Mempertahankan maglia rosa (pink jersey) selama mungkin adalah target Joao Almeida (Deceuninck-QuickStep). Setelah menuntaskan pekan pertama sebagai pemuncak General Classification (GC), Almeida berusaha menjaga singgasananya hingga akhir pekan nanti.

Joao Almeida adalah salah satu kejutan di Giro d'Italia 2020. Pembalap 22 tahun tersebut merebut pink jersey setelah finis kesebelas di etape 3, 5 Oktober lalu. Rider asal Portugal itu masih kokoh di puncak GC hingga rest day pertama. Ia unggul 30 detik dari Wilco Kelderman (Sunweb)

"Saya senang. Merupakan impian bagi saya mengenakan jersey ini. Tim akan melakukan segalanya untuk mempertahankan jersey dan juga merebut kemenangan etape," kata Almeida dalam sebuah video yang dibagikan tim Deceuninck-QuickStep.

Almeida unggul satu menit, bahkan lebih, dari favorit juara macam Vincenzo Nibali (Trek-Segafredo), Jakob Fuglsang (Astana), dan Steven Kruijswijk (Jumbo-Visma). Tapi ia tak mau jemawa. Sekarang ia berupaya mempertahankan maglia rosa hingga rest day kedua akhir pekan ini.

"Bisakah saya memenangkan Giro? Saya pikir terlalu dini untuk membahas hal itu. Saya rasa saya bisa mempertahankan pink jersey sampai Piancavallo. Lalu kita akan lihat hari itu apakah saya bisa melangkah lebih jauh," terang alumnus tim pengembangan Hagens Berman Axeon dari Axel Merckx itu.

Giro d'Italia 2020 menandai debut Grand Tour untuk Almeida. Ia memang pembalap berbakat. Tapi Almeida sadar akan batasannya. Almeida pun tidak yakin bisa menjadi juara overall di Giro. Apalagi ia ditempel oleh tiga pembalap kuat, yakni Kelderman, Nibali, dan Fuglsang.

"Nibali pasti kuat, tapi menurut saya Fuglsang dan Kelderman lebih kuat. Yang pasti Nibali memiliki lebih banyak pengalaman daripada orang lain. Saya yakin ia akan kuat di minggu ketiga nanti. Tapi siapa pun di 10 besar GC memiliki kemungkinan untuk menang. Ada banyak orang yang bisa memenangkan Giro ini," jabarnya.

Almeida juga belajar dari kasus Simon Yates di Giro 2018 lalu. Pembalap Mitchelton–Scott itu memimpin mulai etape 6 hingga etape 18. Yates tak berkutik saat dikudeta oleh Chris Froome di etape 19. Dan Froome lah yang akhirnya memenangkan Giro 2018.

"Anda bisa mengalami satu hari yang buruk dan semuanya akan hilang. Anda tidak pernah tahu, oleh sebab itu mari kita lihat apa yang terjadi pada hari terakhir nanti," kata pemenang Liège - Bastogne - Liège U23 2018 itu. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 17

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Bettini Photo, Getty Images

Populer

Julian Alaphilippe Kehilangan Yellow Jersey Akibat Melanggar Aturan Feeding
UCI Buka Peluang Gelar Kejuaraan Dunia Gravel
Tanpa Perayaan, Ulang Tahun UCI Hanya Bikin Video Flashback 120 Detik
Kecelakaan Mengerikan, Jakobsen Mengalami Koma, Groenewegen Didiskualifikasi
Pinarello Pop Art Spesial untuk Chris Froome
Bissegger Kalahkan Ganna, Pogacar Mulai Unjuk Gigi
Novita Lestari: Dari Lari, Rutin Bromo KOM, Lalu Triathlon
Dzaki Berjuang Tuntaskan Quintuple Ironman di Sentul Ultra Triathlon
Astana Dewi, Tim Balap Putri Continental UCI Kolaborasi Dewi Cycling Team dan Astana
GRBC Pemupuk Atlet Muda Gorontalo