Andre Leman baru saja menuntaskan gowes terberatnya tahun ini. Member Brompton Monas Cyclists (BMC) itu mengikuti event Bentang Jawa. Ia menyelesaikan rute sepanjang 1.434 kilometer selama 147,5 jam. Ia gowes dari Pantai Carita, Pandeglang menuju Hotel Blambangan di Banyuwangi.
Bentang Jawa berlangsung sejak 3 Oktober lalu. Event ini diikuti 38 peserta. Mayoritas menggunakan road bike atau sepeda touring. Ale, sapaan akrab Andre Leman, memilih jalan berbeda. Ia membelah Pulau Jawa dengan sepeda Brompton.
Menurut Ale, ada tiga peserta yang menggunakan sepeda lipat. Namun hanya ia yang menunggangi sepeda asal London, Inggris tersebut. Ale sempat menyesali keputusannya itu. Sebab, menyelesaikan Bentang Jawa dengan sepeda lipat ban kecil, adalah perkara yang sangat sulit.
"Sebenarnya medan ini tidak dibuat untuk seli. Yang lain pakai sepeda touring atau road bike. Saya sempat mengeluh karena memakai sepeda lipat. Tapi oleh salah satu teman, saya diingatkan bahwa menggunakan Brompton adalah keputusan saya sendiri," cerita Ale seraya tertawa.
Bentang Jawa memiliki dua checkpoint, diĀ Pelabuhan Ratu dan Blitar. Dalam laman resminya dijelaskan, setiap titik pengecekan memiliki batas waktu tersendiri. Inilah yang membuat event ini seru. Sebab masing-masing peserta akan berusaha mencapai target sebelum batas waktu.
Selain medan yang berat, perjalanan harus dilalui tanpa bala bantuan, tidak boleh ada pengawalan, bahkan tidak boleh drafting. Kata Ale, aturan di event ini memang sangat ketat.
Ale berjuang keras sejak menuju checkpoint pertama. Ia dihajar habis-habisan sejak hari pertama. Dibuka dengan tanjakan-tanjakan di kawasan Pelabuhan Ratu.
Tak cuma itu saja, setiap malam ia selalu masuk hutan sendirian. Setelah melalui perjalanan selama tiga hingga empat jam, ia akhirnya menemukan pemukiman penduduk.
"Saya sampai berhalusinasi ketika berada di tengah hutan. Tiba-tiba sepeda saya menjadi lenbih berat. Setiap masuk hutan selalu seperti itu," ungkapnya.
Teras mini market menjadi spot nyaman untuk beristirahatĀ
Halusinasi itu, lanjut Ale, dikarenakan jam tidurnya yang sangat minim. Sering kali ia gowes hingga dini hari. Saat tiba di hotel, Ale hanya bersih diri, memejamkan mata selama 30 menit hingga dua jam, lalu gowes lagi. Rutinitas ini terus menerus dilakukan hingga mencapai Banyuwangi.
Efek kurang tidur ini juga membuat konsentrasinya berkurang. Ale mengaku sempat terjatuh pada hari ketiga perjalanan. Ia berangkat pagi-pagi. Tiba-tiba saja ia kehilangan keseimbangan saat ada mobil melintas. Ale jatuh ke bahu jalan dan mengalami luka di lengan dan lutut.
Perjuangannya terbayar lunas. Ale berhasil finis sebelum cut off time (COT). Ia mengaku menjadi satu-satunya peserta dengan sepeda lipat yang berhasil finis di event ini.
Ale tiba di Hotel Blambangan di Banyuwangi. Ia berhasil finis sebelum COT
Seorang peserta yang juga menggunakan sepeda lipat yang tidak melanjutkan perjalanan di tengah lomba. Satu pemakai seli lainnya mengalami kecelakaan di Banyuwangi. Sekitar 36 kilometer menjelang finis. Ia mengalami patah tulang selangka. Kata Ale, hanya 23 cyclist yang finis sebelum COT.
Meski berhasil finis bahagia, Ale mengaku kurang puas dengan catatan waktunya. Semula, Ale menargetkan melaju sekitar 20 km/jam. Dalam prakteknya, kecepatan rata-ratanya hanya 18 km/jam. Ada banyak faktor penyebab. Brompton-nya yang sempat trouble di tengah jalan. Ale juga sempat salah jalan di Blitar.
"Dari dulu saya punya cita-cita gowes dari Jakarta ke Banyuwangi. Ingin menjajal lewat rute Pantai Selatan. Ternyata tanjakannya bertubi-tubi. Sangat menantang," bilangnya. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 60
Foto: Dokumentasi Andre Leman