Weight weenie, alias obsesi memiliki sepeda super ringan, termasuk tradisi lama di arena sepeda. Di zaman baheula, para pembalap tak jarang mengebor komponen-komponen besi yang tidak struktural untuk membuat tunggangannya lebih ringan.

Sekarang pun, di era karbon, orang terus mencari cara untuk membuat sepedanya super ringan. Biaya bukan masalah.

Di arena balap, obsesi ini sudah tidak seperti dulu. Karena regulasi UCI (federasi balap dunia) menegaskan bobot minimum sepeda untuk kompetisi harus minimal 6,8 kg.

Di luar arena balap resmi, apalagi di ajang-ajang menanjak, obsesi ini terus berlanjut. Bagaimana membuat sepeda seringan mungkin tapi masih aman dan fungsional.

Sekali lagi, biaya bukan pertimbangan sama sekali.

Sampai ada gurauan, bahwa untuk mendapatkan sepeda berbobot 7-9 kg, harga Rp 15 juta hingga Rp 50 juta “cukup.” Lalu kalau mau di bawah 7 kg, harga bisa menembus Rp 100 juta. Kalau mau di bawah 6 kg, harga dengan mudah mendekati Rp 200 juta. Apalagi kalau sangat ingin di bawah 5 kg.

Tentu saja, ini membuat semua penasaran. Kenapa kok bisa begitu mahal? Apa saja yang harus dibeli atau diganti? Berikut penjabarannya:


PILIH FRAME RINGAN

Bagian paling kelihatan dari sebuah sepeda tentu adalah frame. Biasanya, frame yang ideal untuk sepeda weight weenie adalah frame “standar” allrounder, bukan aero bike atau endurance bike.

Contohnya Trek Emonda SLR, Cannondale SuperSix Evo, Specialized Tarmac, atau merek Indonesia seperti Wdnsdy AJ1 (gambar). Frame-frame ini biasanya memiliki berat di bawah 850 gram. Ideal untuk merakit sebuah sepeda ringan.

Atau, kalau mau opsi lebih ekstrem, bisa membeli frame-frame “butik” yang menonjolkan keringanan. Misalnya AX Lightness Vial Evo. Bobot frame-nya bisa di bawah 700 gram.

PILIH GRUPSET RINGAN, TAPI…

Grupset, selain wheelset, merupakan sumber bobot utama sebuah sepeda. Sebuah frame tak sampai 1 kg, tapi satu grupset lengkap bisa lebih dari 2 kg. Karena itu, harus memilih yang paling ringan sekaligus paling mahal. Kalau Shimano ya Dura-Ace, kalau SRAM ya Red, kalau Campagnolo ya Super Record.

Meski demikian, kita tidak perlu beli set lengkap. Kalau bisa, beli eceran saja. Kita hanya butuh shifter, plus front dan rear derailleur.

Mengapa? Karena kita akan membeli crankset plus rem merek berbeda. Ada begitu banyak merek menyediakan dua komponen itu untuk pemburu bobot ringan. Yang paling mahal dan kondang, THM. Atau AX Lightness. Atau beberapa yang lain.

Sebagai pembanding, sepasang rem THM Fibula bobotnya bisa sama dengan satu rem Dura-Ace (untuk rim brake). Masalahnya, rem-rem ringan ini performanya bisa “menakutkan” kalau dipakai turunan panjang. Sebagai alternatif, ada rem ringan merek eeBrakes dari Cane Creek. Bobot istimewa ringan, performa tidak kalah dengan yang terbaik.

Sedangkan untuk crankset, bisa kombinasi merek. Misalnya, crank buatan THM (Clavicula), lalu chainring-nya merek Carbon Ti atau Extralight.

Pilihan cassette atau sproket: Cari yang bisa di bawah 200 gram untuk ukuran 11-28. Seperti Recon atau milik Rotor.

Untuk kabel-kabelnya, bisa membeli yang ringan pula. Seperti Nokon atau Jagwire Elite Link.

Begitu pula dengan rantai. Ada banyak pilihan merek aftermarket yang super ringan (dengan harga supermahal).


WHEELSET

Bisa jadi, inilah investment termahal untuk membangun sepeda weight weenie. Sepasang wheelset aluminium sudah dibilang ringan kalau bobotnya di bawah 1.500 gram. Nah, untuk jadi super ringan, kita butuh wheelset yang mendekati angka 1.000 gram sepasang, kalau bisa di bawahnya sedikit.

Biasanya, wheelset yang bisa mencapai angka itu adalah tipe tubular. Merek-merek Jerman mendominasi. Ada Lightweght atau AX Lightness, yang pada tipe tertentu bobotnya bisa 900 gram-an sepasang!



Bagaimana dengan ban? Bukankah ban tubular bisa membuat kombinasi wheelset dan ban jadi berat? Belum tentu. Kalau ingin ringan, pilih ban tubular yang biasa dipakai untuk time trial. Paling tipis dan lebih mudah bocor, tapi sangat ringan!

Contohnya: Continental Podium TT atau Vittoria Corsa Speed. 


KOMPONEN TOUCH POINTS

Bagian-bagian terberat sudah dipilih yang ringan, sekarang tinggal mencari komponen-komponen yang bisa membantu menurunkan bobot overall. Yaitu komponen touch points, yang bisa bersentuhan langsung dengan kita sebagai pemakai.

Handlebar, stem, dan seatpost. Ini banyak sekali pilihannya. Sebagai referensi, sebuah handlebar aluminium bobotnya bisa 250 gram. Sedangkan yang karbon bisa dengan mudah di bawah 200 gram.

Untuk berbagai komponen ini, merek-merek khusus tentu lebih ringan lagi. Sekali lagi, nama AX Lightness muncul, juga ada Schmolke. Atau, merek-merek “umum” seperti Deda juga punya versi yang sangat ringan.

Sadel juga bisa yang di bawah 100 gram. Bahkan di kisaran 60 gram! Padahal, normalnya di kisaran 200-300 gram. Biasanya, sadel super ringan ini terbuat full dari karbon tanpa pelapis. Pilihan merek lagi-lagi ada AX Lightness, atau Tune, atau Dash. Merek “normal” seperti Selle Italia dan Bontrager juga punya versi weight weenie.

Jangan khawatir, walau tanpa pelapis dan padding, sadel-sadel karbon ini tetap nyaman dan kuat. Toh, kebanyakan “peredam kejut” ada pada padding di bibshort yang kita kenakan. Bukan dari sadel!


LAIN-LAIN

Setelah komponen-komponen utama di atas, sisanya adalah marginal gain. Maksudnya, pengeluaran ekstra banyak yang belum tentu penting, tapi bisa membantu sedikit membuat sepeda makin ringan.

Apa saja? Sangat banyak yang kecil-kecil.

Pedal misalnya. Look punya versi sangat ringan. Time juga punya. Tidak ketinggalan Speedplay.

Lalu ada computer mount, headset, baut-baut titanium, bartape supertipis, bottle cage yang bobotnya tak sampai 20 gram. Tinggal seberapa ekstrem Anda menginginkan sepeda itu nanti, dan seberapa duit siap dihabiskan.


TARGET BERAT



Kembali ke total bobot. Sebuah sepeda sudah bisa dibilang sebagai weight weenie kalau bobotnya sudah di bawah batas minimum lomba profesional, yaitu 6,8 kg.

Dengan berbagai komponen sangat ringan, bobotnya dengan mudah bisa jatuh di bawah 6 kg. Bahkan, bisa 5,13 kg seperti contoh Wdnsdy AJ1 Azrul Ananda School of Suffering yang digambarkan di naskah ini. Itu sepeda ukuran 50 (top tube 530), untuk pemilik yang tingginya 175 cm.

Kalau mau di bawah 4,5 kg, tentu masih bisa. Misalnya memakai frame ukuran paling kecil, memotong seatpost sampai batas aman minimum, menggunakan handlebar paling kecil, dan lain sebagainya.

Tapi, kalau terlalu ekstrem, maka Anda bisa “membatalkan” fungsi sepeda itu. Walau dibuat seringan mungkin, kita harus menjaga agar sepeda tetap tangguh, nyaman, dan –yang paling penting-- aman untuk dikendarai.

Percuma membangun sepeda weight weenie, keluar uang begitu banyak, kalau tidak bisa dihajar di jalanan! (azrul ananda)

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
1500 EJJ 2024 Update – Hour 31: Semua Peserta Tersisa Diprediksi Capai CP 1 Under COT
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Sepeda Aero Merek Java Ini Bisa Dilipat
SRAM Force eTap AXS: Sedikit Lebih Berat, Jauh Lebih Murah
Shimano GRX, Grupset Khusus untuk Gravel Bike
Kapolri Berharap Ayu Meraih Prestasi Lebih Tinggi