Acara gowes bareng unik diselenggakan Wdnsdy Bike dan Strattos Cycling Club (SCC) di Surabaya Townsquare, Minggu (6 Oktober). Setelah bersepeda Easy Sunday rute pendek 50 km, para peserta mendapat materi klinik tentang kekuatan bersepeda.

Sebagai “hamster” atau “kelinci percobaan,” dua petinggi Strattos lantas didaulat untuk melakukan tes Functional Threshold Power (FTP). Tes siksaan untuk mengetahui kekuatan secara kuantitatif.

“Misi utama kami adalah terus mempopulerkan olahraga bersepeda. Termasuk menyampaikan bagaimana bersepeda yang benar. Karena sering sekali orang jadi tidak suka gowes karena ‘salah asuhan.’ Sekarang, di kantor baru kami, ada fasilitas untuk melakukan itu,” kata Azrul Ananda, founder Wdnsdy Bike yang sering dijuluki “kepala sekolah.”

Di kantor baru Wdnsdy Bike di Surabaya Townsquare (Sutos) memang ada fasilitas sejumlah smart indoor trainer. Jadi, cyclist bisa belajar teknik sekaligus mengetahui kemampuan mereka secara kuantitatif.

Minggu pagi itu, rombongan 60 orang --50 dari Strattos-- gowes dulu santai sejauh 50 km. Start dari Sutos, memutar ke arah Krian, lalu balik ke Surabaya dan finis lagi di Sutos.

Begitu sampai, snack dan kopi disediakan. Baru kemudian klinik dimulai. Dua anggota Strattos diminta untuk duduk di atas sepeda yang menempel di trainer. Menggunakan aplikasi Zwift, mereka diminta melakukan tes FTP dengan program pendek selama 45 menit.

“Tidak banyak orang tahu tentang FTP. Padahal, ini alat ukur paling baik untuk mengetahui seberapa kuat kita sebenarnya. Idealnya, cyclist istirahat dulu sehari sebelum tes FTP. Tapi ini kan klinik, dan sekaligus ada niatan mengerjai dan menyiksa peserta,” jelas Azrul sambil bercanda.

Dua “korban” Minggu pagi itu adalah Cak Kamto dan Ricky Shandy. Cak Kamto --nama asli dirahasiakan-- mulai duluan. Dengan panduan Azrul, serta sorakan dan ledekan teman-teman Strattos, dengan susah payah dia mengikuti program di layar.

Setelah pemanasan lima menit, dia diminta menambah power, lalu pelan sebentar, tambah power lagi. Dan pada 20 menit akhir, dia diminta menahan power sekuat mungkin. Angka rata-rata pada 20 menit itulah angka FTP Cak Kamto.

Angka pagi itu? Mencapai 174 watt. Dengan berat badan 83 kg, berarti power to weight ratio Cak Kamto adalah 2,1 (power dibagi berat).

“Dengan latihan yang pas, power bisa bertambah. Lalu kalau berat badan bisa turun, maka power to weight ratio bisa bertambah. Nanti beberapa bulan lagi bisa tes lagi untuk tahu progresnya,” jelas Azrul.

Di sebelahnya, Ricky --bendahara klub-- juga tampak ngos-ngosan menuntaskan tes FTP. Angka yang dia dapatkan 143 watt. Dengan berat 73 kg, maka power to weight ratio-nya hampir 2. Tidak beda jauh dengan Cak Kamto.

“Saya senang sekali dapat menimba ilmu. Terutama saat gowes berpeloton tarikannya stabil. Serta dapat pengalaman baru mencoba smart trainer,” ucap Cak Kamto.

Ricky Shandy mengungkapkan komentar senada. “Kita jadi tahu berapa kekuatan kita dalam bersepeda. Serta bagaimana cara bersepeda yang baik dan benar. Saya mewakili teman-teman SCC berterima kasih banyak atas kesempatan langka ini. Apalagi kami punya banyak goweser pemula, masih butuh banyak latihan dan bimbingan. Semoga acara seperti ini bisa rutin diselenggarakan,” ujarnya.

Menurut rencana, Wdnsdy Bike memang akan mengadakan acara seperti ini secara berkala. “Supaya konsisten dengan misi kami untuk terus mempopulerkan olahraga bersepeda,” pungkas Azrul.

Kantor Wdnsdy Bike di Sutos berbagi tempat dengan SUB Design Gallery dan Johnny Ray Cycling. Menjadikan tempat itu jujugan menarik bagi yang ingin membeli jersey asli Indonesia dan sepeda-sepeda Brompton.(mainsepeda)

 

 

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Taiwan KOM 2024 Dihentikan Karena Badai
Kolom Sehat: Bucin
UCI Larang Penggunaan Warna Jersey Pimpinan Klasifikasi GrandTour
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Weight Weenie Build: Wdnsdy AJ62 "NAKED" ini hanya 5,6 kilogram!
Preview Taiwan KOM 2024: Diwarnai Pembalap Elite Dunia
Kolom Sehat: Taiwan KOM 2024
Kolom Sehat: Nasib Tour de France di Inggris