Zwift tak sekadar platform bersepeda indoor biasa. Fungsi aplikasi buatan Amerika Serikat ini ternyata lebih dari itu. Di Inggris, organisasi macam British Cycling menggunakan Zwift untuk mendeteksi atlet muda potensial yang dipersiapkan untuk menjadi pembalap profesional pada masa depan.
Pamor Zwift benar-benar melonjak dalam beberapa bulan terakhir. Zwift menjadi opsi utama karena cyclist tak bisa keluar rumah selama pandemi coronavirus. Tak hanya digunakan pesepeda amatir, tim dan pembalap WorldTour juga menggunakan Zwift untuk menjaga kebugaran, bahkan berkompetisi.
British Cycling development coach, Joe Malik mengakui bahwa bersepeda indoor dengan Zwift memang memiliki keterbatasan. Contohnya, seorang pembalap harus tahu kapan harus menyerang, bertahan, dan menyusun serangan balik. Nah, ilmu ini hanya bisa diperoleh ketika bersepeda di jalan raya.
Meski demikian, bukan berarti menggunakan Zwift tak memiliki faedah. Menurut Malik, Zwift adalah platform yang sempurna untuk menetapkan tolok ukur bagi seorang atlet muda. Zwift menyediakan data. Data inilah yang digunakan pelatih untuk mencari dan mengembangkan potensi pembalap muda.
"Pada usia 13-16 tahun, semua jenis kekuatan dapat dilatih dan dikembangkan. Zwift memberikan gambaran tentang potensi pembalap," jelas Malik.
Tolak ukur yang digunakan adalah uji daya tahan dalam tiga tahapan waktu, yakni tiga menit, enam menit, dan 12 menit. Kemudian tim pelatih akan mencari atlet yang bisa menembus 350 watt dalam tiga menit. Lalu mereka akan terus mengembangkan potensi pembalap muda yang bisa mencapai level yang telah ditetapkan.
"Dari sudut pandang kekuatan puncak, apa pun yang melebihi 900-1.000 watt untuk pembalap berusia 15 tahun, itu akan sangat menarik," jelas Malik kepada Cycling Weekly.
British Cycling bukan organisasi pertama yang menggunakan Zwift untuk program pengembangan pembalap muda. Aplikasi ini juga memiliki program bertajuk 'Zwift Academy'. Mereka memberikan kesempatan kepada Zwifters perempuan bergabung di tim Canyon-SRAM. Sedangkan Zwifters laki-laki mendapat kans membela tim NTT.
Salah satu pembalap Canyon-SRAM, Jess Pratt merupakan juara Zwift Academy 2019. Ia bercerita bagaimana Zwift adalah aplikasi bersepeda yang aman, nyaman, efektif, dan efisien waktu. Bahkan Zwift memungkinkannya berlatih pada dini hari dengan aman.
"Saya menggunakannya untuk berbagai hal,mulai dari pemulihan hingga latihan keras. Ini memungkinkan saya untuk fokus pada sesi latihan saya tanpa harus khawatir tentang kondisi medan, lalu lintas, atau cuaca,” aku rider 22 tahun asal Australia ini.
Lalu, berapa angka yang harus dicapai jika ingin menjadi pembalap profesional? Pelatih tim NTT, Elliot Lipski punya jawabannya. "Jika Anda ingin menjadi pro, FTP di atas 5W/kg adalah angka rata-rata," bilang pria yang sudah tiga tahun membantu di program Zwift Academy ini.(mainsepeda)
Foto: British Cycling, Daniel Gould, Road CC