Simon Yates (Team BikeExchange) memiliki kenangan buruk di Giro d'Italia. Ia seharusnya menjuarai balapan ini tiga tahun lalu. Setelah menguasai jersey pink selama hampir dua pekan, ia gagal juara setelah hasil buruk di Etape 19. Ia mengakhiri balapan ini dengan finis ke-21 di klasemen overall.
Musim 2018 seharusnya menjadi tahun sempurna andai ia bisa mendapatkan dua gelar di Grand Tour. Empat bulan setelah kegagalannya di Italia, saudara kembar Adam Yates (Ineos Grenadiers) itu berhasil menjuarai La Vuelta a Espana. Inilah satu-satunya Grand Tour yang berhasil dimenangkan sepanjang kariernya.
Tak hanya musim 2018, Giro 2020 juga berujung mimpi buruk untuk Simon. Ia harus meninggalkan event ini setelah dinyatakan positif Covid-19. Dua pengalaman kurang mengenakkan ini menjadi pelajaran berharga untuk Yates.
"Anda harus tenang dan berhati-hati sepanjang balapan. Ada satu atau dua tes di awal Giro tahun ini. Minggu kedua yang lebih sulit, lalu makin sulit lagi di minggu ketiga," ulasnya seperti yang dilansir Cyclingnews.
Ia menyongsong Grand Tour kesebelasnya dengan positif. Selain pelajaran dari masa lalu, Simon menyadari bahwa ia dan timnya makin selaras dengan tantangan GC seiring berlalunya waktu.
Menurut Simon, Team BikeExchange merupakan salah satu yang terkuat di Italia dan berpotensi untuk mengontrol balapan. Tim asal Australia ini telah membuktikannya saat mengantarkannya juara Tour of the Alps 2021 pada akhir April kemarin.
Simon sangat percaya dengan tim dan rekan-rekannya. Ia hanya meminta dukungan di Giro yang akan dimulai Sabtu (8/5) besok.
"Balapan seperti Giro selalu dimenangkan di pekan ketiga. Saya mengetahuinya dari pengalaman pribadi. Itulah mengapa saya harus berhati-hati dan tenang. Anda harus memahami bahwa balapan ini berlangsung selama tiga minggu, bukan satu," bilangnya. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 42
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Bettini Photo