Giro d’Italia 2018 tinggal menyisakan enam etape. Empat di antaranya bakal menentukan juara, berupa satu time trial dan tiga etape gunung. Setelah rest day terakhir Senin (21 Mei), praktis hanya ada empat pembalap yang punya kans jadi juara. Berikut peluang masing-masing berdasarkan rute yang tersisa.
1. SIMON YATES (Mitchelton-Scott), Race Leader
Di atas kertas, Giro d’Italia ini seharusnya sudah jadi milik Yates. Pembalap Inggris ini telah menunjukkan diri sebagai yang paling kuat di tanjakan. Dia sudah menang tiga etape, dan dua kali runner-up. Itu pun yang sekali “mengalah” kepada rekan setim, Esteban Chaves.
Sekarang, Yates sudah unggul 2 menit dan 11 detik atas Tom Dumoulin (Team Sunweb). Dari empat etape menentukan yang tersisa, Yates hanya perlu memaksimalkan diri di etape time trial (TT), Selasa ini (22 Mei). Rutenya datar, full power, sepanjang 34 km.
Kalau Yates bisa mempertahankan maglia rosa (pink jersey) usai etape ini, maka bisa dibilang game over untuk yang lain. Yates sendiri tampak begitu rileks saat rest day terakhir. Pembalap 25 tahun itu mengaku sudah memberikan yang maksimal, hasil akhir sudah bukan lagi yang utama.
“Saya rileks. Saya merasa baik. Kalau saya hancur di pekan terakhir, atau kehilangan lima menit (di TT), saya akan baik-baik saja. Saya sudah happy dengan apa yang saya lakukan. Saya datang ke Giro d’Italia untuk menang. Kalau saya tidak sanggup, that’s okay, saya tidak akan kehilangan tidur. Saya ingin jadi yang terbaik, tapi kalau ini maksimal yang bisa saya lakukan, ya itu tidak apa-apa,” paparnya.
2. TOM DUMOULIN (Team Sunweb), + 2 menit 11 detik
Sang juara bertahan telah tampil luar biasa di 15 etape awal. Berbadan tinggi besar (187 cm), dia mampu bertahan maksimal di etape-etape tanjakan. Etape TT Selasa ini (22 Mei) mungkin adalah kesempatan terakhir Tom Dumoulin merebut pink jersey.
Seharusnya, dia bisa merebut dua menit dari Simon Yates pada etape 34 km ini. Kalau dia bisa, maka dia harus bertahan mati-matian di etape-etape tanjakan terakhir. Dan siapa tahu, mampu mempertahankan gelar juara. Menariknya, Dumoulin mencoba menjaga ekspektasi.
Dia memuji Yates habis-habisan, bahkan menyebut etape TT ini tidak akan menguntungkannya 100 persen. Saat menjajal rute hari Senin (21 Mei), dia mendapati angin kencang mendorong dari belakang. Itu akan menguntungkan pembalap yang lebih kecil seperti Yates, meminimalisasi selisih power dengan pembalap besar. “Perbedaan waktu tidak akan terlalu besar. Tergantung anginnya.Kalau angin seperti hari ini (mendorong), maka perbedaannya akan kecil,” ungkap sang juara dunia TT.
3. DOMENICO POZZOVIVO (Bahrain-Merida) + 2 menit 28 detik
Domenico Pozzovivo telah tampil luar biasa di Giro d’Italia 2018. Climber berbadan mungil ini jarang diperhatikan, jarang dibicarakan, tapi selalu eksis di saat-saat menentukan. Tak heran dia kini ada di urutan ketiga, berpotensi besar meraih podium saat lomba berakhir di Roma, 27 Mei mendatang.
Memasuki pekan terakhir Giro, nama Pozzovivo pun semakin dibicarakan. Maklum, dialah kini satu-satunya harapan Italia meraih juara. Andalan Italia lain, seperti Fabio Aru (UAE Team Emirates), sudah “hilang” entah ke mana. Masalahnya, Pozzovivo terlalu mungil untuk menjadi ancaman di etape time trial.
Untuk meraih podium, apalagi juara, Pozzovivo harus habis-habisan di etape-etape gunung terakhir. Pozzovivo sendiri tak mau banyak bicara soal peluang. “Trademark saya selama ini adalah membiarkan hasil di jalan yang berbicara,” kata pembalap 35 tahun bertinggi badan 165 cm itu.
4. THIBAUT PINOT (Groupama-FDJ) + 2 menit 37 detik
Seandainya Simon Yates tidak tampil super, mungkin Thibaut Pinot-lah ancaman utama Tom Dumoulin di Giro d’Italia tahun ini.Pembalap Prancis ini tampil begitu konsisten dan sekarang punya peluang mencuri gelar. Minimal, meraih podium. Pinot bukan jagoan TT, tapi tidak buruk.
Dia bahkan pernah mengalahkan Dumoulin dan Chris Froome di sebuah etape TT WorldTour dua tahun lalu. Targetnya di etape TT tahun ini adalah tidak kehilangan lebih dari 90 detik dari Dumoulin. Setelah itu, dia akan mati-matian di etape tanjakan. “Masih ada beberapa etape panjang dan berat. Jadi kita lihat saja Sabtu malam nanti (setelah etape gunung terakhir, 26 Mei). Kita semua masih punya harapan,” tandasnya.
5. LAIN-LAIN?
Chris Froome (Team SKY) berharap posisinya bisa naik di klasemen GC setelah etape TT 22 Mei 2018.
Di belakang Pinot, semua pesaing lain sudah ketinggalan lebih dari empat menit di belakang Simon Yates. Termasuk di antaranya Chris Froome (Team Sky), yang berada di urutan tujuh, 4 menit dan 52 detik di belakang. Di etape TT, Froome seharusnya termasuk yang tercepat dan bisa naik beberapa posisi. Setelah itu, dia mungkin harus bergantung pada keberuntungan kalau masih ingin menjadi juara Giro d’Italia 2018. Tapi, bagi penggemar Froome, segalanya masih bisa terjadi.
Dua tahun lalu, Steven Kruijswijk (LottoNL-Jumbo) sudah hampir menjadi juara, unggul bermenit-menit atas pesaing lain. Eh, dia malah mengalami kecelakaan dan gelar direbut oleh Vincenzo Nibali! (mainsepeda)
Enam Etape Tersisa Giro d’Italia 2018
Etape 16 – 22 Mei, Trento-Rovereto (time trial) 34,2 km
Etape 17 – 23 Mei, Riva del Gardo-Iseo 155 km (datar)
Etape 18 – 24 Mei, Abbiategrasso-Prato Nevoso 196 km (gunung)
Etape 19 – 25 Mei, Venaria Reale-Bardonecchia 184 km (gunung)
Etape 20 – 26 Mei, Susa-Cervinia 214 km (gunung)
Etape 21 – 27 Mei, Roma 115 km (datar)
foto : twitter team SKY, team Sunweb, team Mitchelton-Scott, Team Groupama-FDJ