Keberadaan Banjir Kanal Timur (BKT) tak cuma berfungsi sebagai penangkal banjir semata. Oleh sejumlah cyclist di Jakarta Timur, tempat ini sering menjadi titik kumpul ketika gowes. Lambat laun mereka sepakat untuk membentuk komunitas. Karena "tikum"-nya di BKT, mereka menamai diri sebagai BKT.CC.
Mereka merupakan salah satu komunitas yang sedang nge-hit di Jakarta saat ini. Dalam sekali gowes bareng, jumlah pesertanya bisa mencapai lebih dari 150 orang. Penamaan program gowes yang out of the box juga memikat banyak cyclist untuk mancal bareng dengan mereka.
BKT.CC mulanya hanya terdiri dari lima orang, yakni Ichsandy Kusuma, Nickita Ardhian Putra, Erlangga Wijaya, Herzuginanda, dan Indro A. Purwanto. Mayoritas bermukim di Jakarta Timur. Hanya Herzuginanda saja yang kediamannya di Jakarta Selatan. Kelimanya melahirkan BKT.CC pada 25 Maret 2020 lalu.
Meski baru terbentuk tahun ini, para founder BKT.CC sebenarnya orang lama. Mereka sering gowes bareng dengan pelbagai komunitas di Jakarta. "Pandemi ini membuat kami tidak bisa gowes dengan grup besar. Akhirnya kami bikin kelompok kecil," cerita Indro A. Purwanto, Ketua BKT.CC.
Selama pandemi pula mereka acap kali berangkat sedikit lebih siang. Tujuannya untuk menghindari begal. Gowes dimulai pukul 06.00, ketika matahari mulai terbit dari ufuk timur. Titik kumpulnya di BKT. Dari Jakarta Timur, mereka akan melaju menuju Jakarta Selatan.
"BKT sebenarnya juga punya jalur sepeda. Cuma kalau di Jakarta yang masuk jalur sepeda nggak cuma sepeda, ada kendaraan lainnya," ungkap bapak dua anak ini.
Menggunaan BKT sebagai nama komunitas pun membuat sejumlah kalangan tidak ngeh. Johnny Ray dalam kolom sehatnya pekan lalu pun heran nama BKT.CC seperti serial Avatar, ada pengendali airnya. "Kami sempat disangka dari Bekasi," kata Indro seraya tertawa.
BKT.CC biasa gowes tiga kali dalam sepekan, yakni Minggu, Selasa, dan Kamis. Gowes Minggu mereka namai Easy Sunday Ride (ESR). Ini adalah program pertama sekaligus dengan jumlah peserta terbanyak. Baik dari BKT.CC atau di luar komunitas ini.
Start dan finisnya di Mall Kuningan City. Gowes ini amat bersahabat untuk pesepeda pemula. Sebab peloton dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing. Ada empat grup, mulai kecepatan 25 km/jam hingga 33 km/jam.
Masing-masing grup dibagi dalam dua-tiga kelompok kecil yang diisi maksimal 20 orang. Jadi, dalam sekali gowes Minggu, jumlah pesertanya bisa lebih dari 150 cyclist. "Easy Sunday Ride ini untuk pemula dan untuk recovery," terang pria asli Jakarta tersebut.
Apabila sudah merasa kencang di ESR, cyclist bisa mengikuti Thirstday Thursday (TT). Digelar tiap Kamis, agenda ini diikuti sekitar 50 orang yang mampu menembus kecepatan hingga 42 km/jam. "Kami menyebutnya Tuyul Tangkas," canda Indro.
Tuyul tangkas ternyata bukan level teratas. Masih ada lagi kelompok yang mampu lebih kencang. Mereka gowes tiap Selasa dengan tajuk "Jagal Demit". Kecepatannya menyentuh 44 km/jam. Pesertanya lebih sedikit, sekitar 15 orang.
Pertengahan November lalu mereka mengadakan Gontai. Singkatan gowes santai ke pantai. BKT.CC gowes dari Jakarta ke Tanjung Lesung di Pandeglang, Banten. Total jaraknya 185 kilometer. Penggunaan istilah-istilah unik inilah yang membuat BKT.CC makin dikenal di kalangan cyclist. "Kami bikin biar lucu," katanya.
BKT.CC punya sejumlah rencana di tahun baru nanti. Mereka ingin mengeksplorasi Bali atau Jogjakarta dengan bersepeda. Tak hanya itu, mereka juga berencana untuk gowes dari Jakarta ke Bandung, dan atau dari Jakarta ke Cirebon. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 22
Foto: BKT.CC