Tiga komunitas dari Salatiga baru saja menuntaskan perjalanan menuju Surabaya. Total jaraknya lebih dari 300 kilometer dengan moving time lebih dari 12 jam. Kabar baiknya, seluruh cyclist yang mengikuti gowes bertajuk Tour de Surabaya itu, berhasil finis bahagia.
Total 24 cyclist berpartisipasi di kegiatan ini. Rinciannya, 14 penunggang road bike dan sepuluh sisanya menggunakan sepeda lipat. Mereka berasal dari tiga komunitas di Salatiga, yakni Team Kunang-Kunang, Seli-3, dan TOS Roadbikers.
BACA JUGA: Tiga Komunitas di Salatiga Bikin Gowes 300 Km ke Surabaya
Ide untuk gowes ke Surabaya tercetus dari empat anggota Seli-3 yang ingin merasakan sensasi gowes jarak jauh. Wacana ini disambut baik oleh sejumlah member Kunang-Kunang dan TOS. Mereka siap menemani ke Kota Pahlawan.
Ketika diumumkan ke grup komunitas, responsnya luar biasa. Ada banyak yang ingin ikutan. Demi keamanan dan kenyamanan saat berpeloton, serta ketepatan target waktu, maka jumlah peserta yang berangkat ke Surabaya dibatasi hanya 20an orang.
Humas komunitas Seli-3 Aditya Bagas Ranggajaya menceritakan, gowes 300 kilometer ini start dari Terminal Tingkir di Kota Salatiga. Mereka berangkat pada Jumat (2/4) tepat pukul 06.00. Dari sana, mereka bergerak menuju pit stop pertama di Ngawi. Mereka rehat sejenak untuk mengisi bahan bakar dan mengatur napas.
Dari kota kelahiran Denny Caknan itu, mereka melaju lagi melalui Madiun, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, dan Sidoarjo. Garis finisnya di Titik Nol Surabaya yang berada tepat di depan kantor Gubernur Jawa Timur (Jatim). Mereka tiba di sana sekitar pukul 21.00.
"Kami sengaja memilih rute di jalur tengah. Sebenarnya kami bisa saja melewati jalur pesisir. Tapi kami tak ambil opsi itu karena khawatir kecepatan peloton tidak bisa maksimal," jelas Rangga, sapaan akrabnya.
Rombongan tiba di perbatasan Sidoarjo - Kota Surabaya
Setelah mencapai garis finis, mereka menginap semalam di Kota Pahlawan. Sebelum pulang ke Salatiga pada Sabtu (3/4) pagi, mereka menyempatkan diri untuk menyeberang ke Pulau Madura. Tujuannya adalah Warung Bebek Sinjay di Bangkalan yang tersohor itu.
Jadi, setelah menghajar tubuh dengan gowes lebih dari 300 kilometer, mereka puas menyantap bebek Sinjay yang dikenal sangat lezat. "Saya sebenarnya tidak pernah doyan makan bebek. Tapi di sini bisa habis dua sekaligus," aku dr. Fridana Bunawan, Ketua Team Kunang-Kunang.
Ada sejumlah kisah menarik selama gowes 300 kilometer ini. Menurut dr. Bunawan, kisah cicak jatuh dari dinding yang ramai dibahas di Podcast Main Sepeda Episode 38, juga terjadi di grupnya. Ada cyclist jagoan tanjakan yang tersenggal-senggal di gowes 300 kilometer ini.
"Mirip yang dijelaskan Mas Azrul Ananda dan om Johnny Ray, para cicak juga berjatuhan. Salah satu teman kami adalah jagoan nanjak gunung. Giliran rute datar dan endurance sepert ini, ia di dalam peloton terus, tidak mau narik," canda dokter lulusan Universitas Sultan Agung Semarang itu.
Rekam perjalanan Tour de Surabaya
Setelah percobaan pertama yang sukses, ada wacana untuk menjadikan Tour de Surabaya sebagai kegiatan tahunan ketiga komunitas itu. "Tahun depan akan kami kemas lebih baik dan lebih menarik lagi. Sebab peminatnya luar biasa," tutur Rangga. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 38
Foto: Aditya Bagas Ranggajaya