Entah apa yang merasukimu. Ini bukan lagu TikTok, tapi ini ungkapan heran ketika dikabari bahwa teman saya, Goura Cristata Kerdijk, sedang bersepeda ke Probolinggo. Lalu pulang lagi ke Surabaya. Jaraknya sekitar 185 kilometer.
Goura adalah istri sahabat saya, H. Faisol Arif. Qalau adakalanya Goura ikut gowes bersama saya, Faisol, dan teman-teman yang lain. Tetapi tidak sering. Goura sering mengeluh terlalu capai jika ikut teman Faisol yang sering lupa kalau ada anggota peletonnya yang tertinggal.
Bersepeda di atas 150 kilometer, menurut saya, butuh fisik yang kuat serta dedikasi. Sebab rasa lelah dan penat akan terjadi setelah melahap kilometer sebanyak itu.
Belum surut rasa heran saya, saya melihat di media sosial bahwa Goura dan beberapa temannya, bersepeda ke Kediri. Itu tak lama setelah dia ke Probolinggo. Jaraknya lebih wow lagi. Sekitar 250 kilometer.
Usut punya usut, Goura ternyata sedang mengikuti sebuah event bersepeda yang diadakan oleh Pelindo. Sebenarnya dia sedang mengejar best time gowes 290 kilometer. Tetapi ada syarat yang tidak dipenuhi. Hingga dia gugur dari nomor ini.
Akhirnya Goura memilih mencoba bersaing di kategori jarak terjauh dalam sembilan hari. Karena terlambat memutuskan ikut nomor ini, Dia baru serius mencari kilometer di hari ketiga pelaksanaan event.
Persaingan pun tak terelakkan. Gowesnya sampai malam hari. Saya terharu mendengar perjuangannya. Teman-temannya yang lain, baik dalam wadah komunitas atau perorangan, silih berganti menemaninya. Menambah semangat Goura agar betah bersepeda.
Saya sempat ingin menemani, walau hanya sehari. Tetapi kondisi saya sedang tidak fit. Tidak memungkinkan mengayuh sejauh itu. Jadi saya hanya bisa memberikan support.
Total jarak yang ditempuhnya mencapai 1.806 kilometer. Itu dalam sembilan hari. Goura bertanya. Mengapa saya menulis tentang perjuangannya. Padahal belum ada pengumuman dia berada di peringkat berapa.
Saya katakan kepadanya. Bahwa tidak penting apakah dia akan menjadi juara atau tidak. Karena menurut saya, yang Goura lakukan ini benar-benar luar biasa. Saya pernah gowes 300 kilometer. Tapi besoknya ya nggak 300 kilometer lagi. Lusanya pun tidak.
Jadi saya angkat topi hormat padamu, Goura. Panutan para mahmud (mama muda). Goura sempat mendekam di rumah. Gowes statis terus. Tetapi ketika tantangan, dia siap gowes di dunia nyata.
"Terima kasih untuk Faisol, suami tercinta yang selalu men-support saya. Mbak Isna yang selalu menemani saya mencari kilometer. 'Demi cintaku padamu', kata Mnak Isna. Juga buat Mbak Siti yang sudah kerokin pada saat kritis karena badan ini sudah tidak mampu bertahan. Juga buat Fian yang selalu sabar dengan omelan dan makian saya saat panas matahari sedang lucu-lucunya. Dan untuk semua tim ruwet banyak masalah, kalian teman rasa saudara. Rela berbagi shift pagi, siang, dan sore buat nemenin cari kilometer. Juga buat Bikeberry yang selalu support. Ahh..kalian mah luar biasa. Serta buat Om Ray yang selalu support dan nulis artikel ini."
Your welcome, Goura, saya janji tidak akan mem-bully selama sebulan. Jangan kapok. Teruslah menjadi panutan mahmud-mahmud yang lain. Sekian. (johnny ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 54
Foto: Dokumentasi Goura Kerdijk