Ketika finishier lain harus menuntun sepeda saat nanjak di Bromo via Jemplang, tidak demikian dengan Trihadi Siswanto. Hadi Tombro, begitu ia akrab disapa tetap di atas sadel ketika menaklukkan tanjakan ini. Hadi dan Mikhael Prastowo Yuliarso menjadi finisher pertama kategori tim di Bentang Jawa 2022 dengan catatan waktu 123 jam 23 menit. Mereka tiba di garis finis pada Jumat, 19 Agustus pukul 08.53 WIB.
Hadi dan Pras tampil kompak sepanjang Bentang Jawa 2022. Mereka sama-sama menunggangi Wdnsdy Journey KS, sepeda gravel terbaru dari merek sepeda performance Indonesia itu. Ketika pasangan lain saling berjauh-jauhan, Hadi dan Pras tidak demikian. Mereka selalu bersama sepanjang event ini berlangsung.
Ini adalah debut di Bentang Jawa untuk Hadi dan Pras. Mereka memiliki latar belakang yang mirip. Sama-sama doyan balapan. Mengikuti unsupported ultra cycling race seperti Bentang Jawa menjadi pengalaman baru yang menyenangkan bagi Hadi dan Pras.
Perjalanan di Bentang Jawa ini memang tidak semulus yang diharapkan. Hadi bercerita, sekitar empat kilometer dari titik start di Coconut Island Carita di Pandeglang, bike computer miliknya tiba-tiba tidak bisa digunakan. Alhasil mereka meneruskan perjalanan hanya dengan satu cyclo computer milik Pras.
Ketika memasuki KM 260, giliran bike computer milik Pras yang mati. Mereka pun mulai panik. Sebab tanpa bike computer akan membuat mereka tidak bisa navigasi. Hadi berinisiatif untuk mengutak-atik bike computer miliknya lagi. Kali ini berhasil dihidupkan.
"Sedangkan milik Mas Pras masih tidak bisa digunakan. Minta di-update lewat PC atau laptop. Itu yang membuat kami kurang tenang sepanjang perjalanan. Akhirnya kami putuskan istirahat dulu di KM 295 di daerah Swakarya. Setelah tidur dan pikiran sudah fresh, kami jalan lagi dengan satu Garmin milik saya," cerita Hadi.
Pasangan ini akhirnya melanjutkan perjalanan di Bentang Jawa dengan satu bike computer milik Hadi saja. Cyclist asal Sidoarjo itu juga banyak mengambil peran sebagai tukang tarik. Saat ia lelah, giliran Pras yang berada di depan. Hadi yang berada di belakang tetap bertugas sebagai petunjuk arah.
Masalah lain datang pada hari ketiga. Saat Hadi dan Pras melewati sebuah kawasan hutan di kawasan Imogiri, baterai grupset milik Pras tiba-tiba habis. Alhasil ia tidak bisa memindah gigi. Problem ini membuat Pras harus gowes selama kurang lebih 50 kilometer tanpa memindah gear. Selain itu, mereka harus berhenti selama dua jam untuk mengisi ulang baterainya.
Perjalanan mereka di Senduro, Lumajang pun tidak kalah seru. Kala itu hari sudah petang. Jalan sangat gelap dan tertutup kabut. Sebenarnya medan jalannya menurun. Tapi mereka tidak mau mengambil risiko. Hadi dan Pras memilih turun dari sepeda. "Daripada masuk jurang, mending jalan kaki saja," ungkap Hadi.
Hadi bercerita, setelah tiba di checkpoint kedua di Blitar, keduanya merancang strategi baru. Mereka berencana tidak tidak tidur hingga mencapai garis finis di Banyuwangi. Planning ini berjalan hampir sempurna. Sebab Hadi dan Pras cuma tidur singkat selama tiga kali sepuluh menit. Mereka tiba di Banyuwangi pada Jumat pagi.
Pras mengaku sangat beruntung karena berpasangan dengan Hadi Tombro. Pasalnya, cyclist asal Sidoarjo itu berperan sebagai tukang tarik di medan flat. Pras juga juga memuji kehebatan pasangannya itu saat nanjak di Bromo via Jemplang. Ketika peserta lain, termasuk empat finisher pertama, harus turun dari sepeda, Hadi tetap di atas sadel.
"Saya nuntun sepeda waktu nanjak di Bromo itu saya. Tapi Tombro tidak nuntun. Bahkan ia sempat membeli pisang satu sisir. Ditaruh di bagian depan sepedanya. Kan itu menambah beban di sepedanya. Namun Tombro tetap tidak turun dari sepeda. Jalan terus," ungkap Pras.
Hadi menimpali, sebenarnya ia membeli pisang satu sisir untuk memberi makan monyet yang ada di sekitar jalan saat nanjak ke Bromo. Dalam perjalanannya, pisang itu justru ia makan sendiri. Hingga tinggal separuh. "Saya makan sendiri pisangnya, daripada saya kram," ungkap Hadi seraya tertawa.
Keduanya juga nyaris tanpa perdebatan selama mengarungi Bentang Jawa 2022. Hadi dan Pras memang teman gowes di Jakarta. Ketika Hadi memutuskan mendaftar, Pras tanpa pikir panjang juga mengikuti jejak kawannya itu. Mereka akhirnya memutuskan menjadi tim di Bentang Jawa tahun ini.
Selain itu, Pras sangat bersyukur karena pasangan hidupnya, Pamela Noya sangat mendukung perjuangannya di Bentang Jawa 2022. Bahkan sang istri beserta anaknya datang langsung ke Banyuwangi guna menjemput sang ayah. Mereka menghabiskan waktu sehari di Banyuwangi sebelum kembali ke Jakarta pada akhir pekan ini.
"Biasanya kalau istri bilangnya hal-hal yang negatif. Tapi istri saya sangat positif. Dia selalu mendukung saya. Dia yakin saya bisa finis. Itu sangat membantu sekali. Perjalanan di event ini menjadi berbeda karena support istri," aku Pras.
Setelah debut yang berujung juara di kategori tim ini, Hadi berniat untuk mengulanginya lagi tahun depan. Ia mendapatkan banyak pelajaran berharga tahun ini. Utamanya tentang ultra cycling race. Selain itu, meski jadi pemenang kategori tim, namun hasil akhirnya belum sesuai target.
"Ada banyak hal yang memengaruhi. Mulai dari Garmin mati sampai Di2 yang habis baterai. Selain itu, kami juga tidak paham strategi di ultra cycling. Jika tahun depan ikut lagi, kami akan mempersiapkan diri lebih matang. Sehingga hasil yang diraih juga lebih baik," harap Hadi. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 104
Foto: Ataya Farhan, @bentangjawa