Semakin banyak orang hobi sepeda. Semakin banyak komunitas terbentuk. Di satu sisi, itu perkembangan baik. Di sisi lain, itu bisa menimbulkan masalah di jalan, di saat sepeda harus berbagi tempat dengan kendaraan bermotor. Apalagi kalau kelompok/peloton sepeda itu tidak beraturan.
Karena itu, supaya semua lebih aman, sebaiknya diterapkan aturan peloton lebih tegas. Kalau kelompoknya cukup besar, sebaiknya peloton ditata side-by-side alias dua-dua. Berikut beberapa alasannya:
1. Lebih rapi dan berkelas
Peloton dua-dua bukan hal baru. Cyclist di negara-negara maju selalu menerapkannya. Bahkan, tim-tim profesional kelas dunia menerapkannya saat latihan bersama. Sebuah komunitas lebih terlihat rapi dan berkelas apabila bisa mengatur rombongannya dengan lebih baik. Lebih enak dilihat orang lain, lebih aman bagi pemakai jalan yang lain.
2. Peloton Lebih Pendek
Kalau satu-satu, atau tidak beraturan, panjang peloton jadi tidak beraturan dan panjang. Itu membahayakan kelompok tersebut dan pengendara lain di jalan. Dengan posisi dua-dua rapi, panjang peloton jadi lebih pendek dan lebih mudah diprediksi bagian belakangnya.
3. Lebih Aman
Ini sebenarnya alasan utama. Dengan peloton dua-dua, otomatis kecepatan lebih terkontrol. Dua yang di depan selalu berjajar rapi, dua di belakangnya juga rapi, begitu seterusnya. Tidak ada yang halfwheel alias menyelipkan roda di sela-sela sepeda yang lain.
4. Lebih Mudah Ngobrol
Karena posisi rapi, cyclist bisa lebih tenang mengayuh sepeda dan berkomunikasi dengan cyclist lain di sekelilingnya. Bahkan bisa ngobrol. Tidak sibuk bingung mengatur posisi di tengah kelompok yang berantakan.
5. Lebih Cepat, Hemat Tenaga
Evolusi dari peloton dua-dua adalah melakukan "paceline." Di mana anggota peloton bergantian maju ke depan, bergantian "menarik" teman-temannya. Dengan demikian, rombongan bisa melaju lebih efisisen. Lebih cepat dan semuanya lebih hemat tenaga.
Cara paling "profesional": Pimpinan sebelah kanan maju ke depan lalu bergeser ke kiri, memaksa orang di belakangnya maju ke depan untuk menggantikan. Akibatnya pula, pimpinan sebelah kiri mundur ke belakang. Rotasi ini bisa dilakukan setiap sekian detik atau menit, sehingga semua anggota peloton dapat kesempatan menarik di depan atau beristirahat di belakang. Kalau sudah canggih, ini bisa dilakukan dalam kecepatan tinggi.
5. Tahu Kapan Satu-Satu
Walau peloton dua-dua paling ideal, sebuah kelompok harus selalu tahu kapan waktunya berubah formasi jadi satu-satu (satu baris). Ketika jalan menyempit atau mungkin jalan bagian tengah banyak kerusakan, yang di depan harus cepat memutuskan untuk mengubah formasi. Dengan berteriak "Satu-satu!", atau mengangkat satu tangan menunjukkan satu jari. Nanti, ketika jalan sudah lebar atau aman lagi, bisa kembali jadi dua-dua.
6. Ingatkan Anggota "Berbahaya"
Tidak jarang, saat gowes berkelompok, ada orang luar ikut bergabung. Ketika itu terjadi, pastikan dia bersedia mengikuti aturan. Tidak asal memotong peloton di tengah, apalagi depan. Paling aman bergabung di belakang supaya tidak merusak kerapian yang sudah terbentuk.
Kalau dia tidak mau diingatkan, ada baiknya diusir dengan halus. Karena dia bisa membahayakan yang lain. Apalagi kalau dia tidak memakai kelengkapan bersepeda yang ideal. Misalnya tidak memakai helm.
Alangkah menyebalkannya apabila terjadi kecelakaan pada kelompok kita, tapi yang mengakibatkan --dan yang terluka paling parah-- justru bukan orang yang kita kenal alias orang yang nyelonong ikutan!
Semoga tips ini bermanfaat. Demi keselamatan sesama pesepeda serta pengguna jalan yang lain. Awalnya tentu tidak mudah untuk bisa membentuk peloton dua-dua, juga tidak mudah untuk bisa menjaga kecepatan supaya bisa stabil di tengah peloton yang rapi. Tapi sekali lagi, demi kenyamanan dan keselamatan, sebaiknya dilakukan. (mainsepeda)