Event Bromo KOM Challenge tinggal dua bulan lagi. Event menanjak paling spektakuler di Indonesia ini menguji mental dan fisik ribuan pesertanya. Mencapai ketinggian 2.000 meter dalam jarak kurang dari 40 km bukanlah sesuatu yang umum.
Saking beratnya, mereka yang sudah biasa naik turun masih merasa "takut" dengan tanjakan menuju Wonokitri tersebut. Apalagi mereka yang kurang latihan, dan sekarang mungkin sudah terlambat untuk mulai latihan.
Nah, tulisan ini saya dedikasikan untuk mereka yang "di ambang tidak finis" tersebut. Saya punya tiga tips yang mungkin bermanfaat.
Disclaimer dulu: Kalau Anda akan menerapkan tiga tips berikut ini, harus siap menghadapi konsekuensinya. Harus kuat malu, harus siap menghadapi bully-an baik secara verbal maupun media sosial. Trust me. Saya sudah mengalaminya.
Berikut tiga tips tersebut:
1. Membawa Bekal yang Cukup
Mulai sekarang, siapkan ransum dan jamu andalan Anda. Kalau biasa membawa gel, belilah dari sekarang sebelum kehabisan di toko-toko. Kalau biasa hanya bawa dua gel sekali gowes, ketika ke Bromo bawa minimal empat untuk jaga-jaga.
Jangan lupa bawa duit. Kalau bisa dalam pecahan kecil tapi banyak. Nanti, sepanjang tanjakan ada banyak warung yang buka. Walau merasa sehat di awal, Anda bisa merasa lapar setiap 5 km. Mungkin akan ada godaan untuk sesekali berhenti. Minum teh atau makan bakso. Saya pastikan belum semua yang di Bromo menerima pembayaran elektronik.
Makan itu penting. Menurut saya lebih baik "bambung" dengan perut kenyang daripada "bambung" dengan perut lapar. Bagi yang tidak paham slank Jawa, bambung artinya tercecer-cecer di belakang.
2. Pakailah Sepatu Khusus
Pada umumnya, cyclist akan memakai sepatu clipless (cleat) road bike ketika menanjak Bromo. Nah, kalau persiapan Anda minim, bisa ganti pilihan. Memakai sepatu yang nyaman untuk jalan, seperti sepatu MTB atau sepatu olahraga pada umumnya.
Kenapa? Tanjakan terberat ada pada 15 km menjelang finis. Di atas kertas itu pendek, tapi 15 km itu akan terasa "forever." Kalau kaki sudah penat dan mulai kram, kemungkinan Anda akan butuh untuk turun dan menuntun sepeda. Sepatu road tidak dirancang untuk jalan. Apalagi kalau licin dan menanjak.
Logikanya begini: Orang berjalan cepat melaju kira-kira 5 km/jam. Jadi, kalau kita jalan cepat, 15 km terakhir bisa kita selesaikan sebelum cut off time!
Saran tambahan: Saat berjalan sambil mendorong sepeda, lakukanlah sambil menunduk. Selain membantu berjalan lebih cepat, posisi ini menghindarkan wajah kita dari jepretan kamera-kamera di sekitar!
3. Technical Problem
Jujur, ini mungkin trik paling tabu untuk saya tulis. Karena tingkat keberhasilannya tinggi, tapi akan mengundang sumpah serapah sepanjang jalan.
Pilihlah sepeda yang bermasalah ketika menanjak. Mungkin yang RD-nya terlalu pendek atau bannya tubular atau seatpost-nya sering melorot.
Anda pasti akan finis dengan bahagia kalau sepeda Anda rusak di tengah jalan. Pada kasus saya tahun lalu, sadel saya melorot karena seatmast-nya kendur. Ketika saya coba kencangkan, bautnya patah. Jadi, mau tidak mau saya melanjutkan perjalanan sambil dibonceng motor, lalu pindah ke mobil.
Saya merasa sangat menyesal karena hasil latihan tidak bisa saya tunjukkan. Tapi apa boleh buat, baut seatmast tidak mungkin diganti saat itu. Mungkin Tuhan memang tidak ingin saya tersiksa hari itu. Tuhan "sayang" pada saya di saat teman-teman dan peserta lain menyumpahi saya di sepanjang jalan!
Nah, teman-teman gowes semua, kira-kira ini yang bisa saya bagikan. Bukan tips yang membanggakan, mengingat ini untuk mereka yang sibuk tapi tetap ingin lolos Bromo. Terima kasih... (johnny ray)