SRAM Rival eTap AXS 12-Speed: Kini Grupset Wireless Makin Terjangkau

Grupset elektronik sudah lebih dari satu dekade beredar di pasaran. Grupset yang memakai sistem wireless juga sudah eksis sejak sekitar 2015. Makin lama, teknologi semakin dibuat terjangkau. Belum murah, tapi menuju ke sana.

Produsen asal Amerika Serikat, SRAM, telah merilis Rival AXS eTap 12-Speed. Ini adalah grupset elektronik wireless yang diharapkan bisa mengguncang pasar. Karena harganya semakin menuju ke bawah, dengan teknologi dan komponen sama dengan dua "kakak" yang (jauh) lebih mahal. Yaitu Red dan Force eTap AXS.

SRAM tidak sekadar membuat grupset wireless "level ketiga dari atas." SRAM membuat Rival AXS ini punya "dunia" sendiri. Ada versi 2x (double chainring), versi 1x (single), juga versi WIDE (untuk wide gearing aplikasi gravel atau offroad). Juga punya power meter sendiri, dengan harga lebih terjangkau dari versi Red atau Force.

Dan kalau mau, SRAM Rival AXS ini bisa dikombinasikan dengan dengan komponen apa saja dari Red dan Force. Bahkan dari grupset MTB Eagle AXS. 

Sekali lagi perlu ditekankan: Rival AXS ini menggunakan sejumlah komponen (khususnya internal) yang sama dengan Red dan Force.

Konsep girnya pun sama. Menegaskan diri beda dengan Shimano dan Campagnolo. Untuk opsi 2x, ada tiga pilihan chainring depan. Yaitu 48/35, 46/33, dan 43/30. Sedangkan 1x ada 38, 40, dan 42T.

Konsep ini dasarnya penting. Kalau di Red dan Force, dipadu dengan sproket 10-33, 10-28, atau 10-26 untuk memberi opsi gir lebih luas bagi pemakai. Secara teori, top speed lebih tinggi dan menanjak lebih ringan, kalau dibandingkan dengan penawaran Shimano dan Campagnolo.

Namun, banyak pemakai mempermasalahkan spacing-nya. Antara jarak antar-gir terlalu rapat di bawah (untuk datar), di sisi lain terlalu renggang di atas (untuk menanjak). Bahkan para pembalap profesional dunia yang memakai SRAM didapati menggunakan gir-gir custom untuk menyiasatinya.

Lewat Rival AXS, SRAM membuatkan opsi sproket baru. Tetap menawarkan opsi gir lebih luas, tapi dengan spacing lebih konvensional. Yaitu pilihan 10-30. Kalau diperhatikan, gir-gir pada sproket ini mirip dengan 11-30 dari Shimano. Hanya menambahkan gir 10 di bawah.

Lalu ada lagi opsi 10-36 kalau ingin memakai Rival AXS ini di dunia gravel atau offroad.
Tentu saja, kalau suka gir ala Red dan Force, konsumen bisa memakai sproket dari dua kakak itu. Juga bisa memakai sproket MTB yang lebih besar dari Eagle. Sekali lagi, bisa campur aduk komponen sesama AXS.

Dari penjabaran di atas, jelas SRAM menawarkan sesuatu yang memberikan banyak keunggulan. Lalu apa yang bisa jadi potensi kelemahan? Sebenarnya, dibilang kelemahan juga tergantung persepsi yang menangkapnya.

Satu, SRAM Rival eTap AXS hanya tersedia untuk disc brake. Tidak ada opsi rim brake.

Dua, berat. Dari dulu, penggemar sepeda sudah lama menerima kenyataan. Bahwa semakin murah sebuah grupset, semaking tinggi pula bobotnya. SRAM Rival eTap AXS, secara umum, termasuk berat.

Dan sebenarnya, sistem AXS dari SRAM memang tak pernah dipromosikan sebagai grupset yang ringan. SRAM Red eTap AXS sekitar 100 gram lebih berat dari Shimano Dura-Ace Di2. SRAM Force AXS bertambah berat lagi 300 gram.
SRAM Rival AXS? bertambah berat lagi. Totalnya bisa lebih dari 3,1 kg. Sekitar setengah kilogram di atas Ultegra Di2 Disc, dan hampir satu kilogram lebih berat dari Shimano 105 mechanical disc brake.

Bobot itu akan membuat banyak penggemar sepeda high end mundur. Tapi, tujuan Rival AXS bukanlah untuk mereka. Karena mereka mampu membeli yang Red atau Force. Tujuan Rival AXS adalah membuat teknologi ini lebih terjangkau lagi. Karena harganya jadi sangat kompetitif dibanding Ultegra Di2 Disc.

Sejauh ini, di tengah booming-nya sepeda dan sulitnya ketersediaan komponen, hadirnya Rival AXS ini seperti disambut hangat oleh para produsen. Banyak merek-merek besar langsung merilis produk full bike yang memakai Rival AXS.

Efek jangka panjang: Rival AXS membuka jalan untuk hadirnya lebih banyak lagi grupset elektronik yang lebih terjangkau. Sama seperti kebanyakan barang elektronik di dunia, makin lama semuanya makin terjangkau... (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 40

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: SRAM, Boardman


COMMENTS