Masih di sekitar Unbound Gravel, event yang saya ikuti pada awal bulan Juni di Negeri Paman Sam. Pembaca bisa menyaksikan video tim Herba Mojo atau video-video lain yang memperlihatkan keseruan medan gravel di YouTube.
Sayangnya tidak gampang menemukan medan seperti ini di Indonesia. Tapi paling tidak kita dikembalikan dan diingatkan akan jenis sepeda yang lebih mampu melewati jalan tidak beraspal.
Satu hal yang diajarkan oleh event Unbound Gravel ini adalah bagaimana setiap peserta atau setiap pesepeda bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Awalnya saya kira ini hanya masalah keselamatan. Mengharuskan kita lebih berhati-hati. Awalnya saya kira ini masalah mekanikal. Jadi kita harus menguasai sepeda kita, mampu mengganti ban bocor, dan membetulkan sepeda hingga bisa digunakan lagi.
Tapi termyata kita juga harus swadaya dalam asupan.
Memang ada tas punggung yang berisi air dan makanan. Juga ada tas sepeda yang juga bisa diisi makanan. Tapi yang paling penting adalah mindset dan kesiapan kita.
Seperti yang ditanyakan Om John B di Podcast Main Sepeda tentang apa saja yang saya bawa Mulanya saya kira ini bukan hal ipenting. Sampai suatu ketika ada seorang TeJo (Teman Johnny Ray) yang bertanya di media sosial tentang bekal saya. Jadi saya berjanji untuk menuliskan apa saja yang saya bawa selama di Unbound Gravel.
Saya membawa sebuah tas punggung. Isinya air satu setengah liter, dua clif bloks, dan tiga gel dari berbagai brand. Ketika tiba di pit stop pertama, tim media saya, saudara Emka, memberi saya satu bungkus family pack Chips Ahoy. Tenangggg pembaca. Isinya hanya di kotak terakhir. Kira-kira cuma tinggal lima cookie saja.
Seperti cerita saya di podcast, makanan di dalam tas habis di tengah perjalanan. Sedikit "amunisi" yang saya taruh di tas top tube juga habis. Saya lupa apa saja isinya. Seingat saya ada satu ketan kering dan jelly yang seperti permen itu.
Bagaimana saya finis? Saya anggap pembaca sudah pernah membaca di tulisan saya sebelumnya. Atau mengikuti di Podcast Main Sepeda Episode 47 yang tayang Rabu lalu. Saya finis dengan rasa lapar. Namun saya tidak merasa haus karena mendapat air di tengah jalan.
Singkat cerita, acara telah usai. Ketika saya ingin membuka jersey guna membilas diri, saya terkejut karena jersey itu terasa lebih berat. Ternyata di kantongnya masih tersimpan banyak makanan. Ada bloks, gel, dan kue. "Oh sial," gumam saya waktu itu. Saya bahkan tidak merogoh saku jersey untuk memeriksa isinya.
Kenapa bisa begini? Tentu saja karena terlalu lelah. Juga lantaran tidak biasa dengan outfit di hari H. Biasanya saya hanya menaruh makanan di saku atau di tas top tube. Itu pun sudah sangat berlebihan. Tambahan tas punggung yang cukup besar rupanya menganggu kebiasaan.
Jadi ketika makanan yang ada di dalam tas itu habis, pikiran saya seolah berkata bahwa semua makanan sudah habis. Terlalu lelah membuat hal sederhana menjadi masalah. Menganggap seluruh makanan hanya dimasukkan ke tas punggung membuat saya tidak mengecek isi kantong saya.
Jadi, perlengkapan dan perbekalan sepeda harus dipahami, dan berguna. Kita juga harus paham kapan harus memakannya. Tidak perlu membawa semua perlengkapan yang dipunya. Cukup membawa yang dibutuhkan.
Selamat bersepeda. Tetap menjaga keamanan di jalan. Jangan lupa minum agar tidak dehidrasi. Sekian. (johnny ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 47
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Emka Satya (DBL Indonesia)