Kalau bicara olahraga cycling, kebanyakan pesertanya kan cowok. Mungkin karena olahraga ini menuntut betah lama berpanas-panasan di jalan. "Kaum Venus" mungkin akan berpikir beberapa hal ekstra sebelum terjun bersepeda. Misalnya tentang biaya perawatan dan kebutuhan apparel-nya.
Memakai krim malam dan pagi teratur saja belum tentu cukup untuk meraih kecantikan kulit yang diidamkan. Apalagi kalau harus terpapar di bawah sengatan matahari sekian lama.
Meski ada tantangan ekstra, tidak sedikit cewek bermental "berani" dan menekuni olahraga sepeda. Dan ini bisa punya dampak positif untuk komunitas mana saja. Biasanya, kalau sebuah komunitas ada cyclist ceweknya, maka peserta secara keseluruhan akan lebih "baik-baik." Dalam hal ini, lebih sopan dan ngemong ke cyclist pemula.
Karena itu, kalau Anda mencoba ikut gowes dengan banyak grup, dan pesertanya baik-baik sekali, jangan terburu menyimpulkan kalau grup-grup itu memang benar-benar baik. Perhatikan dulu, ada cyclist ceweknya tidak. Kalau ada, tandanya mereka bukan baik beneran. Tapi hanya berlaku sopan. Ketika yang cewek tidak ikutan, jangan kaget kalau perilaku berbalik 180 derajat.
Adil? Tentu tidak. Namun kenyataannya demikian.
Ini belum seberapa. Yang lebih menyesakkan adalah kalau cyclist ceweknya lebih "mampu" dari kita. Hadeh, perjalanan bisa terasa sangat menyedihkan, seperti lagu Ebiet G. Ade. Apalagi kalau kemampuan lebih itu diabadikan dalam bentuk foto.
Waktu saya ikut bersepeda road bike, ada cyclist perempuan yang ikut. Demi menjaga harga diri, saya mengejarnya di tanjakan. Lho, kok saya nggak kunjung bisa mendekatinya? Ternyata, cewek itu pernah juara QOM.
Harga diri saya sedikit terjaga. Kalau tidak, mungkin saya lebih baik ganti hobi main dakon.
Sama seperti masyarakat secara umum, keseimbangan gender anggota komunitas sebenarnya diperlukan. Seperti ditulis di atas, cyclist cewek bisa punya banyak dampak positif, membuat yang lain jadi "baik."
Saya punya teman (laki-laki). Dia hanya "baik" kalau tidak sepedaan. Kalau main sepeda, hanya menyapa lalu langsung meninggalkan. Pada suatu hari, tiba-tiba saya melihat dia seperti menunggu saya. Dia berhenti, menaruh sepeda di jalan, lalu menyapa saya yang baru datang.
Wow, baik sekali. Orang bisa berubah. Pikir saya waktu itu.
Setelah saya ikut berhenti untuk mengambil napas, ternyata dia "baik" dan berhenti untuk urusan yang berbeda. Saya lihat di depan ada seorang cyclist cewek yang baru terjatuh. Cewek itu sudah diamankan ke pinggir, aman dari kendaraan yang lewat.
Saya pun sadar, kebaikannya bukan untuk saya. Ya tidak apa-apa lah, paling tidak dia baik pada yang kena musibah.
Teman ini saya kira nunggu saya, ternyata...
Sekali lagi, sangat enak kalau ada cyclist cewek ikut serta. Peloton akan "mengayominya." Bersepeda bisa jauh lebih santai. Walau kadang, cewek itu juga suka bikin "gara-gara" dan membuat peloton panas dan berserakan karena tidak mau kalah.
Semoga saja makin banyak cyclist cewek bergabung di jalan. Olahraga ini bisa berkembang jauh lebih pesat lagi. Toh efek olahraga ini bisa sangat baik, menjanjikan "kelangsingan" bagi yang bertubuh "langsung" seperti saya. Tidak perlu ke klinik sedot lemak.
Bersepeda dalam waktu lebih dari dua jam memang bisa menggerus lemak. Asal setelahnya jangan "balas dendam," karena bisa kembali lagi lemaknya.
Bagi cyclist cewek, di mana pun Anda berada, saya ingin mengucapkan terima kasih. Karena adanya kalian, kita-kita jadi lebih rajin latihan. Dan dengan adanya kalian, ehem, udara di jalan menjadi lebih wangi.(johnny ray)