Tour de France (TdF) 2018 benar-benar menghancurkan impian banyak superstar. Pada Etape 12 menuju tanjakan Alpe d’Huez Kamis, 19 Juli, ada begitu banyak nama besar harus menyerah atau mundur sebagai peserta. Para sprinter terus gagal mengejar cut-off time, sedangkan beberapa unggulan mundur karena kondisi badan.
Dari barisan sprinter, ada tiga nama besar menyusul tereliminasi. Setelah Mark Cavendish (Dimension Data) dan Marcel Kittel (Katusha-Alpecin) gagal di Etape 11, sehari kemudian giliran Fernando Gaviria (Quick-Step Floors), Dylan Groenewegen (LottoNL-Jumbo), dan Andre Greipel (Lotto-Soudal) yang lempar handuk.
Fernando Gaviria (Quick-Step Floors) dan Andre Greipel (Lotto-Soudal) menjadi nama-nama besar berikutnya yang lempar handuk.
Padahal, Gaviria, 23, dan Groenewegen, 24, merupakan dua sprinter paling bersinar di pekan pertama. Masing-masing telah memenangi dua etape, dan seharusnya bisa merebut beberapa lagi sebelum TdF berakhir di Paris, 29 Juli mendatang.
Etape 12 memang tergolong kejam. Ada tiga tanjakan hors categorie (HC) yang harus dilewati, termasuk Alpe d’Huez. Di tengah-tengahnya ada lagi satu tanjakan kategori 2.
Ketiga sprinter itu bahkan tak sampai ke Alpe d’Huez. Mereka sudah menyerah di tengah-tengah etape. Mereka loading naik mobil tim ketika menyadari tidak akan mampu memenuhi cut-off time.
Di barisan depan, para climber dan unggulan general classification (GC) memang benar-benar tancap gas, mencoba saling merontokkan. Yang jadi korban adalah para sprinter di belakang.
Dylan Groenewegen (LottoNL-Jumbo) salah satu sprinter yang jadi korban di etape 12 dan gagal melewati Alpe d’Huez.
Sempat ada diskusi apakah TdF perlu membuat cut-off time lebih ringan. Walau tetap ada yang berkomentar, TdF adalah TdF dan lomba paling bergengsi ini tak perlu meringankan aturan yang sudah bertahun-tahun diterapkan.
Dengan rontoknya para bintang sprint ini, praktis gelar juara points classification dan green jersey seperti sudah diserahkan kepada Peter Sagan (Bora-Hansgrohe). Tapi sekali lagi, Sagan harus bisa terus mencapai garis finis sesuai batasan waktu di setiap etape gunung, supaya bisa terus ikut TdF.
Selain Sagan, sprinter kuat yang masih bertahan adalah Sonny Colbrelli (Bahrain-Merida), Arnaud Demare (Groupama-FDJ), Alexander Kristoff (UAE Team Emirates), dan John Degenkolb (Trek-Segafredo).
Sementara itu, beberapa unggulan GC juga terpaksa mundur sebelum dan sesudah Etape 12.
Rigoberto Uran (EF Education First-Drapac), runner-up TdF 2017, mundur karena badannya sudah tak lagi sanggup tampil kompetitif. Dia menyebut etape jalanan berbatu menuju Roubaix (Etape 9) sebagai penyebabnya. Badannya tidak bisa recover dengan baik.
Rigoberto Uran (EF Education First-Drapac) mundur dari TdF 2018 karena kondisi fisik menurun.
Usai Etape 12, giliran Vincenzo Nibali (Bahrain-Merida) harus dibawa ke rumah sakit di Grenoble. Juara TdF 2014 ini jatuh di tengah kerumunan penonton tak sampai 4 km dari finis, saat bertarung sengit dengan para unggulan lain.
Walau mampu naik sepeda lagi dan mengejar ke depan, dia mengaku sangat kesakitan usai finis. Hasil X-ray di Grenoble mengkonfirmasikan bahwa dia mengalami retak pada salah satu ruas tulang punggung (T10 vertebra). Dia tak boleh naik sepeda lagi sedikitnya 15 hari.
Vincenzo Nibali (Bahrain-Merida) juga mundur setelah terjatuh di etape 12.
Secara resmi, Nibali tak ingin menyalahkan penonton yang membuat jalanan menyempit. “Jalan jadi begitu sempit pada momen itu. Tidak ada pagar pembatas dan ada dua motor polisi. Ketika (Chris) Froome tancap gas, saya mengikutinya, dan saya merasa nyaman, tapi kemudian semuanya melamban dan saya jatuh. Saya sendiri tak tahu apa yang terjadi,” ujarnya.
Tour de France 2018 masih menyisakan sembilan etape, dan lomba ini telah berubah menjadi ajang survivor! (mainsepeda)
Foto-foto: Bettini, Semana, Getty Images.