Kalau sedang di taman bermain pasti Anda akan mencari wahana yang menjadi primadona di sana. Apabila Anda di taman bermain yang ramai, kemudian ingin bermain di wahana yang sedang hits, Anda harus rela mengantre. Bahkan ada pula yang sekadar mengantre pun tidak bisa. Sebab terlalu banyak yang ingin menjajal wahana itu.
Kembali ke laptop. Ketika sedang bersepeda, tentu kita akan mempunyai ritme tersendiri. Akan ada pace, jarak, kecepatan, serta kontur tertentu. Anda biasanya gowes sesuai dengan harapan mayoritas kelompok. Bagi saya yang sudah lama bersepeda, rasa jenuh kerap kali timbul. Sebab rute bagus ya itu-itu saja. Walau terkadang ada perubahan, secara garis besar sudah diketahui. Utamanya yang berada di sekitar tempat tinggal.
Bagaimana caranya menikmati bersepeda? Bagaimana cara saya untuk mencari variasi saat bersepeda? Memang ada yang mencari variasi berdasarkan petunjuk di kitab. Tapi saya punya cara sendiri. Ikuti saja kelompok yang biasanya tidak Anda ikuti. Silahkan dicoba dan rasakan sensasinya.
Pada akhir pekan lalu, tepatnya Sabtu (19/2), saya berkesempatan ikut kelompot RWT.CC. Katanya singkatan dari Ruwet Cycling Community. Semoga ingatan saya benar. Kalau pun salah Anda harus memaklumi. Kan saya habis jatuh.
Rutenya ke Pujon. Bukan sesuatu yang asing bagi saya. Jaraknya cukup jauh. Sekitar 220 kilometer dengan evelasi 1000 meter. Tanjakannya tidak terlalu curam. Cocok untuk saya yang kurang bersahabat dengan jalan terlalu miring.
Kali ini saya gowes bersama Isna, Tatang, Goura, Faisol, David, Raden, Djambronx, Tyas, dan Galih. Setibanya di patung sapi, kami langsung turun ke sebuah depot rawon. Lalu melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Meski ada beberapa yang sudah tidak ikut gowes karena lelah atau lantaran sepatunya 'mangap'.
Salah satu wahana 'touch me if you dare' yang sangat tidak direkomendasikan untuk dicoba
Di tengah perjalanan, sekitar daerah Purwosari di Pasuruan, kami disambut hujan sangat lebat. Begitu lebat hingga membuat hati saya ciut untuk melanjutkan perjalanan. Sebab melihat ke depan saja sangat sulit. Kilat pun berulang kali menyambar. Jika terkena petir, saya tidak akan berubah menjadi Gundala, melainkan jadi arang.
Karena terlalu lebat, saya takut jarak pandang pengendara kendaraan motor dan mobil akan terbatas. Sehingga sulit melihat keberadaan kami para pesepeda ini. Akhirnya kami memutuskan berteduh di depan sebuah toko yang tengah tutup. Di sini lah kami menemukan wahana bermain kami.
Yang pertama bernama touch me if you dare. Di depan toko yang tutup itu, siku Om Tatang secara tidak sengaja menyentuh sebuah kotak. Ia tersentak kaget karena ada aliran listrik di kotak tersebut. Itu adalah kotak panel listrik yang tertutup. Mungkin karena terkena air hujan sehingga listriknya mengalir ke luar.
Kemudian wahana kedua adalah water bike. Di beberapa titik jalan akan ada genangan air setinggi sekitar 20 sentimeter. Kadang kamimau tidak mau harus melewati genangan itu. Apakah ada lubang di balik air yang keruh itu? Kami tidak tahu dan mungkin ini yang membuatnya seru.
Kami sempat melanjutkan perjalanan kemudian berteduh kembali karena hujan deras lagi. Kali ini terbagi dalam dua kelompok. Ada yang bermain wahana baru, ada yang hanya melihat. Saya termasuk kelompok yang kedua. Sambil makan mi, saya melihat Om Tatang dan Om Djambronx bermain wahana splash me, atau ciprati aku.
Caranya mudah. Tinggal berdiri di tepi jalan yang digenangi air. Saat ada mobil lewat, secara otomatis akan menyirami Anda. Walau sederhana, coba saja. Pasti seru. Kalau tidak seru berarti teman yang Anda ajak kurang bisa membangun suasana, wkwkwkwkwkwk.
Bersepeda bisa menjadi hal yang monoton. Untuk menikmatinya, kita harus menemukan sesuatu yang fun. Kalau speed itu menyenangkan bagi Anda, silahkan. Jika tanjakan itu membuat Anda orgasme, silahkan. Tapi ada sebagian yang senang karena main air juga. Sekian. (johnny ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 75
Foto: @chaidar26