Gowes Santai Sambil Foto-Foto dan Mencari Oma Ere

| Penulis : 

Sudah puas menikmati pemandangan Danau Kelimutu di kota Moni, kami lanjutkan perjalanan turing dengan sepeda tandem ke kota Ende, Flores, NTT. Kota ini terkenal karena di sinilah Bung Karno pernah diasingkan selama empat tahun (1934-1938) oleh pemerintahan Belanda. Perjalanan gowes hari ketiga ini tidak jauh. Hanya 56 km dari kota Moni menuju kota Ende. Hari ini kami banyak bertemu, berbincang, melepas kangen dengan warga Flores, NTT.

Jam 9 pagi kami baru keluar hotel Bintang Lodge, kota Moni setelah mempersiapkan sepeda serta packing semua barang bawaan kami. Pagi ini, kami memilih sarapan pagi di Mopi’s Place. Menu yang istimewa dan enak. Kami makan roti dengan selai dan mentega. Widi makan pancake cokelat yang cokelatnya bikinan sendiri. Minumnya? Secangkir kopi hitam khas Kelimutu. Sedaaap!

 

Hari ini cukup santai. Selain jarak hanya 56 km, kami menanjak tidak terlalu tinggi, hanya 600 meter saja. Sekeluar dari Mopi’s Place langsung diberi “sarapan” gowes menanjak sejauh 8 km dari ketinggian 700 meter menuju 1.100 meter.

Tapi saya tidak merasakan capek sama sekali. Saya sangat menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan. Sangat indah bahkan! Saya tidak tahan untuk tidak berhenti dan foto. Sampai-sampai Widi mengomeli saya karena sering berhenti. Hahaha…

Lucunya, penduduk Flores mempunyai cara tersendiri untuk menyebutkan ada penanda apa di kilometer itu. Misalnya “km 14 ada pemandangan indah” atau “km 2 ada gereja” atau lainnya.

Istri saya itu mempunyai memori nostalgia tak terlupakan di pasar buah kawasan pasar induk desa Nduaria. Kami pernah ke tempat ini tahun 2014 lalu. Untuk survei acara gowes Srikandi 5.

Waktu itu, Widi berniat foto bersama warga setempat. Bertemulah dengan oma Ere. Dia menyambut Widi penuh kehangatan dan peluk kasih sayang seperti anaknya sendiri. Jadilah Widi sangat dekat dengan oma Ere.

Sayang, Widi kehilangan kontak. Hari ini Widi ingin kembali bertemu oma Ere. Saya lupa-lupa ingat letak pasar buah itu. Tapi saya ingat, pasar itu berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Kota Moni ada di ketinggian 700 meter. Jadi kami gowes setinggi 400 meter untuk mencapai pasar induk desa Nduaria.

Setelah bertanya-tanya ke orang-orang sekitar, akhirnya kami bertemu. Lagi-lagi pertemuan penuh haru dan tangis. Oma Ere sudah susah berjalan dan pandangan matanya mulai kabur, berbeda dengan 5 tahun lalu.

Cukup lama kami melepas rindu dengan oma Ere. Lalu perjalanan dilanjutkan. Banyak turunan dan saya sangat bersyukur karena Polygon Impressa kami ini menggunakan disc brake jadi percaya diri saat mengerem.

Memang, gowes hari ini adalah gowes “jumpa fans” karena kami banyak berjumpa dengan penduduk lokal Flores. Saat kami mencari kudapan lokal Flores yakni singkong goreng dan sambal di kawasan Wolofeo Detusoko sekitar 28 km dari kota Moni, kami bertemu dengan ibu yang sangat ramah. Widi sangat cocok, mereka ngobrol tentang kehidupan!

Saya terpaksa menyetop pembicaraan asik mereka. Perjalanan harus dilanjutkan. Akhirnya, mereka bertukar nomor handphone. Setelah kami berdua mengayuh pedal sepeda tandem, saya tiba-tiba ngidam kopi asli tanpa campuran khas Flores.

Kami menemukan Pondok Mampir di kawasan Wonotolo. Pemiliknya sangat ramah. Kami bicara banyak hal sambil menikmati kopi yang sangat nikmat itu.

Puas dengan kopi, kami kembali menyusuri jalan raya. Kali ini banyak menu turunan. Tak terasa, kota Ende sudah di depan mata. Tepat jam 14.00 kami masuk kota Ende dan langsung berhenti di depot Sambal Colek dan memesan menu ikan bakar, cumi bakar, dan ayam. Lalu kami istirahat di hotel Gran Wisata, kota Ende.

Hari ini agak santai, ringan, dan banyak ngobrol dengan warga Flores. Tapi jangan ditanya menu hari ini, Selasa, 17 September. Kami akan “tersiksa” gowes dari kota Ende menuju Manalalu sejauh 125 km dan harus menanjak setinggi 2.400 meter. Wish us luck!*

Daftar bawaan Francesco Bruno dan Widi Bruno

dua buah pannier masing-masing berisi :

1. 2 buah jersey

2. 2 buah celana sepeda

3. 1 buah sweater

4. 2 buah kaus T-Shirt

5. 5 buah celana dalam

6. 2 celana pendek dan legging

7. 1 pasang sepatu MTB

8. 1 pasang sandal

9. alat mandi

10. jaket hujan

11. 36 Strive bars

12. 2 buah ban dalam

13. tool kits

14. catok rambut

Populer

Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
GCR Malang Punya Jersey Baru, Lebih Sejuk dan Menarik
Giliran EJJ Boleh Berbagai Jenis Sepeda, Kecuali eBike!
Kolom Sehat: Akhir Tahun 2024
Investor Kakap dari Tiongkok, Akankah Bawa XDS Astana Keluar dari Degradasi?
Kalender Mainsepeda 2025: Dibuka EJJ, Trilogy Telah Menanti
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Hujan Sepanjang Jalan, Puluhan Cyclist DNF