Kolom Sehat: Pulau Hore Sekali Lagi

| Penulis : 

Seperti yang yang pembaca lihat di akun media sosial atau di website, baik di Wdnsdy Bike maupun milik saya, setelah bersepeda dari Surabaya ke Bali, kami ingin bersepeda mengelilingi Bali. Seperti biasa, saya tidak menanyakannya dengan jelas saat menerima ajakan.

Setelah dua hari bersepeda, saya berkeinginan untuk bersepeda secukupnya saja pada hari keempat. Yang dimaksud secukupnya ini memang tetap jauh, tapi jauh versi saya. Awalnya saya kira rute berkeliling Bali itu bisa ditawar. Bukan fixed price.

Tapi setelah bercakap-cakap dengan Om John Boemiharjo, saya merasa pusing mendadak. Teman-teman yang mereka ajak memang tipe penawar rute. Tetapi bukan nawar ke bawah, melainkan menawar ke atas. Misal panjang rutenya 250 kilometer. Mereka akan menggenapkan menjadi 300 kilometer.

Bagi mereka, elevasi itu candu. Bagi saya, elevasi itu sesuatu yang harus dijalani karena saya berada di bumi yang konturnya tidak rata. Walau saya sudah biasa bersepeda jauh, tapi defisini jauh saya berbeda dengan Om John and friend. Di antaranya ada Om Edo Bawono, Yohanes Tekno, Frederick Murtanu, dan Om Elvan "Rico" Richardo yang lagi semangat-semangatnya bersepeda.

Foto bersama sebelum memisahkan diri dari rombongan "Tim Patas"

Mereka ingin mengitari Bali yang di atas kertas jaraknya sekitar 450 kilometer dan elevasi kira-kira 3000 meter. Akhirnya saya bilang bahwa akan putar-putar sendiri. Atas saran Om Albert, saya ingin gowes ke daerah Amed di Kabupaten Karangasem. Jujur, jalan ke sana pun saya tidak tahu. Hanya berbekal peta di Google.

Ya sudahlah, saya coba saja bersama Om Faisol Arif dan Ko Hay. Bersepeda tanpa guide itu memang bikin tidak percaya diri. Sebab ketika melalui setiap belokan, kami harus mengurangi kecepatan guna memastikan apakah rute kami sudah tepat. Kami juga sering berhenti untuk melihat naviagasi. Apalagi jalanan di Bali memiliki banyak cabang. Kami beberapa kali kesasar dan putar balik untuk mencari jalan yang benar.

Rasa lelah dan kenekatan kami terbayar ketika sampai di Amed. Kawasan ini memiliki pemandangan yang begitu indah. Itu view-nya ya, kalau bahas detail rutenya, wah buat saya rute ini agak kelebihan sih. Tapi bagaimana lagi, awalnya juga tidak tahu. Apalagi gowes kami lebih ke arah piknik. Tiap melihat warung dan tempat makan yang dirasa enak, kami akan berhenti dan makan.

Total lebih dari lima kali berhenti. Pemberhentian yang kesekian malah membuat Om Faisol sempat memilih ikan di penjual, kemudian meminta tolong sebuah depot untuk membakarnya. Masakannya luar biasa enak. Ya kapan lagi seperti ini. Selagi bisa. Belum lagi foto-foto yang dilakukan sepanjang jalan. Kalau kurang pas, bisa ambil lagi.

Sampai tulisan ini dibuat, "Tim Patas" (Om John, Om Edo, dan kawan-kawan) sudah mendekati finis. Benar-benar luar biasa. Ya sudahlah, semoga berikutnya saya kuat. Kalau belum kuat ya saya gowes piknik lagi. Sekian. (johnny ray)

Foto: @Chaidar26

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Kolom Sehat: MTB
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
1500 EJJ 2024 Update – Hour 31: Semua Peserta Tersisa Diprediksi Capai CP 1 Under COT
Bond Almand, Mahasiswa 20 Tahun yang Pecahkan Rekor Ultra Cycing di Pan-American Highway
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji