pengalaman baru yang unik. Saat bertugas di India selama tiga tahun, tak terhitung berapa kali Ichan diberhentikan oleh polisi atau sesama cyclist.
“Awalnya saya kaget, tapi ternyata bukan karena salah jalan. Tapi mereka ingin tahu ini sepeda apa dan bagaimana cara melipatnya. Setelah saya praktekkan mereka terkagum-kagum. Saya seperti sales sepeda lipat. Hahaha…,” tuturnya bangga.
Selepas weekdays, di weekend Ichan kerap gowes keluar kota bersama teman-teman Komunitas Brompton Owner Group Indonesia (BOGI) dan Brompton Monas Cyclist (BMC). Rute ke Sentul atau Puncak jadi menu wajib. “Tiap tiga bulan sekali turing lebih jauh bisa ke Bandung,” tukas Ichan yang juga tak pernah melewatkan even Brompton di Bali, Bangka, Padang, Jogja, Semarang, atau Pangandaran ini.
Ichan juga suka mengamati perilaku orang. Dengan bersepeda, Ichan merasa lebih dekat dengan masyarakat jadi bisa tahu berbagai sifat manusia di sepanjang perjalanan bersepeda ini.
Meskipun banyak senangnya, Ichan juga merasakan duka bersepeda. Bila di perjalanan terjadi trouble sepeda. “Pernah ban pecah, jadi tidak bisa diganti. Harus melanjutkan perjalanan dengan taksi,” tutur ayah empat orang anak ini.
Pengalaman seru seperti harus mencari “jalan tikus” demi cepat sampai kantor dijalani dengan mudah bersama Brompton. “Lucunya, ketika masuk gang itu, saya sering dikira bule, dipanggil mister. Pernah juga dikejar anjing di gang kecil. Paling sering disorakin anak kecil,” ceritanya lantas tertawa.
Saat ini, Ichan sudah tidak memiliki problem kesehatan. “Hikmahnya sangat baik. Dengan gowes saya jadi punya banyak teman, saya hepi, dan kondisi kesehatan saya sempurna. Saya akan terus gowes agar sehat dan tetap berteman dengan banyak orang,” tutup pria yang berulang tahun tiap tanggal 1 Juli ini. (mainsepeda)