Rumor kepindahan Peter Sagan ke nomor MTB (Mountain Bike) di Olimpiade 2020, ditepis oleh sang superstar. Sagan memastikan diri tampil di Olimpiade yang diadakan di Tokyo, Jepang itu. Tapi, kedatangannya ke Negeri Sakura bukan untuk bertanding pada nomor MTB.
Setahun lalu, ketika diwawancarai majalah Fiets dari Belanda, Sagan mulai merasa kurang bahagia dengan balapan jalan raya. Oleh sebab itu, pemegang tujuh kali green jersey di Tour de France tersebut ingin menjajal hal baru. MTB salah satu opsinya. Hajat ini bisa terlaksana ketika kontraknya bersama BORA-hansgrohe habis pada akhir 2021.
MTB bukan hal yang baru untuk rider 29 tahun asal Slovakia itu. Sagan pernah turun di nomor ini pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Sayang, Sagan gagal meraih medali emas. Padahal ia sempat memimpin di baris terdepan. Hanya saja, ia mengalami pecah ban pada lap pertama.
Dalam wawancara terbaru dengan media asal Belanda, Algemeen Dagblad (AD), Sagan menegaskan jika ia tak akan ambil bagian pada nomor MTB di Olimpiade 2020. Bertarung di nomor MTB, menurut Sagan, membutuhkan waktu, dan tenaga ekstra. Apalagi setiap rider harus melewati babak kualifikasi untuk lolos ke balapan utama.
“Saya ingin pergi ke Olimpiade, namun medannya terlihat terlalu berat bagi saya. Terlalu banyak pendakian,” ucap Sagan. Meski demikian, Sagan tak menutup kemungkinan untuk pindah haluan ke MTB. “Mungkin saya akan melakukannya lagi di masa depan,” lanjutnya.
Baginya, bersepeda di jalan memiliki perbedaan besar dengan bersepeda gunung. Balapan di jalan, menurut Sagan, membutuhkan lebih banyak taktik. “Anda membutuhkan pengalaman dalam roadrace. Anda harus menggunakan kepala Anda. Anda tidak selalu bisa mengemudi dengan insting,” bilangnya.
Sagan juga berbicara tentang kegagalannya meraih podium pertama pada UCI Road World Championships 2019 di Yorkshire, Inggris beberapa waktu lalu. Di kejuaraan dunia itu gelar juara dunia disabet pembalap asal Denmark, Mads Pedersen. Sagan hanya finis di posisi kelima. Menurut Sagan, kegagalan ini disebabkan salah taktik.
“Seharusnya itu menjadi gelar juara dunia keempat untuk saya. Segala sesuatu berjalan berbeda dengan apa yang saya harapkan. Awalnya, saya pikir kelompok terdepan akan tertangkap, dan balapan akan berakhir dengan adu sprint. Ternyata saya salah hitung,” beber Sagan kepada Tutto Bici.(mainsepeda)
foto: cyclingnews