Banyak peminat hobi sepeda sekarang terhadang oleh sebuah barrier of entry. Yaitu tingginya harga groupset. Sebelum pandemi, Shimano Ultegra rim brake bisa didapat dengan harga di bawah Rp 9 juta. Sekarang? Bisa hampir dua kali lipat. Banyak penyebabnya. Yang paling sederhana tentu tingginya demand sedunia dan kurangnya supply.

Tergelitik dengan kendala ini, beberapa pekan lalu saya dan partner podcast saya di Mainsepeda, Johnny Ray, penasaran dengan Sensah. Produsen grupset asal Tiongkok ini perlahan tapi pasti mendapatkan nama di pasaran. Khususnya di pasaran yang ditinggalkan oleh Shimano dan SRAM di harga "menengah."

Produsen dari kawasan Guangzhou ini awalnya bukan sekadar awal biasa. Kabarnya, orang-orang di balik Sensah adalah eks orang-orang SRAM, yang tidak ikutan pindah pabrik.

Melihat dan merasakan produknya, saya tidak heran. Karena mekanisme dan feeling-nya sangat mirip dengan SRAM double tap mekanikal. Banyak koleksi lama saya menggunakan SRAM Red 10-speed, dan memakai Sensah rasanya seperti ketemu "pacar lama."

Tentu saja, bedanya, Sensah Empire Pro yang saya jajal adalah yang 12-speed. Ada yang versi 11-speed, dan staf kami di Wdnsdy Bike menjajal versi itu. Saya, rekan saya di Wdnsdy John Boemihardjo, dan Johnny Ray menjajal yang 12-speed. Semua versi terbaru, dengan shifter dari bahan karbon.

Kesan pertama kami, dan "siksaan" pertama, sudah kami tampilkan di channel Mainsepeda di YouTube beberapa waktu lalu (link di sini). Lewat tulisan ini, saya ingin menyampaikan apa saja yang saya hadapi, dan lakukan, selama beberapa pekan menggunakannya.

Sebagai catatan, saya memasang Sensah Empire Pro ini pada dua sepeda Wdnsdy Aluminati. Satu rim brake, satu lagi disc brake. Yang versi rim brake sudah saya pakai lebih dari 1.000 km. Yang disc brake di kisaran 500 km. Untuk menyederhanakan review, saya mengulas masing-masing parts. Toh, baik rim dan disc menggunakan shifter, front derailleur (FD), dan rear derailleur (RD) praktis sama. Hanya beda pada kaliper disc brake-nya.

Catatan paling penting lagi: Sensah secara resmi hanya memproduksi shifter, FD, dan RD. Mereka ada cassette (sproket), tapi dibuat oleh merek lain sebelum dilabeli "Sensah." Untuk crankset, rantai, dan rem, mereknya berbeda. Karena tiga komponen akhir itu beda, saya me-review mereka terpisah di bawah tulisan nanti.

SHIFTER

Untuk Empire Pro 12-speed, shifter terbuat dari karbon. Sementara yang 11-speed ada versi aluminium atau karbon. Tinggal pilih sesuai kemampuan. Secara fungsi sama. Komponen internal sama. Beberapa review menyebutkan, versi awal Empire punya kelemahan pada bagian internalnya. Bagian dari plastik bisa patah karena pemakaian rutin. Khususnya shifter sebelah kiri, untuk memindah chainring depan.

Sensah mendengarkan keluhan itu, dan merevisi produknya. Versi yang dijual sekarang sudah versi ketiga. Bagian plastik itu sudah diganti dari alloy. Seharusnya tidak ada lagi masalah. Karena itu, warning saya hanya kalau Anda membeli Sensah bekas atau stok lama. Takutnya masih menggunakan internal dari plastik. Seperti hal lain dalam hidup ini: Cek sebelum membeli.

Mengenai cara kerja, saya sama sekali tak perlu adaptasi. Saya termasuk penggemar berat SRAM mekanikal. Bedanya, kalau SRAM memindah giginya pakai tuas kecil di belakang tuas rem. Kalau Sensah, satu tuas itu untuk rem maupun pindah gir. Klik pendek sekali untuk menurunkan gir. Klik lebih dalam (jauh) untuk menaikkan gir. Tidak perlu lama adaptasi, bisa langsung jadi muscle memory (insting).

Tuas kiri buat saya lebih sensitif. Bukan masalah di shifter, melainkan pada FD-nya. Saya mendapati, setelan yang ideal untuk FD adalah dua kali klik kecil untuk menurunkan chainring depan, lalu satu swing (klik sangat jauh) untuk menaikkan chainring. Ini masalah di FD, bukan pada shifter.

Bagaimana dengan mengerem? Bukankah bahaya kalau ketika mengerem secara tidak sengaja kita memindah gir? Sama sekali jangan khawatir. Ada mekanisme penguncinya (penahan). Kalau kita mengerem, pasti tidak bisa memindah gir.

Secara umum, tampilan shifter yang karbon tampak sangat pro. Sama sekali tidak kelihatan murahan. Bahkan karet hood-nya tidak murahan. Saya tahu ada merek grupset Eropa yang karet hood-nya terasa lebih tipis dan murahan. Bentuknya juga nyaman digenggam.

FRONT DERAILLEUR

Terus terang, saya sebut saja di awal. Front derailleur (FD) termasuk bagian grupset Sensah paling lemah. Dan kalau dipikir, SRAM Red 10-speed dulu kelemahannya juga di bagian yang sama (FD terasa "lemas"). 

Kalau pada Sensah, kita butuh benar-benar pas dalam penyetelan. Karena cage-nya lebih lebar dari kebanyakan merek lain. Tujuannya sebenarnya baik. Memberi ruang bagi rantai supaya tidak menggeser cage saat kita crosschain (besar depan besar belakang, atau kecil depan kecil belakang). Kalau kita crosschain, kita bisa meng-klik shifter kiri untuk menggeser posisi cage tanpa memindah chainring.

Kenyataannya, ini membuat penyetelan cukup ribet. Kalau mekaniknya pengalaman, dia pasti bisa. Kalau mekaniknya pemula (produk pandemi?), mungkin akan bermasalah.

Seperti ditulis di atas, saya merasa nyaman ketika meng-klik dua kali untuk menurunkan chainring. Lalu melakukan big swing ke dalam untuk menaikkan chainring. Sejauh ini tak ada masalah. Pertama-tama saja sempat berkali-kali rantai lepas. Setelah setelannya pas, tidak ada lagi masalah. Hanya kadang kalau memindah chainring depan saya masih agak "trauma," jadi lebih hati-hati dan "pakai perasaan" saat memindahnya.

Pada Wdnsdy Aluminati yang disc, terus terang saya "curang." Penasaran, saya mengikuti saran beberapa review yang saya riset. Yaitu mengganti FD Sensah dengan FD Shimano 105. Dan memang, hasilnya jadi jauh lebih smooth. Jauh lebih gampang setelannya. Lebih gampang pindah-pindah chainring depannya.

Front Derailleur Shimano 105

Jadi, kalau Anda ragu, silakan saja ganti FD-nya dengan milik Shimano atau SRAM. Semua kompatibel. Toh harga FD 105 juga masih di kisaran Rp 500 ribu. Secara keseluruhan, harga grupset ini tetap jauh di bawah full set 105!

Tapi kalau mekanik Anda handal, tidak perlu ganti FD. Sejauh ini, FD yang terpasang pada Aluminati mekanikal saya masih aman-aman saja setelah lebih dari 1.000 km! Melewati banyak rute menanjak dan naik turun, dan sering dipaksa pindah di momen-momen "sudah" di tanjakan. Yang penting mekanik Anda bisa diandalkan saat pemasangan.

Pada tulisan seri kedua, kita akan membahas tentang rear derailleur (RD), rantai dan sproket, serta komponen lain pendamping Sensah ini. (bersambung)

Podcast review Grupset Sensah Empire Pro 12-Speed


Sensah Empire Pro 12-Speed di tanjakan

Populer

GCR Malang Punya Jersey Baru, Lebih Sejuk dan Menarik
Kalender Mainsepeda 2025: Dibuka EJJ, Trilogy Telah Menanti
Giliran EJJ Boleh Berbagai Jenis Sepeda, Kecuali eBike!
Investor Kakap dari Tiongkok, Akankah Bawa XDS Astana Keluar dari Degradasi?
Kolom Sehat: Akhir Tahun 2024
Kolom Sehat: Idol
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
Kediri Dholo KOM: 10 Rekomendasi Kuliner Kediri Versi Warlok Ivo Ananda, Cobain Yuk!
Ijen KOM 2024: Inilah Kuliner Hidden Gem Banyuwangi, Wajib Cicip!