Penggemar sepeda sudah terlalu biasa melihat tim Inggris ini jadi juara di Tour de France. Sejak 2012, Ineos Grenadiers (dulu Team Sky lalu Ineos) telah memenangi tujuh yellow jersey. Empat bersama Chris Froome, lalu masing-masing satu lewat Bradley Wiggins, Geraint Thomas, dan Egan Bernal.
Pada 2020 ini, tim yang dipimpin oleh Dave Brailsford itu seharusnya mencoba mengulangi lagi sukses lewat Bernal. Namun, pembalap muda Kolombia itu harus keluar dari lomba karena cedera punggung. Satu-satunya "hiburan" tim itu adalah kemenangan Michal Kwiatkowski di Etape 18.
Michal Kwiatkowski (kanan) dan Richard Carapaz finis satu-dua di Etape 18
Sadar timnya tidak lagi "semenakutkan" dulu, Brailsford sebenarnya sudah siap rebuilding tahun ini. Apalagi Thomas dan Froome semakin senior (34 dan 35 tahun, plus Froome akan pindah ke Israel Start-Up Nation untuk tahun depan). Dalam dua tahun terakhir, dia mengisi timnya dengan banyak bintang muda. Termasuk Bernal, begitu pula Pavel Sivakov. Dia juga menambahkan Richard Carapaz, juara Giro d'Italia tahun lalu.
Setelah TdF 2020, Brailsfod makin agresif lagi. Dia memperkuat pasukan mudanya dengan merekrut Tom Pidcock. Pembalap 21 tahun itu adalah salah satu bintang muda paling bersinar, juara Giro d'Italia U23 tahun ini. Dia juga kandidat juara masa depan Inggris.
Pembalap masa depan Inggris Tom Pidcock segera gabung Ineos Grenadiers
Saat TdF berlangsung, kabarnya Brailsford juga sudah berhasil merekrut Adam Yates dari Mitchelton-Scott. Juga mendatangkan lagi Richie Porte, pembalap 35 tahun yang baru saja finis di urutan tiga TdF 2020. Tidak cukup sampai di situ, Ineos Grenadiers sekarang juga mencoba mendatangkan climber hebat EF Pro Cycling, Dani Martinez.
Ini berarti, Brailsford memperkuat semua barisan umur di timnya. "Saya kira, kalau Anda melihat life cycle tim kami, di satu sisi ada kelompok senior yang telah meraih banyak sukses. Di sisi lain, ada kelompok muda yang sedang naik daun. Jumbo-Visma ada tepat di tengah-tengah kelompok itu, sementara kami ada yang terlalu dewasa dan ada yang kurang dewasa. Jadi, ini seperti transisi. Kami mendatangkan kelompok berpengalaman lagi plus bakat-bakat muda lagi, menata lagi tim ini," jelasnya.
Dave Brailsford (tengah) bersama Chris Froome (kanan) dan Egan Bernal (kiri)
Brailsford menegaskan, timnya harus terus berevolusi. Setelah satu dekade lebih eksis, timnya butuh darah baru, ide baru. Dan dia akan terus melakukan itu untuk terus menjaga status timnya sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Dengan sokongan dana terbesar di WorldTour, kabarnya hingga 40 juta Euro semusim, Ineos Grenadiers tidak pernah boleh diremehkan. Dan "kegagalan" di TdF 2020 akan menjadi pemicu tim ini untuk "marah" dan lebih berbahaya lagi tahun depan! (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 14
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Getty Images, Ineos Grenadiers, Trinity Racing