M. Alif Maarif Mabbrur mengaku jatuh cinta dengan sepeda fixie (fixed gear). Perasaan cinta itu mulai bersemi sejak 2017 dan bertahan hingga saat ini. Semula, cyclist asal Bandung, Jawa Barat (Jabar) ini menggunakan fixie untuk gowes sehari-hari. Dalam perjalanannya, sepeda ini juga dipakai saat ia mengikuti unsupported ultra cycling race seperti Bentang Jawa.
Mabbrur, begitu ia akrab disapa, bercerita bahwa ia sudah mulai gowes sejak duduk di bangku SMP pada 2012 lalu. Hanya saja pada saat itu ia masih menggunakan sepeda gunung (MTB). Selain itu, ia hanya bersepeda untuk olahraga selingan serta pergi ke sekolah. Ia baru berkenalan dengan sepeda fixie pada 2017 lalu.
"Kebetulan saya memang mainnya di sepeda fixie. Nggak dibilang lebih ngebut juga. Tapi lebih ke nyaman dan kebetulan saya juga bisa saja sih," ungkap cyclist 24 tahun itu ketika dihubungi Mainsepeda.com.
Mabbrur mengungkapkan, ia makin menggandrungi sepeda fixie setelah berpartisipasi di sebuah event criterium yang diadakan di JIEXPO Kemayoran, Jakarta. Ini adalah event balapan perdananya. Ajang ini adalah momentumnya untuk menceburkan diri ke dunia sepeda fixed gear. Makin menjadi-jadi karena Mabbrur berhasil masuk final di event itu.
"Setelah itu rasanya menyenangkan. Rasanya seperti sudah jatuh cinta dengan fixed gear. Saya makin sering ikut balapan. Selain itu, sehari-hari juga gowes menggunakan fixed gear," ungkap alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Mabbrur mengaku mulai mulai mengikuti ultra cycling race pada 2020. Saat pandemi Covid-19 mulai melanda dunia, termasuk di Indonesia. Semula ia mengikuti beberapa event Audax di Bandung (200 km), Cirebon (400 km), dan Jogjakarta (600 km). Karena ketagihan dia mencoba ikut Bentang Jawa 2021. Lalu ia mengulanginya di Bentang Jawa 2022.
Cyclist yang berprofesi sebagai aircraft structure engineer itu belajar dari pengalaman. Ia melakukan beberapa penyesuaian di Bentang Jawa 2022. Ia membawa lebih sedikit barang dibandingkan tahun lalu. Saddle bag 5L yang diboyong di Bentang Jawa 2021, digantikan dengan ukuran 2,2 L pada tahun ini. Ia juga mengganti frame bag dari ukuran 10L menjadi ukuran 5L.
Sepeda yang digunakan juga dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan rute tahun ini. pada Bentang Jawa 2022 ini Mabbrur menggunakan gear ratio 47:18 dari sebelumnya 42:17. "Saya ganti dengan harapan mendapatkan speed yang lebih tinggi di kontur flat," jelasnya.
Mabbrur mengaku tidak ada persiapan khusus dalam Bentang Jawa 2022 ini. Ia hanya rutin bersepeda jarak jauh dari Bandung ke beberapa tempat seperti Jogjakarta dan Jakarta. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Mabbrur merasa kali ini kondisi fisiknya jauh lebih enak. "Pada tahun ini durasi istirahatnya antara dua-tiga jam. Pada hari terakhir saya habiskan untuk tidak tidur hingga finis di Banyuwangi," terangnya.
Meski sudah dipersiapkan secara matang, perjalanannya menuju Banyuwangi juga menghadapi banyak kendala. Mabbrur dua kali mengalami patah spoke di Cilacap dan Senduro, Luamajang. Masalah ini membuatnya kehilangan waktu sekitar enam jam karena harus memperbaiki sepedanya.
"Di sisi lain saya juga mendapatkan teman baru. Seperti di Lumajang. Bengkel yang saya datangi ternyata milik orang yang juga suka bersepeda. Jadi kami banyak ngobrol soal sepeda. Mungkin hal ini tidak akan terjadi jika sepeda saya baik-baik saja," terang Mabbrur. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 106
Foto: Dokumentasi Alif Mabbrur