Berbagai tabrakan dan masalah teknis menggagalkan kiprah para pembalap junior Indonesia di Tour de DMZ 2019, di Korea Selatan. Lima pembalap tim Continental, Customs Cycling Indonesia (CCI), semua terhenti di Etape 2, Sabtu (31 Agustus).
Dari kiri: Hidayat Lukman Firdaus, M. Rizki Agustin, Tri Mulandi, Lee Riant Arya Wibawa, dan Adhithia Alung Nugraha.
Pertanda buruk sudah terlihat saat etape 113 km itu baru dimulai dari Inje. Saat masih masa netral, dua pembalap CCI terjungkal bersama beberapa pembalap tim lain. Namun belum ada masalah, semua bisa lanjut normal.
Tidak lama kemudian, saat lomba berlangsung 12 km, Lee Riant Arya Wibawa mengalami pecah ban. Sayang, mobil tim tidak melihat dan dia terlewatkan. “Lee akhirnya dibantu petugas neutral support, setelah menunggu sepuluh menitan. Jadi dia kehilangan banyak waktu,” ungkap Samai Amari, pelatih CCI.
Adhithia Alung Nugraha (103) dan M. Rizki Agustin terlibat kecelakaan saat masih masa netral start Etape 2 Tour de DMZ 2019.
Tidak jauh dari situ, petaka lebih besar terjadi. Pada km 25, Adhithia Alung Nugraha dan Tri Mulandi terlibat dalam kecelakaan besar. “Tri dan Alung masih di dalam peloton utama. Saat turunan, ada pembalap Korea dan Thailand yang bersenggolan dan jatuh. Apesnya, Tri dan Alung tak sempat menghindar,” jelas Samai.
Tri mengalami luka cukup parah di tangan, kaki, dan bahu. Tapi, semangat juang pembalap asal Tenggarong, Kalimantan Timur, itu masih tinggi. Tri bersama Alung terus melanjutkan lomba.
Jeruji wheelset mereka ternyata menyusul patah, walau diganti tetap menghambat upaya mereka untuk mengejar peloton.
Selepas membantu Tri dan Alung, Samai yang berbagi mobil support dengan tim WCC Korea bergegas ke depan. Ternyata, ada lagi M. Rizki Agustin terlibat tabrakan dan mengalami pecah ban. Dia harus menunggu bantuan neutral support karena mobil itu juga harus mengawal pembalap WCC Korea yang melejit di depan.
“Saya sempat bingung dan frustrasi karena tidak bisa mendampingi pembalap-pembalap saya,” kata Samai. Alhasil, para pembalap CCI gagal finis sesuai time limit. Pembalap kelima mereka, Hidayat Firman Firdaus, sudah lebih dulu gagal mengikuti Etape 2 karena demam dan gagal menuntaskan etape pertama.
Mochammad Ircham, manager CCI, sangat menyayangkan hasil ini. Apalagi, kiprah CCI di etape pertama Jumat sebelumnya (30 Agustus), termasuk bagus. Mereka konsisten berada di peloton kedua. “Hasil Etape 1, Tim CCI berada di peringkat 17 dari 21 tim. Masih di depan tim nasional junior Hongkong, Malaysia, Srilanka, dan Seoul High School. Juga Tri Mulandi finis di peringkat 44 dari 109 starter,” jelasnya.
Lee Riant Arya Wibawa di Etape 1 Tour de DMZ 2019.
Tersisih dari lomba, pasukan CCI tetap tinggal di Korea sampai akhir Tour de DMZ, Selasa, 3 September ini. Programnya saja yang diubah, menjadi latihan harian.
“Hari Minggu (1 September, Red) kami latihan tiga jam di Kota Yeoncheon-Gun, Seninnya latihan di pinggiran Kota Gimpo. Tim ini tetap harus punya volume latihan yang cukup. Karena sepulang dari Korea, Tim CCI Junior ini akan langsung mengikuti Tour de Linggarjati, 13-15 September nanti,” ujar Samai.
Tour de DMZ Korea ini masuk kategori UCI 2.Ncup. Tempat berkiprahnya tim-tim nasional junior. Para pesertanya sangat mentereng. Seperti tim nasional Amerika Serikat, Kazakhstan, serta negara-negara Eropa dan Asia lain. Ada pula pasukan junior dari tim-tim Continental atau Korea. Tim CCI adalah satu-satunya wakil dari Indonesia. (mainsepeda)