Kolom Sehat: Siapkah Saya untuk Manado?

| Penulis : 


Seperti yang telah pembaca simak di Kolom Sehat minggu lalu, kemudian dijelaskan lebih detail dalam Podcast Main Sepeda bersama Om Aza, saya sempat mendapatkan musibah beberapa waktu lalu. Saya jatuh karena menabrak motor menyeberang. Detail kejadiannya serta bagaimana update kondisi saya, dapat pembaca lihat di podcast, Rabu lalu. Sangat detail, sebab disertai sejumlah foto. Kini yang mau saya share sekarang adalah momen setelah insiden itu.

Masa pemulihan, yang katanya harus beristirahat total minimal lima hari, adalah sesuatu yang menyebalkan. Sebab ketika cyclist sudah malas bersepeda, pasti akan sulit untuk memulainya kembali. Apalagi harus mengalahkan trauma pascamusibah. Alasan-alasan untuk mengurungkan niat bersepeda sangat berdasar. Apalagi untuk orang yang mengetahui kalau saya jatuh, pasti menganjurkan saya agar istirahat sampai benar-benar baik.

Bukan anjuran yang salah. Akan tetapi jika saya terjebak dalam kondisi PW maka sulit untuk beranjak dari rasa malas. Antara recovery dan malas itu beda tipis. Sebab yang tahu dan yang bisa mengukur ya diri sendiri. Kita bisa mengira-ngira apakah cukup kuat untuk memulai bersepeda lagi.

Ketika harus mengembalikan endurance secara perlahan, saya tertimpa masalah baru. Secara tidak sengaja tangan kanan saya terkilir. Membuat saya tidak bisa menumpu berat badan dengan tangan kanan. Jadi ketika berlatih, saya tidak bisa tahan di atas sepeda dengan durasi yang sama seperti biasanya. Rentetan masalah ini membuat saya terpaksa melewatkan Audax. Padahal saya sudah berjanji untuk gowes bareng dengan teman-teman di sana.

Walau kondisi belum pulih 100 persen, saya sudah memiliki agenda gowes ke Manado. Sudah terjadwal sejak lama. Maka saya pun pergi ke Sulawesi Utara.

Kekhawatiran saya semakin kuat karena setibanya di Kota Manado. Saya dan Om Aza diajak makan di tempat yang menyajikan ikan "betulan". Maksudnya ikan yang digoreng, dibakar, atau dibuat sup. Bukan "ikan tahu" atau "ikan telur". Saya pilih ikan mas. Ikan yang biasa dipelihara di akuarium atau kolam ini tidak lazim di makan di Surabaya. Namun ikan ini menjadi menu favorit di Manado. Rasanya lezat dan penuh lemak.

Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan ke hotel. Lokasinya di tengah Kota Manado. Seusai menurunkan tas, kami dijemput Om Roike Hendra. Niatnya untuk ngopi. Tapi sesampainya di kedai kopi, saya sudah dipesankan mie cakalang. Wkwkwkwkwkwk. Bilangnya buat dibagi dengan yang lain. Tetapi setelah saya datang, saya justru diminta untuk menghabiskan. Saya pun makan dengan senang.

Rencananya, salah satu rute gowes saya di Manado akan menempuh jarak di atas 150 kilometer dengan evelasi kisaran 1.500 meter. Persiapannya memang kurang baik. Tapi jika saya jatuh sakit, itu lebih tidak baik. Menurut saya, makan adalah usaha untuk menjaja imun dan stamina. Soal tubuh bertambah berat dan nanti dikewer itu sudah risiko. Toh kalau lapar juga tetep kewer. Semoga saya masih bisa bersepeda dengan baik.

Masa pemulihan adalah masa yang tidak menyenangkan. Tugas kita adalah menemukan motivasi agar berusaha bangkit dan segera beraktivitas seperti sebelumnya. Sekian. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray episode 73

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Kolom Sehat: MTB
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan