Gempa disertai tsunami yang menerjang Palu dan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah pada 2018 menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Perasaan itu pula yang ada di benak para penghobi sepeda lipat di Palu. Mereka lantas membuat komunitas yang tujuannya tak sekedar gowes bareng, tapi ada misi membangkitkan kembali geliat pariwisata di kota itu.
Komunitas itu adalah Bromangge. Jika mendengar kata itu sepintas pasti kita menilai komunitas itu untuk sepeda Brompton. Tapi sebenarnya nama itu mulanya tak berkaitan dengan Brompton. "Bromangge itu penggabungan kata brother dan mangge," ujar Zulfikar, salah satu founder Bromangge.
Brother artinya saudara. Sedangkan mangge merupakan bahasa suku Kaili, salah satu suku asli di Palu. "Mangge itu artinya om. Jadi Bromangge itu sebenarnya artinya saudara atau om. Oleh karena itu panggilan untuk anggota kami itu 'Om'," jelas pria yang akrab disapa Fikar itu.
Dalam perjalanannya, anggota komunitas ini memang banyak menggunakan Brompton. "Jadi akhirnya pas, Bromangge bisa diartikan juga Brompton bersaudara," terangnya.
Bromangge sendiri berdiri 27 Juli 2019. Pendirinya tiga orang, yakni Om Fikar, Om Uri dan Om Haris Abdullah. Fikar sendiri didapuk jadi ketua Bromangge. Dari yang awalnya tiga orang, kini anggota Bromangge jadi 38 orang. Anggotanya dari lintas profesi. Sepedanya juga bukan hanya Brompton, ada juga sepeda lipat merek lainnya.
Mereka rutin mengadakan gobar alias gowes bareng. "Yang rutin rutenya di dalam Kota Palu," ujar Fikar. Namun lokasi yang dipilih biasanya harus punya nilai-nilai pariwisata yang nantinya bisa dipromosikan juga via akun media sosial mereka.
"Misalnya keliling Kota Palu nanti finishnya di tempat yang punya nilai historis. Contoh ke Rumah Banua Oge. Di sana kita foto-foto, upload ke media sosial agar banyak orang yang makin tahu soal Palu," jelasnya.
Biasanya, Bromangge juga mendatangi ke lokasi-lokasi yang baru dikembangkan sebagai kawasan wisata. "Misalnya di Palu baru ada pasar seni di hutan kota. Juga yang sering kami datangi juga tempat-tempat kuliner khas Palu," imbuh Fikar.
Semua itu dilakukan Bromangge karena anggota komunitasnya kompak ingin mengembalikan lagi geliat pariwisata Kota Palu yang sempat meredup pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami 2018 silam.
Bromangge tak hanya gowes di Palu saja, mereka juga mulai rutin ikut event di luar kota. Mereka sudah pernah ikut event sepeda di Surabaya, Jakarta dan kota-kota lain. "Sewaktu ikut event di luar kota seperti itu, kami punya kesempatan untuk lebih mengenalkan pariwisata di Sulawesi Tengah," ujarnya.
Pekan lalu, Bromangge kedatangan tamu spesial: Baron Martanegera, founder Brompton Owners Grup Indonesia (BOGI). Om Baron, begitu ia biasa disapa, diajak bersepeda bareng keliling Kota Palu.
Baron sendiri mengaku sangat berkesan bisa gowes bareng Bromangge. "Sambutan anak-anak Bromangge sangat luar biasa. Mereka asyik-asyik orangnya, humoris," kata Baron.
Dia senang bisa gowes menyusuri Kota Palu. Menurutnya, medan Kota Palu cocok untuk gowes. "Medannya komplet. Jalanan aspalnya mulus, bisa menyusuri pantai. Ada datarnya, ada nanjaknya," tutur Baron. Dia merekomendasikan para cyclist yang ingin cari tantangan bersepeda di luar kota, bisa mencoba di Palu.(mainsepeda)