Selamat tahun baru buat para pembaca Mainsepeda. Minggu lalu saya sengaja mengambil cuti menulis. Jadi, mohon maaf buat pembaca yang menanyakan itu ke akun Instagram saya, maupun ke akun Mainsepeda.
Bagaimana akhir tahun Anda? Kalau akhir tahun saya jangan ditanya, capek dan pegal. Anda tentu sudah tahu penyebabnya: Azrul Ananda! Ia memberi tantangan saya untuk gowes 2.500 km untuk didonasikan ke panti asuhan. Mau saya tolak, tapi niat tantangan itu mulia sekali.
Menjelang berakhirnya tahun, saya akhirnya bisa menuntaskan tantangan itu. Pas dalam sebulan. Yang bikin tambah capek adalah penutupannya harus gowes nanjak. Dari Surabaya ke Hotel Surya di Tretes, Pasuruan.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih untuk TeJo. Alias Teman Johnny. Kalian tak pernah lelah menyemangati. Dan, tentu terima kasih yang tak terhingga untuk para pembaca Mainsepeda yang turut menyumbang di challenge itu.
Yang sudah lihat Podcast Main Sepeda episode terakhir di 2020, saya ingin bertanya, apakah Anda sudah menentukan resolusi di 2021 ini? Jawab saja dalam hati ya. Sebab resolusi itu tercapai apa tidaknya hanya diri kita sendiri yang tahu.
Apa pun resolusi Anda pasti, pasti perlu niat dan usaha yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Misal seorang cyclist yang selama ini gowes terjauhnya dalam sehari "hanya" 100 kilometer, lalu resolusinya bisa gowes 200 kilometer dalam sehari. Yang seperti itu, tiap tambahan satu kilometer -setelah seratus kilometer- maka itu akan sangat terasa menyiksa. Perlu latihan yang sesuai, dan manajemen makanan yang baik.
Apapun resolusi Anda, 2021 ini adalah tahun yang benar-benar baru. Kok bisa? Ya coba saja Anda ingat, kapan terakhir merayakan tahun baru tanpa menghitung countdown? Tanpa melihat langit malam penuh dengan meriahnya kembang api, yang suaranya memekakkan telinga itu?
Tahun baru ini juga membuat kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Ingat, ketika Covid-19 masih "jauh" dulu, banyak yang menyepelkannya. Ada yang bilang, "Ah mungkin nggak masuk ke sini. Orang Indonesia kan tahan banyak penyakit." Eh, ternyata tidak begitu. Faktanya, ketika vaksin kini sudah tersedia, tetap saja kehidupan kita belum bisa kembali seperti dulu. Penyebaran Covid-19 malah mengkhawatirkan. Sampai pemerintah kembali harus menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB.
Awal tahun baru ini pertama kalinya UGD Rumah Sakit RKZ di Surabaya menutup layanannya. Mereka kawalahan menampung penderita Covid-19. Tentu itu bukan kabar yang menyenangkan. Itu bukti nyata bahwa di tahun baru ini bahaya pandemi itu masih belum berakhir. Bahkan seperti di kebanyakan berita, virus Covid-19 jenis baru pun ikutan muncul.
Bicara olahraga di tengah pandemi, banyak yang setuju jika bersepeda termasuk alternatif paling ideal. Saya pun begitu. Sebab, bersepeda memang minim kontak fisik. Ada tapinya. Kecuali kalau sepedaannya dikit-dikit berhenti di warung atau kafe.
Bersepedanya memang baik. Tapi yang bikin bahaya itu kalau dikit-dikit foto selfie bareng. Dempet-dempetan. Dikit-dikit makan bareng, dempet-dempetan. Hal-hal semacam itu bisa menjadi tersangka penyebaran virus Covid-19 di kalangan cyclist.
Jadi, apa pun kegiatan Anda, hendaknya jangan lengah. Memandang enteng pandemi sudah terbukti membuat virus ini menjadi lebih masif. Kalau diingat kembali, ketika awal kita beraktivitas terbatas, kan penyebaran Covid-19 tidak sehebat ini. Namun ketika pembatasan mulai dilonggarkan, kewaspadaan ikut melonggar.
Tidak menyenangkan untuk diulang-ulang, tapi kenyataannya seperti ini. Jadi, mari kita tetap waspada sepanjang tahun ini. Agar Covid-19 tidak ikut tahun baruan lagi di 2022 mendatang. Salam sehat. (johnny ray)
Johnny Ray Menyelesaikan Misi Gowes 2.500 Km untuk Anak Panti Asuhan
Foto: Dewo Pratomo