M. Ali Affandi Mattalitti mulai berkenalan dengan olahraga bersepeda sekitar tiga tahun lalu. Brompton CHPT3 menjadi tunggangan pertama Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Surabaya ini. Lambat laun, pria yang akrab disapa Andi itu mulai hijrah ke road bike.
Ia kemudian bergabung dengan komunitas Brompton Surabaya Cycling Club (Brosur). Bapak satu anak ini acap kali gowes bareng dan ikut tur bersama Brosur. Salah satunya ketika Brosur mengadakan Tour de Banyuwangi pada akhir Agustus tahun lalu.
Saat sejumlah pentolan Brosur seperti dr. Rachmat Mahendra, Sp.OG, Rois Sunandar Maming, dan Lingga Nuarie mulai gowes dengan road bike, Andi pun tergerak untuk mengikutinya. Cannondale SuperSix Evo menjadi sepeda balap pertamanya. Andi membelinya sekitar Maret 2020.
Bersepeda dengan road bike membuatnya bisa menempuh rute-rute jauh. Ia pernah mengikuti agenda gowes Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) ke Pandaan, Pasuruan. Juga ke Mercusuar Sembilangan di Bangkalan bersama komunitas B Roadbike Surabaya Cycle Club (Broadsur).
M. Ali Affandi Mattalitti bersama rekan-rekannya gowes ke Mercusuar Sembilangan di Bangkalan
Andi mengakui sempat keteteran saat kali pertama menjajal gowes di atas 100 kilometer. Saat ke Pasuruan, ia pernah tertinggal jauh hanya gara-gara berhenti sejenak karena bidonnya terjatuh. Gowes ke Bangkalan juga menjadi pengalaman tak terlupakan untuknya.
"Setelah gowes 100 kilometer ke mercusuar itu saya demam selama dua hari. Saya sempat berpikir terpapar Covid-19. Ternyata itu gejala dehidrasi," ungkapnya.
Andi mengakui bahwa dia merupakan pesepeda angkatan Covid. Istilah yang dipakai kepada orang-orang yang mulai bersepeda sejak pandemi Covid-19. "Guyonannya itu sepedaannya cuma 50 kilometer. Tapi foto-fotonya bisa sampai 100 kilometer," candanya.
Tapi hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menggeluti sepeda lebih dalam. Ia mulai rutin latihan pernapasan agar performanya lebih baik. Selain itu, Andi juga mendalami teknik-teknik dalam bersepeda dari sejumlah rekan dan kolega. Serta teman-temannya di komunitas.
"Karena bersepeda itu harus intens. Biar jantung dan ototnya terbentuk," sebut Wakil Ketua Umum KONI Jawa Timur (Jatim) ini.
Dari beberapa rute yang pernah dijelajahi, Andi sebenarnya tidak terlalu memusingkan hal itu. Baginya yang lebih penting adalah dengan siapa ia gowes. "Yang penting sama pelotonnya asiyk. Percuma view bagus tapi peloton nggak bisa menikmati suasana," terangnya.
M. Ali Affandi Mattalitti (kanan) saat gowes di Australia
Tak hanya gowes, Andi juga mulai mengoleksi sejumlah sepeda. Setelah menjual Cannondale-nya, ia beralih ke Specialized Tarmac SL7. Selain itu, Andi juga menggunakan Canyon CF SLX edisi Tino Pohlmann, Specialized Aethos, Scott Foil, hingga Wdnsdy AJ1Ti.
Khusus untuk Wdnsdy AJ1 Disc Ti, Andi berencana membawa sepeda ini ke rumah keduanya di Australia. Andi ingin menggunakan brand asal Indonesia saat gowes bersama anak dan istrinya yang tinggal di Negeri Kanguru. Ia mengaku memiliki sejumlah rute gowes favorit, yakni di Fremantle, Perth.
"Nanti sepeda ini (Wdnsdy AJ1 Disc Ti) ditinggal di Australia buat sepedaan di sana. Harusnya Agustus ini ke Australia," bilang alumnus Universitas Airlangga itu. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 51
Foto: Dokumentasi Ali Affandi