Selama tiga hari di Rio de Janeiro, mulai 31 Oktober hingga 2 November, Anis Mustofa dan Aldila Avezine mendapatkan pengalaman menjajal melahap rute balap sepeda nomor road race Olimpiade 2016. Mereka gowes dengan total jarak 174 kilometer dalam training camp yang diadakan Rio Cycling itu.

Mereka berangkat dari Brasilia ke Rio pada Jumat (30/10) lalu. Setibanya di Rio, keduanya langsung menuju hotel tempat peserta training camp menginap. Setelah mempersiapkan tunggangannya dan mendapatkan cylcling kit, seluruh peserta melakukan briefing dengan pihak penyelenggara.

Gowes dimulai pada Sabtu (31/10) pagi, start pukul 07.00 waktu setempat. Mereka gowes di wilayah Barra da Tijuca di Rio. Jaraknya memang tak panjang,cuma 58 kilometer. Lebih dari separuh rutenya adalah flat. Mereka menyisir sepanjang Pantai Barra da Tijuca, Recreio, dan Grumari.

Ketiga pantai itu konon masih sangat alami karena tidak seramai Copacabana dan Ipanema yag tersohor itu. Tiga pantai nan indah tersebut juga menjadi spot favorit untuk olahraga surfing. Meski flat, bukan berarti gowes ini tak memiliki tantangan.

Pertama mereka harus melawan angin yang cukup kencang karena gowes di dekat pantai. Selain itu, terdapat sebuah tanjakan di Barra da Tijuca yang memiliki gradien rata-rata 24,1 persen dengan panjang 1,3 km. "Jadi, meski tanjakannya pendek, tapi curam," ucap Anis.

Gowes juga melewati jalanan cobblestone di Grumari yang sengaja dipersiapkan pemerintah Rio untuk Olimpiade 2016 lalu. Jalanan ini masih dipertahankan hingga sekarang. Memang tak panjang, hanya dua hingga tiga kilometer. Bagi cyclist seperti Anis dan Aldila, segmen cobblestone menjadi pengalaman baru.

"Serasa di Paris–Roubaix. Kalau melewati jalan ini, tangan lumayan bergetar. Memmbuat kami bisa merasakan nuansa Olimpiadenya. Karena 65 persen datar, jadi orang terpacu untuk cepat. Segmen cobblestone ini juga menjadi tantangan tersendiri," cerita cyclist asal Kendal, Jawa Tengah itu.

Menjelang finis, hujan deras dan angin kencang mengguyur Rio. Membuat gowes ini makin menantang. Tapi peloton tidak mengendurkan kecepatan mereka. Mereka tetap melaju lebih dari 40 km/jam. "Mau ngerem kok malu-maluin. Karena mereka semangat, kami juga termotivasi," ungkap pengguna Trek Emonda SL 5 dics ini.

"Dalam kondisi hujan deras di tepi pantai sebenarnya bahaya juga. Mungkin yang narik warga lokal jadi tahu karakteristik jalan dan angin di sana. Jadi gowesnya aman sampai finis," timpal Aldila. Pemandangan indah di tepi pantai membuat trip ini benar-benar memanjakan mata.

Aldila mengatakan, gowes hari pertama memang lebih pendek. Tapi mereka benar-benar rute Olimpiade 2016. "Bedanya, kami hanya gowes dalam satu kalau. Kalau pembalap putra di Olimpiade empat lap, kalau pembalap putri dua lap," jelas cyclist yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Brasilia. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 24

Foto: Rio Cycling

Populer

Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
GCR Malang Punya Jersey Baru, Lebih Sejuk dan Menarik
Giliran EJJ Boleh Berbagai Jenis Sepeda, Kecuali eBike!
Kolom Sehat: Akhir Tahun 2024
Kalender Mainsepeda 2025: Dibuka EJJ, Trilogy Telah Menanti
Investor Kakap dari Tiongkok, Akankah Bawa XDS Astana Keluar dari Degradasi?
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Herbamojo, Suplemen untuk Mendukung Stamina Tetap Prima