Sudah sepuluh tahun Meteor Cycling Club menyemarakkan dunia sepeda. Komunitas asal Surabaya tersebut sudah eksis sejak 2012 silam. Serta mampu bertahan hingga saat ini. Komunitas ini juga memiliki banyak kegiatan. Mulai dari event gowes mingguan, hingga agenda tahunan.
Cikal bakal Meteor CC muncul sejak 2011 lampau. Pada saat itu mereka hanya sekelompok kecil pesepeda di Surabaya yang rajin gowes setiap Minggu. Mereka berkumpul di Taman Bungkul. Kemudian gowes bareng ke rute yang disepakati.
"Founder-nya ada banyak. Di antaranya ada Mas Toto, Mas Anang, Cak Sukir, termasuk saya juga," cerita salah satu pentolan Meteor CC, Iori Dian Prasetyo. "Kami menjadi teman karena sering bertemu di jalan saat gowes. Kemudian sering gowes bareng," imbuhnya.
Pada saat itu rute gowes mereka masih di seputar dalam Kota Surabaya. Rute gowes terjauh adalah Pandaan di Pasuruan. Setelah berbulan-bulan gowes bareng, mereka akhirnya bersatu dan membentuk Meteor CC. Menurut Iori, sebelum mengusung nama ini, mereka sempat dua kali ganti nama.
Pertama, mereka mengusung nama sebuah merek sepeda. Sebab kebanyakan anggotanya memang menggunakan sepeda tersebut. Setelah kerja sama dengan brand tersebut habis, mereka mengganti nama menjadi Delta Meteor CC. Namun nama ini bertahan seumur jagung. Pada akhirnya mereka sepakat untuk menghapus 'Delta'.
"Agar tidak terpaku pada satu kota, akhirnya disingkat menjadi Meteor Cycling Club saja. Kami gunakan nama ini mulai 2012 sampai sekarang," terang Iori.
Berawal dari segelintir member itu, Meteor CC makin berkembang dari tahun ke tahun. Iori mengungkapkan bahwa anggota mereka sudah lebih dari 200 cyclist. Anggota mereka tidak hanya berasal dari Surabaya dan sekitarnya saja saja. Ada pula member yang berasal dari luar daerah seperti Bali, Makassar, hingga Ambon.
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak 2020, juga berdampak ke peningkatan jumlah member Meteor CC. Iori mengungkapkan, ada banyak cyclist anyar yang bergabung dengan Meteor CC. "Banyak anggota baru. Komunitasnya makin besar. Tapi banyak juga yang pensiun," kelakar Iori.
Meteor CC sangat majemuk. Anggotanya beragam. Berbagai dari latar belakang profesi. Usianya pun bervariatif. Mulai masih pelajar SMP hingga yang sudah berusia 55 tahun. "Mereka yang sudah senior ini juga tak mau kalah dengan yang muda-muda," kata Iori seraya tertawa.
Minggu dipilih sebagai hari untuk gowes bareng. Alasannya, banyak anggotanya yang bekerja hingga Sabtu. Tiap gowes Minggu itu para anggota Meteor CC wajib menggunakan jersey komunitas. Destinasinya beragam. Mulai dari Jatijejer, Pacet, Nongkojajar, Nogosari, hingga Karangkates.
Selain itu, Meteor CC juga rutin gowes ke Bromo. Ini adalah event internal komunitas yang kini mengusung warna hijau-emas di jerseynya itu. Biasanya berlangsung Januari. Biar lebih semarak, mereka juga menggelar KOM.
Dalam waktu dekat, Meteor CC akan gowes ke Jogjakarta. Rencananya berlangsung awal Oktober. Ini adalah kali ketiga mereka gowes ke Jogja. Tidak semua anggota akan berpartisipasi. Dibatasi hanya 35 orang saja. Peserta dibebaskan jika ingin membawa keluarganya ke Jogja.
Mereka berangkat ke Jogja via darat. Lalu mengagendakan gowes selama dua hari di Kota Pelajar. Hari pertama akan start dari Tugu Jogja, menuju Bendungan Sermo, dan finis di Pengasih. Hari kedua akan dimulai dari Imogiri. Lalu gowes menuju Nglanggeran.
"Jogja itu tempat yang bikin kangen. Selain itu, banyak rute gowes di sana. Banyak tempat yang perlu dijelajahi. Selain itu untuk kulineran dan wisata," sebut Iori.
Selama sepuluh tahun berdiri, tentu saja ada berbagai tantangan yang dihadapi. Namun Meteor berhasil bertahan dari pelbagai badai itu. "Intinya di komunikasi. Kami mewadahi inspirasi teman-teman. Tentu saja berbeda-beda. Tapi mereka disatukan dalam komunitas," jelas Iori. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 108
Foto: Sugeng Fajar Dewanto (@s.f.dewanto ), Dokumentasi Meteor CC