Tahun 2013 merupakan tahun cukup bersejarah buat saya. Tahun itu, pada suatu pagi, saya bangun dari tempat tidur dengan kondisi kaki kanan sangat sakit. Cenut-cenut. Sangat menyiksa.
Setiap kali dibuat melangkah, ada rasa nyeri dari telapak kaki sampai ke pinggang kanan. Jalan pun jadi pincang. Duduk di mana pun terasa sakit. Bahkan saat tidur selalu merasakan seperti ada sesuatu yang menekan terus di pinggang kanan.
Setelah menjalani pemeriksaan lengkap, saya didiagnosa memiliki problem HNP (herniated nucleus pulposus alias disc bulging) pada punggung L4-L5.
Sekilas tentang HNP, tulang belakang kita dipisahkan oleh disc-disc berwarna hitam yang berfungsi sebagai bantalan tulang belakang. Ketika disc ini mengalami kerusakan, kemudian bagian lunak disc keluar menekan urat syaraf tulang belakang, maka kita pun disebut menderita HNP.
Salah satu solusi HNP adalah disc yang rusak diganti dengan disc imitasi baru melalui operasi.
Kala itu, saya tidak berani langsung mengambil keputusan. Saya melakukan sejumlah konsultasi, serta rajin melakukan riset sendiri bersama 'Mbah' Google. Saya ingin mempelajari secara detail tentang HNP dan bagaimana mengatasinya. Khususnya dari pengalaman pasien-pasien lain.
Pada pertengahan 2013 itu pula saya mendapat kesempatan ke Amerika. Bertemu dengan seorang chiropractor dan menjalani treatment bersama dia. Kalau dokter-dokter pada umumnya melarang saya untuk bersepeda, justru dia menganjurkan saya untuk bersepeda.
"Cobalah olahraga sepeda. Bagus untuk melatih otot core dan punggungmu. Bisa membantu menopang punggungmu dan mengurangi berat badanmu. Setelah itu, dengarkan badanmu berkata apa," ujarnya.
Saya pun memutuskan untuk menjalaninya. Toh saya merasa nothing to lose. Daripada sakit-sakit terus dan tidak bisa beraktivitas dengan normal. Kalau pun tidak berhasil dan tambah sakit, saya toh harus menjalani langkah terakhir, yaitu menjalani operasi.
Kebetulan, saya termasuk orang dengan karakter totalitas. Tidak mau setengah-setengah. Apalagi saya waktu itu termasuk tergolong suka makan. Berat badan sempat menembus angka 100 kg (tepatnya 102 kg). Walau tinggi saya 187 cm, bobot itu jelas terlalu tinggi.
Setelah rutin bersepeda seminggu empat kali selama sebulan, berat saya turun sampai 8 kg. Setelah saya "dengarkan," punggung saya memberi sinyal hijau. Tidak ada masalah, tidak ada sakit. Hobi ini pun semakin saya tekuni.
Penulis danĀ Dario Pegoretti
Intensitas latihan saya tambah. Beruntung, didukung oleh teman-teman "bandit" Surabaya yang saat itu selalu "haus KOM."
Alhasil, setelah satu tahun lebih sedikit, berat saya turun dari 102 kg menjadi 76 kg. Gejala HNP sudah tidak terasa lagi. Kata dokter, disc yang sudah rusak tidak bisa membaik, hanya kembali ke tempat semula karena didukung oleh core muscle yang kuat hasil dari olahraga sepeda rutin.
Bagi yang mengalami masalah seperti saya, mungkin cerita saya ini bisa menjadi bahan pertimbangan. Marilah kita semua rajin berolahraga dan menjaga kesehatan. Sehat itu mahal dan berkat yang tidak ada harganya. (john boemihardjo)
*John Boemihardjo adalah avid cyclist, pemenang banyak lomba, sekaligus salah satu founder sepeda Wdnsdy (@wdnsdybike)
Episode Keempat Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray: Tips beli sepeda, mahal atau murah? karbon atau besi?
Audionya bisa didengarkan di sini