Ketika seorang pemula mencoba hobi bersepeda, biasanya ada satu aksesori atau komponen yang mereka khawatirkan: Memakai clipless pedal. Yang di Indonesia populer dengan sebutan "pakai cleat" alias sepatunya "dikunci" menyatu dengan pedal. Mereka takut akan gampang jatuh sehingga memutuskan memakai sepatu dan pedal biasa dulu.
Ini tentu pilihan aman, apalagi kalau sudah lama tidak bersepeda. Tapi, pada suatu titik, akan tiba waktunya untuk berpindah memakai clipless pedal. Apalagi kalau ingin serius menekuni hobi ini.
Dalam artikel ini, akan dijelaskan kenapa Anda harus beralih ke clipless pedal. Serta apa saja pilihan-pilihannya.
KENAPA PAKAI CLEAT?
Ada terlalu banyak alasan mengapa seorang cyclist harus menggunakan clipless pedal. Yaitu efisiensi optimal, kecepatan, kenyamanan, juga keselamatan!
Yang paling utama adalah efisiensi. Kalau ingin mendapatkan efek latihan optimal, pilihannya harus "menyatu" dengan sepeda lewat pedal. Kalau menggunakan pedal biasa, pada dasarnya kaki kita hanya "mendorong" sepeda ke depan dengan menekan pedal ke depan. Itu saja.
Kalau menggunakan cleat, maka seluruh gerakan memutar kaki kita membantu mendorong sepeda ke depan. Karena kaki kita menyatu, saat kita "menarik" kaki ke belakang, dayanya tetap terpakai untuk mengayuh pedal. Membuat akselerasi lebih cepat, serta membantu menjaga momentum laju sepeda ke depan. Paling terasa saat menanjak, di saat kita membutuhkan seluruh daya kaki untuk melaju ke depan.
Ada riset yang menyebut gowes kita jadi 30 persen lebih efisien dengan menggunakan clipless pedal.
Itu berbuntut power lebih tinggi, speed lebih cepat, dan otot-otot kaki jadi lebih terlatih secara utuh. Bicara soal keselamatan, menyatu dengan pedal juga membuat kita lebih "menguasai" sepeda. Gerakan badan kita lebih menyatu dengan sepeda untuk membelok, menghindari rintangan.
Ya, ada risiko terjatuh. Tapi biasanya karena lupa melepas cleat saat hendak berhenti. Misalnya saat di perempatan dan lampu merah. Kalau memang terjadi kecelakaan, biasanya secara natural kaki akan terlepas dari pedal.
Jangan khawatir, secara alami Anda akan belajar memasang dan melepas pedal dengan cepat. Jatuhnya pun --kalau terjadi-- biasanya jatuh pelan. Banyak cyclist berpengalaman menyebutnya "jatuh bodoh."
PILIHAN-PILIHAN PEDAL
Ketika akan invest memakai clipless pedal, Anda akan menemui banyak pilihan. Tidak semua akan disebut di bawah ini, tapi beberapa yang paling populer ada di bawah ini.
1. SHIMANO SPD (Untuk MTB)
Pedal ini sudah eksis begitu lama, tujuan utamanya untuk MTB. Hanya dua baut terpasang di bawah sol sepatu, dan memasang serta melepasnya tergolong paling mudah. Sepatunya pun lebih enak dipakai jalan, karena di arena offroad kadang kita harus turun dari sepeda dan berjalan mendaki atau menuntun.
Jenis pedal ini juga populer untuk touring dan commuter alias di perkotaan. Sekali lagi, karena jenis sepatunya yang bisa mirip sepatu sehari-hari. Banyak penggemar road bike, khususnya yang sudah berumur atau perempuan pemula, memakai pedal jenis ini.
Sisi positif lain untuk pemula: Sistem ini biasanya "bolak-balik." Dua sisi pedalnya bisa dikaitkan ke cleat. Tidak perlu bingung mencari sisi dan posisi yang pas sebelum menancapkan cleat.
2. SHIMANO SPD-SL (Road)
Kalau ingin performa lebih tinggi, khususnya saat serius di road bike, tentu harus menggunakan pedal-pedal khusus road. Di dunia ini, efisiensi dan power sangat diutamakan. Karena itu, sepatunya pun beda. Solnya banyak terbuat dari karbon yang sangat kaku, sehingga ketika kita menekan pedal sesedikit mungkin power terbuang.
Di sisi lain, sepatu-sepatu itu jadi tidak nyaman untuk dipakai berjalan. Tapi, tujuannya memang bukan untuk berjalan bukan? Tujuannya memang untuk membantu kita melaju lebih cepat!
Pedal Shimano SPD-SL ini sangatlah populer. Wajar, Shimano adalah pemain terbesar di industri sepeda dunia. Ada banyak pilihan model, dari yang harga ratusan ribu hingga berjuta-juta. Bedanya ada di bahan dan bobot.
Kalau memilih pedal ini, ada tiga pilihan cleat: Kuning, biru, dan merah. Yang kuning memiliki "float" terbanyak, hingga 12 derajat, memberi "ruang goyang" kaki kita. Cocok untuk kaki pemula. Yang biru lebih "kaku," goyang hanya 6 derajat. Sedangkan yang merah adalah pilihan pembalap profesional, karena membuat posisi kaki kita terkunci mati. Kalau Anda memilih merah, efisiensinya bakal optimal, tapi Anda harus tahu betul cara memasang paling pas. Kalau tidak bisa membuat tidak nyaman dan mengakibatkan cedera.
3. LOOK KEO
Pedal dari produsen Prancis, Look, ini juga tidak kalah populer. Bahkan Look adalah pionir pemakaian sistem ini pada 1980-an. Pedal Look sangat banyak dipakai di Indonesia. Cleat model "Keo" merupakan pilihan sangat populer. Bentuk dasarnya mirip dengan Shimano, butuh tiga baut untuk dipasangkan ke dasar sepatu. Tapi sedikit lebih ramping.
Bagi yang berminat, juga ada banyak pilihan pedalnya. Dari yang terjangkau harga ratusan ribu, sampai yang terbuat dari karbon harga berjuta-juta. Look juga memberi pilihan tingkat kekakuan pada beberapa model pedal. Jadi pilih dengan baik kalau membeli model-model itu.
Look juga menyediakan cleat-nya dengan beberapa warna. Abu-abu yang paling umum, memberi ruang "goyang" cukup. Ada yang hitam, yang mengunci mati. Sekali lagi, pilih dengan baik sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Catatan khusus: Ada banyak merek pedal lain yang mengadopsi sistem Look Keo ini. Mereka biasanya menyebutnya "Keo-Style." Ada yang benar-benar bisa memakai cleat Look, ada yang terasa sedikit "goyang" dan kurang meyakinkan. Jadi, hati-hati dan pastikan, demi keselamatan di jalan.
4. SPEEDPLAY ZERO
Pedal merek Amerika, Speedplay, mungkin adalah yang paling kompleks pemasangan dan pemakaiannya. Pedalnya kecil dan sederhana sekali, seperti permen lolipop. Serta bisa dipasangkan dua sisi, sehingga pengendara bisa dengan cepat menancapkan sepatunya. Ideal untuk balapan-balapan yang butuh aksi cepat seperti kriterium (atau adu cepat melaju setelah lampu merah di jalan!).
Sistem mekanisme Speedplay lebih banyak di bagian yang menancap di dasar sepatu. Jadi, pemasangannya pun lebih kompleks. Karena ruang goyang alias float, posisi kemiringan engkel, dan lain-lain bisa disesuaikan di bagian ini.
Di satu sisi, Speedplay memberi ruang penyesuaian paling komplet. Mereka yang punya masalah lutut atau engkel, bisa menemukan posisi paling presisi dengan sistem ini. Di sisi lain, mungkin harus punya pemahaman mendalam tentang posisi dan teknik pedaling ideal untuk memaksimalkan sistem ini.
Perawatannya juga harus lebih hati-hati, karena ada begitu banyak komponen metal di dasar sepatu.
WARNING!!!
Kebanyakan pemula mempercayakan pemasangan cleat-nya pada toko sepeda. Padahal, belum tentu semua mekanik punya pemahaman yang benar tentang bagaimana memasang pada posisi yang benar. Seringkali, mekanik hanya sekadar memasang cleat pada posisi "tengah." Tanpa melihat bentuk kaki orang yang sangat berbeda-beda.
Cara gampang memasang cleat: Pakai sepatu Anda. Lalu tekan bagian samping depan tepat di belakang ibu jari. Cari bagian samping kaki yang paling keras (tulang di belakang ibu jari). Nah, luruskan bagian center/tengah cleat dengan tulang keras itu. Ingat, kaki kanan dan kiri kita bisa beda posisinya. (azrul ananda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 7: Gowes di Luar Negeri Belum Tentu Lebih Mahal
Audionya bisa didengarkan di sini