Bersepeda menyatukan warga Indonesia yang kini tinggal di luar negeri. Salah satunya di Qatar. Ada banyak pehobi sepeda di negara yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 tersebut. Terdapat berbagai komunitas sepeda yang beranggotakan cyclist Indonesia di sana. Mereka bernaung di rumah besar bernama Komunitas Pesepeda Indonesia (KOPI) Qatar.

Salah satu member KOPI Qatar, Maulana Kurniawansyah bercerita kepada Mainsepeda.com tentang keseruan dan challenge gowes di Qatar. Cuaca menjadi salah satu tantangan terbesarnya. Saat musim panas, suhu di Qatar bisa mencapai 40 derajat celsius. Alhasil, banyak yang memilih opsi bersepeda di malam hari. Sepulang kantor. Jika tetap ingin gowes pagi, maka startnya sejak subuh. Lalu berhenti sebelum pukul 07.00 waktu setempat.

Musim dingin bisa menghadirkan cerita yang berbeda. Sebab suhunya bisa belasan derajat celsius. Kabar baiknya, mereka bisa leluasa gowes pada pagi hari. Bahkan startnya bisa pukul 06.00. "Saat winter, kami harus gowes menggunakan jersey berlapis. Plus harus pakai wind breaker. Jika tidak, bisa kedinginan di atas sepeda," terang Iwan, sapaan akrabnya.

Pembagian musimnya seperti ini. Musim panas start akhir Mei atau awal Juni. Berakhir pada September. Musim dingin di Qatar biasanya dimulai November. Berakhir pada Februari. Kata Iwan, suhu di Qatar antara Oktober ke November dan Maret ke Mei sangat mirip dengan Indonesia. Sehingga sangat bersahabat untuk warna negara Indonesia yang sedang bekerja atau menempuh pendidikan di sana.

Jalur sepeda di antara Doha dan Al Khor ini tercatat sebagai jalur sepeda tanpa putus terpanjang di dunia

Iwan juga bercerita tentang betapa dimanjakannya cyclist di Qatar. Negara ini membangun jalur khusus sepeda. Panjangnya kurang lebih 32 kilometer. Jalur ini menghubungkan Kota Al Khor dengan Doha. Jalannya tanpa terputus. Aspalnya mulis. Jalannya cukup lebar dengan penerangan yang memadai. Kata Iwan, jalur ini dibuat khusus oleh Pemerintah Qatar untuk pesepeda.

"Jalurnya benar-benar steril dari kendaraan bermotor. Jika ada jalur sepeda yang bersimpangan dengan jalan mobil, pemerintah Qatar sudah membuat terowongan atau jalan layang buat pesepeda," terang cyclist asal Jakarta tersebut.

Konon, rute gowes di kawasan Doha dan sekitarnya memang didominasi medan flat. Kalau ada tanjakan, itu adalah overpass. Meski demikian, bukan berarti Qatar tidak memiliki jalur nanjak. Salah satu spot nanjak favorit cyclist Indonesia di Qatar adalah Dukhan. Terletak di Al-Shahaniya. Sekitar 80 kilometer dari Doha, atau 100 kilometer dari Al Khor.

Jalan yang mulus serta support penuh dari pemerintah setempat, membuat cyclist Indonesia betah gowes di Qatar. Mereka tergabung dalam wadah besar bernama KOPI Qatar. Anggotanya ratusan. KOPI Qatar terdiri dari berbagai komunitas. Seperti Raurus CC dan Pesepeda Qatar. Hebatnya, KOPI Qatar memiliki enam perwakilan di berbagai kota di Qatar.

"KOPI Qatar itu payung komunitas-komunitas Indonesia di Qatar, dan punya hubungan resmi dengan federasi sepeda di Qatar, serta hubungan dengan KBRI," tutur Iwan.

Raurus CC menjadi salah satu komunitas yang bernaung di bawah KOPI Qatar

Komunitas ini sering membuat agenda gowes maupun lainnya untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus. Meskipun pelaksanaannya tidak harus pada Agustus. Biasanya mereka mencari hari di mana cuaca bersahabat. Selain itu, agenda gowes bareng dari KOPI Qatar acap kali digabung dengan kegiatan perayaan kemerdekaan.

"Dulu sepedanya bervariasi. Gara-gara jalur sepeda itu jadi, sekarang ganti road bike semua. Jika ingin rehat gowes, maka istirahatnya di SPBU. Sebab di sini tak ada warung apalagi minimarket seperti di Indonesia," kata alumnus University of Dundee, Skotlandia ini.

Iwan mengaku baru intens gowes setelah pandemi. Bersepeda adalah opsi terbaik saat gym dan kolam renang ditutup. Yang biasanya bermain sepak bola atau basket, akhirnya banting setir ke sepeda. Semula ia memakai sepeda gunung. Karena bosan, ia beralih ke road bike. Kini, Iwan terpikat dengan sepeda gravel. Bahkan ia sudah tampil di Unbound Gravel.

"Ada teman yang mengirimkan tayangan Unbound Gravel di YouTube Mainsepeda. Sambil nonton, saya berpikir untuk ikut daftar Unbound. Pokoknya modal nekat. Berbekal video Om Azrul Ananda dan Om Jonny Ray ketika di Unbound, akhirnya saya memutuskan daftar di Unbound Gravel tahun ini," bilang bapak dua anak tersebut. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 102

Foto: Dokumentasi Maulana Kurniawansyah

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Bond Almand, Mahasiswa 20 Tahun yang Pecahkan Rekor Ultra Cycing di Pan-American Highway
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Kolom Sehat: MTB
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Rekor Bersepeda Tercepat di Dunia, 296 km/jam!