Christin Wijaya mendadak viral akhir pekan lalu. Namanya tercatat sebagai Zwifter pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan nge-Zwift selama 24 jam (moving time). Dia berhasil menempuh jarak total 734 kilometer dalam 24 jam gowes, dengan elapsed time 33 jam dan 9 menit.
Siapa yang menyangka jika member Kelapa Gading Bikers (KGB) ini memiliki persiapan singkat untuk menuntaskan tantangan nge-Zwift 24 jam. Semua berawal dari ngabuburide Sabtu (23/5) sore, atau sehari sebelum Idul Fitri.
Pada saat itu dia menjumpai seorang cyclist luar negeri yang nge-Zwift selama 20 jam. Kemudian Christin menunjukkan kepada sohibnya, Bona Erwin. Keduanya pun terlibat diskusi kecil. Senin (25/5) mereka mulai memiliki ide untuk mencoba nge-Zwift 24 jam sekaligus kampanye olahraga di rumah dan open donasi.
"Awal-awalnya saya masih agak ragu. Saya masih kepikiran apakah sanggup menyelesaikan tantangan ini atau tidak," ungkap Christin kepada Mainsepeda.com.
Christin mulai mempersiapkan diri selama tiga hari. Mulai Senin hingga Rabu (27/5). Dia berlatih di bawah arahan Bona beserta rekan-rekan cyclist yang berprofesi sebagai dokter. Semuanya diukur. Termasuk heart rate-nya. Setelah latihan tiga hari tersebut, Christin dinyatakan siap menjalani tantangan nge-Zwift 24 jam.
"Saya kenal Christin sudah cukup lama. Dia ini tangguh. Pace-nya juga bagus. Christin ini kalau gowes kenceng. Jadi dia harus memperlambat kecepatannya agar bisa sampai 24 jam. Dia harus menstabilkan kecepatan," jelas Bona.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Christin mulai gowes Sabtu (30/5) pagi-pagi sekali. Teman-temannya pun tak kalah sibuk. Dia memiliki belasan rekan dengan tugas yang berbeda-beda. Mulai tim dokter yang sibuk memantau kondisi Christin, hingga tim ronda yang menemaninya gowes malam hari.
"Saya tidak pernah sendirian. Zoom dan YouTube menyala 24 jam. Bahkan yang kirim makanan pun banyak. Saya tidak pernah kehabisan makanan," aku Christin.
Mereka, belasan orang yang bertugas sebagai supporting system ini, berusaha menjaga Christin tetap stabil. Baik kondisinya maupun kayuhan pedalnya. "Heart rate-nya dikontrol. Kalau mulai kekecengan, ada yang memperingatkan," ujar Bona.
"Mereka yang sibuk, saya cuma menyiapkan mental dan tenaga," kata Christin seraya terkekeh.
Semua berjalan mulus hingga beranjak Minggu (31/5) pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba koneksi internet di rumahnya nge-drop. Ketika kembali online, Christin panik karena di layar virtualnya hanya tampak dia seorang. Ia khawatir catatan waktunya tak tersimpan.
Padahal Christin sudah gowes selama 15 jam. Ia hanya butuh 23 kilometer menuju 500 kilometer. Di sini Bona mengambil peran. Ia berusaha menenangkan karibnya tersebut. Bona meminta Christin tetap gowes dan tidak panik. Christin akhirnya nge-Zwift 23 kilometer, selama sejam, sendirian.
"Itu berasa gowes dari awal. Sebab kalau sampai tidak tercatat, bisa mati saya. Saya bersyukur ternyata catatan waktunya tetap tersimpan," katanya lega.
Christin sempat beristirahat satu jam setelah menggenapi catatan perjalanannya menjadi 500 kilometer. Minggu pagi menjadi periode berat untuknya. Christin mulai merasa lelah. Ditambah lagi dia sangat mengantuk. Padahal dia masih menyisakan delapan jam perjalanan.
"Pada awalnya saya berpikir apakah saya sanggup menyelesaikan ini. Berkat tim yang selalu support, ada banyak teman pula yang mendukung, akhirnya saya bertekad untuk menyelesaikan tantangan ini," terangnya.
Christin akhirnya menyelesaikan tantangan nge-Zwift pada Minggu siang. Pada saat itu Christin masih belum tahu bahwa dia adalah orang Indonesia pertama yang nge-Zwift selama 24 jam. Informasi itu baru terungkap setelah disampaikan Presiden Zwift Indonesia (ZID), Iman Santoso.
"Rasanya tidak percaya. Saya sempat kaget ketika Oom Santo (sapaan akrab Iman Santoso) bilang saya yang pertama. Saya tidak kepikiran sama sekali. Sebab tujuan saya hanya mau kampanye olahraga di rumah dan open donasi untuk tenaga medis di Indonesia," ungkapnya.
Kampanye Berolahraga di Rumah
Christin tak menyangka ada banyak cyclist yang memberikan dukungan atas aksinya itu. Bahkan banyak orang yang tak dikenalinya pun ikut memberikan apresiasi. Menurutnya, support dari teman dan orang-orang lah yang membuatnya bersemangat untuk menyelesaikan tantangan ini.
Dia mengaku tak ambil pusing dengan rekor yang dicatat. Menurut Christin, tujuan utamanya adalah kampanye olahraga di rumah. Juga untuk menggalang donasi bagi tenaga medis di Indonesia yang berjuang melawan pandemi coronavirus.
"Sekarang kan sedang pandemi. Sebisa mungkin olahraga di rumah saja. Saya sendiri pun sebisa mungkin menahan diri agar tak keluar rumah kecuali untuk hal yang sangat penting. Selama kita patuh, angkanya pasti turun," bilangnya.
Selain masalah kampanye itu, Christin juga menggalang donasi. Pada awalnya ia merasa tak percaya diri akan ada orang yang berpartisipasi. Awalnya ia menarget angka Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Tak disangka, Christin berhasil mengumpulkan donasi hingga Rp 53,9 juta. Dana itu akan disebar ke sejumlah daerah di Indonesia.
What next? Christin akan memaksimalkan waktu di bulan ini untuk recovery. Setelah itu ia siap melakoni aksi berikutnya. "Ada beberapa rencana. Tunggu saja," tutur Christin.(mainsepeda)