Bagaimana perasaan Anda mengetahui kalau yang juara Tour de France ternyata seorang “Yesterday Afternoon Boy” (anak kemarin sore)? Seorang debutan, seorang yang masih baby face, berusia 21 tahun?
Sebenarnya sudah banyak yang menulis kehebatan seorang Tadej Pogacar. Dan saya sendiri cukup kaget dan kagum dia bisa merebut tiga jersey sekaligus di lomba paling bergengsi itu. Ya, tiga jersey. Padahal satu saja sudah bangga. Pencapaian itu menandingi catatan yang hanya diraih legenda sepeda Eddy Merckx, pada 1969 lalu!
Saya akui saya memang mengidolakan si Pogacar. Seperti ketika ditanya di podcast Main Sepeda, saya menyebut namanya. Waktu itu, Le Tour baru saja dimulai dan masih banyak unggulan yang lebih dijagokan. Bagi saya, ketika melihat sesuatu lebih baik mejagokan seseorang yang bukan favorit, biar nontonnya seru. Walau saya jagokan bukan berarti saya tahu dia pasti menang kan? Karena seperti kebanyakan orang, saya sangat salut dengn Tim Jumbo-Visma, berikut kapten mereka Primoz Roglic. Tapi pada saat Etape 20 saya tidak menonton secara langsung, karena siarannya terlalu malam dan saya berpikir Roglic pasti juara.
Pada pagi harinya, saya melihat pesan yang belum terbaca dari seorang teman. Dia bilang: “Tidak jadi beli sepeda Bianchi." Seperti tulisan saya pekan lalu, kehebatan Jumbo-Visma dengan sepeda Bianchi-nya membuat banyak cyclist melirik sepeda Italia itu.
Saya sempat heran, kenapa sampai membatalkan. Akhirnya saya lihat berita, saya kira ada yang jatuh atau apa sehingga pergeseran juara terjadi. Woowwww! Ternyata jagoan saya menang tiga jersey.
Saya ikut senang walaupun tidak ikut balapan. Soal bagaimana tanggapan para ahli, komentator, dan Om Eddy (Merckx) bisa Anda baca lebih detail sendiri. Intinya sama, semua kaget dan kagum.
Hal ini membuat saya berpikir bahwa semua hal itu mungkin dalam dunia sepeda. Sekelas Le Tour pun bisa menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, seorang debutan menang.
Untuk para penggowes baru, yang lahir di era pandemi ini, ada yang sudah siap jiwa raga, tapi ada juga yang masih grogi karena merasa baru. Kiranya bisa memetik moral cerita dari kejadian ini. Yang masih baru tidak perlu merasa berkecil hati.
Merasa sepeda Anda terasa kurang mumpuni? Colnago yang kondang saja baru menjuarai Le Tour ya sekarang ini. Jadi sepeda bukan alasan untuk merasa minder. Pengalaman yang minim, juga bukan harus dijadikan momok untuk menekuni hobi ini. Yang penting bersepedalah dengan rajin dan hasilnya tidak akan menipu
Anda. Walau hasil itu tidak selalu berbentuk piala juara lomba resmi. Bisa dalam bentuk badan ideal, bisa dalam bentuk kavling juara strava, atau dalam bentuk yang lainnya.
Kebetulan jagoan saya juara kali ini. Mungkin tidak terulang dua kali tapi semoga sembilan kali atau lebih. Tapi intinya saya lebih ingin ini menjadi bahan bakar, sumber motivasi bagi saya dan para cyclist lain untuk tetap mencintai olahraga ini. (johnny ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 15
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Getty Images