Kolom Sehat: Karton Tour de France

| Penulis : 

Paling tidak ada dua event olahraga besar yang sedang berlansung di Benua Eropa saat ini. Pertama adalah Piala Eropa, alias Euro 2020. Kali ini saya absen melihat ajang tersebut. Hanya mengikuti dari berita tanpa melihat siaran langsungnya. Namun, kalau disuruh memilih, saya pilih Belgia sebagai calon juara. Walau saya tahu bahwa tim Inggris termasuk unggulan.

Event yang satunya lagi ajang WorldTour, Tour de France 2021. Bisa dibilang ini lomba terbesar dan paling populer di dunia sepeda.

Saya nyaris tak percaya bercampur sedih ketika peloton depan terkena musibah kecelakaan yang melibatkan banyak atlet dan para unggulan. Pada waktu itu saya berpikir, "Gila ini baru Etape 1, namun tim Jumbo-Visma sudah harus berantakan gara-gara papan karton."
Kecelakaan ternyata masih terus terjadi. Primoz Roglic sampai harus diperban seperti mumi setelah kecelakaan Etape 3. Namun ia tetap meneruskan balapan untuk Etape 4, 5, dan 6. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa berlomba dengan luka sebanyak itu.

Tetapi mereka sudah berlatih dengan keras selama berbulan-bulan untuk event ini. Semangat mereka tidak patah dengan hanya "goresan kecil" itu. Itulah bersepeda. Di mana derita, sakit, serta luka menjadi bagian dari kehidupan dan perlombaan.
Kita bisa belajar dari kejadian ini. Kebebasan untuk menyoraki dan melihat dari dekat harus disertai tanggung jawab. Pengunjung yang menyebabkan kecelakaan masif itu tidak melihat ke arah peloton ketika insiden ini terjadi.

Mungkin dia ingin pemirsa di rumah melihat tulisannya di atas karton. Yang justru menyebabkan cedera dan kerusakan. Nominalnya tidak sedikit karena yang terlibat adalah sepeda-sepeda "bagus".

Kecelakaan karena nervous dan kecepatan, itu sudah biasa. Tapi akibat papan karton, mungkin baru kali ini terjadi. Artinya, papan karton itu mahal sekali.

Di sisi lain, kita melihat Mathieu van der Poel, tau yang biasa disingkat MVDP, begitu menghibur di Etape 2. Dua kali ia attack untuk mengejar bonus waktu. Ketika ia menyerang untuk meninggalkan peloton cepat, orang lain berpikir MVDP terlalu gegabah. Sebab attack pertama ini terlalu cepat, menyebabkan ia kehabisan tenaga.

Ternyata menjelang garis finish di tanjakan pendek itu MVDP beraksi lagi. Ia attack sekali lagi dan tidak bisa dikejar lawan-lawannya. Ketika finish pun ia tidak mampu berkata-kata. Hanya menjelaskan bahwa ia harus mencoba. Sebab kesempatannya untuk mengenakan yellow jersey adalah di Etape 2 itu.

Yellow jersey itu dipersembahkan untuk kakeknya, Raymond "Pou-Pou" Poulidor. Poulidor sendiri pernah mengikuti 14 kali Tour de France, delapan kali podium, dan tiga kali menjadi nomor dua. Ia tidak pernah menggenakan yellow jersey.
Kemudian di balapan time trial giliran juara bertahan Tadej Pogacar yang mendominasi. Saya pun berpikir, minggu pertama saja belum rampung, tapi sudah begitu banyak drama. Baik drama jatuh maupun drama kemenangan.

Semoga kita bisa meniru semangat tak mau menyerah para atlet ini. Keadaan sekarang berat untuk kita semua. Covid strikes back! Tetap semangat teman-teman yang sedang berjuang melawan virus ini. Semoga lekas sembuh dan kita bisa bersepeda dengan lebih leluasa. Yang sehat, jaga diri, kurangi berkerumun, dan tetap menjalani protokol kesehatan. Sekian. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 48

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: @motretsport, Getty Images

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Kolom Sehat: MTB
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Bond Almand, Mahasiswa 20 Tahun yang Pecahkan Rekor Ultra Cycing di Pan-American Highway