Dampak bike boom selama pandemi ini sungguh luar biasa. Salah satu yang terkena imbasnya, atau berkahnya, ialah teman-teman mekanik sepeda. Profesi ini makin prestisius. Bagaimana tidak, para cyclist rela antre di toko sepeda agar ditangani sang mekanik. Antrenya bukan dikisaran jam saja. Bisa berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.
Fenomena ini jarang terjadi sebelum pandemi. Kalau pun terjadi, itu karena ada event yang akan berlangsung di dekat toko sepeda tersebut. Atau empunya sepeda ingin menyervis tunggangannya sebelum mengikuti event itu.
Tapi sekarang sedikit berbeda. Para cyclist "senior" mungkin harus mengalah dengan cyclist baru yang lebih antusias dan lebih "royal" ketika mendadani sepedanya.
Yang bikin saya heran, beberapa teman saya rela mengantri ke mekanik favoritnya walau antriannya cukup panjang. Ketika saya tanya, "Kenapa kok tidak mencari mekanik yang lain?" "Sudah cocok," jawabnya.
Memang biasannya begitu. Rasa percaya kepada mekanik favorit mungkin diperlukan agar mengendarai sepeda merasa aman. Atau karena faktor lain seperti setting-an tertentu yang hanya dipahami sang mekanik tersebut.
Sebenarnya susah nggak sih jadi mekanik sepeda itu? Jika dibandingkan dengan mekanik sepeda motor, lebih susah mana?
Menurut saya lebih susah jadi mekanik motor. Hanya saja mekanik sepeda, terutama sepeda high end, perlu ketelitian dan kesabaran.
Kenapa perlu sabar? Karena banyak fitur-fitur sepeda, terutama sepeda keluaran baru, yang makin lama makin rumit. Walau fungsi akhirnya sama, tetapi proses membangun sepedanya jauh berbeda.
Apa saja yang membuat mekanik bergidik, bahkan wegah (enggan), membangun atau memperbaiki sebuah sepeda? Ini sejumlah alasannya menurut saya:
1. Disc Brake
Memang disc brake ini adalah teknologi baru yang sangat cepat populer. Salah satu sebabnya karena pabrikan besar "memaksa" memakai teknologi ini. Walau teknologi ini memang sudah lama ada, tapi penggunannya di road bike agak berbeda.
Space antara kaliper dengan rotornya sangat mepet. Memasang kalipernya saja butuh kesabaran. Karena tidak seperti sling, perlu proses bleeding. menyeting dengan rotornya pun perlu ketelitian. Sebab jika tidak Remnya bisa mengeluarkan bunyi-bunyi sepanjang jalan dan bikin risih.
2. Internal Cable Routing
Internal cable routing membuat sepeda tampak lebih rapi. Tapi bagi mekanik, melakukannya perlu effort lebih. Karena tidak semua frame memiliki jalur kabel dalam yang mulus. Sering kali "buntu". Jadi si mekanik harus cari akal untuk bisa membuat kabel ini keluar ke lubang yang semestinya.
Kalau itu kabel shifter, maka masuk dari sekitar toptube ke arah daerah rear derailleur. Cukup panjang, kalau ada jalurnya yang buntu, wah harus mencari ujung kabel dengan benang yang lebih fleksibel.
3. Aero Handlebar
Nah ini yang lagi tren dan sering bikin repot mekanik. Bagian ini sering menyembunyikan semua kabel di dalam handlebar-nya. Nah ketika aero handelbar ini harus memuat selang disc brake, maka kerumitannya pun makin tinggi.
Karena ketika mengubah tinggi handelbar atau mengganti panjang stem, sering kali si meknik harus menyeting ulang sistem rem hidrolis dari awal. Bahkan sampai selangnya pun harus diganti. Sebab selang yang terlalu panjang tidak cukup di masukkan di handlebar aero.
Kalau kependekan, karena ganti stem yang lebih panjang, ya pasti harus ganti selang remnya karena tidak cukup. Prosesnya harus membuka handlebar aero, melepas crank, dan bleeding lagi. Jadi memanjangkan stem saja bisa jadi ruwet. Karena banyak yang harus menyesuaikan.
Itulah tiga hal dari beberapa alasan yang bikin mekanik sepeda wegah. Jadi kalau Anda punya mekanik yang terpecaya maka hargailah. Karena merawat sepeda itu bukan hal yang mudah. Apalagi sepeda yang dipakai melibas medan-medan ekstrem.
Selamat bersepeda. Jangan lupa servis berkalanya ya. Sekian. (Johnny Ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 42
Audionya bisa didengarkan di sini