Di arena balap sepeda, nama Eddy Merckx itu seperti dewa. Pembalap Belgia era 1960-1970-an itu adalah pemegang begitu banyak rekor, total meraih 525 kemenangan dalam karirnya. Di Tour de France (TdF), Merckx memegang rekor kemenangan etape terbanyak, mencapai 34 kali.

Eddy Merckx meraih 525 kemenangan balap sepeda dalam kariernya dan 34 kali menang di Tour de France.

Saat ini, satu-satunya pembalap yang punya kans menyamai, atau menyalipnya, adalah Mark Cavendish. Sprinter Inggris itu total sudah memenangi 30 etape. Pada TdF 2018, yang berlangsung 7-19 Juli nanti, Cavendish akan kembali turun, dan tim Dimension Data akan berupaya maksimal membantunya meraih lebih banyak kemenangan.

“Saya senang bisa berada di tim yang kuat dan tak sabar mendekati rekor (34 kemenangan) Eddy Merckx,” katanya lewat rilis resmi tim.

Mark Cavendish berusaha menyamai bahkan menyalip rekor kemenangan terbanyak di TdF milik Eddy Merckx sebanyak 34 kali.

Fokus Dimension Data mengejar sprint ditegaskan oleh Doug Ryder, manajer tim. “Kalau kita melihat TdF (tahun ini), ada delapan etape sprint, dan itu cukup banyak. Kami akan fokus besar ke sana, lalu mencoba peruntungan di (pegunungan) Alps dan Pyrenees. Sembilan hari pertama sangatlah penting bagi kami, dan kami akan berupaya keras,” ujarnya.

Yang jadi pertanyaan sekarang, masih mampukah Cavendish meraih kemenangan?

Juara dunia 2011 itu kini berusia 33 tahun. Belakangan, kejayaan sprint-nya semakin tenggelam oleh munculnya banyak bintang muda. Seperti Marcel Kittel (Katusha-Alpecin), dan sekarang Fernando Gaviria (Quick-Step Floors). Lalu ada Dylan Groenewegen (LottoNL-Jumbo).

Apalagi, Cavendish awal tahun ini tidak bisa tampil penuh. Dia baru meraih kemenangan satu kali, di Dubai Tour. Setelah itu dia mengalami tiga kecelakaan berat, mengalami cedera. Sekali di Abu Dhabi Tour, lalu saat team time trial (TTT) Tirreno-Adriatico, dan Milan-San Remo.

Belakangan, Cavendish gagal meraih kemenangan di Tour de Yorkshire, Tour of California, Tour of Slovenia, dan Adriatica Ionica Race.

Sebagai penghibur, pada 2016 Cavendish juga memasuki TdF dalam kondisi tidak maksimal. Tapi dia tetap mampu meraih empat kemenangan etape. Jadi, sebagai sprinter cerdik dan berpengalaman, Cavendish tentu tahu harus berbuat apa dalam berbagai situasi.

Seperti biasa, Cavendish akan mengandalkan lead-out man (tukang tarik) utamanya, Mark Renshaw. Plus Edvald Boasson Hagen. Ditambah Julien Vermote dan Serge Pauwels, Cavendish akan punya sprint train (tim tukang tarik) yang tidak jauh kualitasnya dengan tim-tim sprint lain seperti Quick-Step Floors.

Mark Renshaw (depan), lead out man utama Mark Cavendish.

Kalau tahun ini sampai gagal meraih kemenangan, bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir Cavendish tampil sebagai leader di panggung sebesar TdF. Dan rekor Eddy Merckx akan semakin tidak terkejar oleh siapa pun!

Di sisi lain, Cavendish mungkin semakin menyesali kecelakaan yang mengakibatkannya out dari TdF pada 2014 dan 2017. Karena pada dua tahun itu, dia mungkin bisa meraih empat kemenangan etape dan menyamai Merckx! (bersambung)

 Foto : Stiehl, Getty, Conceptnewscentral dan Lapresse

 

 

Populer

Sisa Perjalanan Dzaki Wardana Setara Keliling Jawa Timur di EJJ 2023
1500 EJJ 2024 Update – Hour 58: Mulus Lewati Gravel di Boyolangu, Empat Cyclist Terdepan Menuju CP 3
Remco Evenepoel Terpilih Lagi Jadi Sportsman of the Year di Belgia
Pinarello Luncurkan Dogma F Baru (Lagi), Sedikit Improve di Sana-Sini
Wdnsdy AJ62: Performance Nyaman untuk Cyclist Indonesia
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Brompton Limegreen “Menghancurkan” Kolesterol Ichan
Cyclist Dari Ngawi, Jawa Timur Borong Jersey Orisinal
Eddy Merckx dan Ridley Evaluasi Kerja Sama dengan Tim Balap Sepeda
Smith Optics Pasok Kacamata untuk AG2R Citroën