Sebenanrnya seberapa peka kita terhadap kesehatan diri sendiri? Seberapa paham kita akan kesehatan? Tiap individu pasti bervariasi. Apalagi kalau individu tersebut termasuk golongan sotoy. Penulisannya mirip soto. Tapi maknanya bebreda. Sotoy berarti sok tahu, atau kemaruk.
Sering kali juga kepongahan itu terjadi secara bertahap dan halus. Tiba-tiba tanpa sadar kita sudah jauh dari standar sehat. Bahkan masih merasa orang paling sehat.
Nah beberapa waktu lalu, saya sempat bertemu dengan beberapa teman. Yang menggelitik dan membuat kami tertawa adalah salah seorang teman. Sebut saja namanya Mr T (bukan yang main The A-Team, ya). Ia mengeluh kakinya sakit. Tepat di bagian antara telapak dengan pergelangan kaki.
Rasa sakit ini membuatnya tidak enak gowes dan saat berjalan. Serasa ada yang menggajal. Tidak nyaman. Kebetulan teman saya yang lain, sebut saja Bapak A, merasa lebih 'senior' dan paham soal sakit kaki. Yang menurutnya kala itu adalah sakit asam urat.
Menurut penjelasannya, saat kali pertama penyakit ini menyerang, pasti sebagian besar orang merasa seperti salah urat. Atau biasa disebut keseleo. Setelah bincang-bincang. mencocokan keluhan dan pengetahuan, maka Bapak A yang baik hati ini memberikan obat agar dicoba oleh Mr T. Kemudian kami bergegas pulang.
Setelah beberapa saat saya juga berpikir. Hmmmmm, keliatannya yang sakit asam urat itu saya mungkin ya, wkwkwkwkwk. Karena beberapa waktu lalu saya juga merasakan gejala itu. Memang hanya terasa sehari-dua hari. Kemudian hilang.
Saya kira karena gowes. Akibat seatpost saya waktu itu ketinggian. Tapi setelah mendengar cerita di atas, saya jadi melek (terbuka matanya). Bisa jadi saya sakit itu karena kementus. Bisa jadi kan, ya. Karena beberapa waktu sebelumnya, saya terlalu akrab dengan kacang dan melinjo.
Di mana pun dua tertuduh ini yang diyakini sebagai food of mass uric acid, makanan pemusnah kesehatan. Juga dalam sejarah kesehatan saya. Kondisi asam urat saya tidak pernah baik. Memang turun, tapi tidak pernah dalam kondisi baik. Tapi saya merasa tidak ada keluhan waktu itu.
Semestinya itu mudah. Bila sudah sadar bahwa badan ada keluhan, jangan berpangku tangan atau memangku yang lain (karena berat). Hendaknya kita bisa mencari tahu secara metodis dan benar. Bisa menemui dokter atau pergi ke lab untuk tes kandungan darah. Untuk memastikan yang kita takutkan itu benar tidak.
Sebab pembuktian melalui lab adalah sesuatu yang teruji dan terukur. Tidak seperti perasaan kira-kira kita yang belum tentu benar. Seperti Mr T di awal cerita saya tadi. Akhirnya ia minum obatnya. Dan tidak merasakan khasiatnya. Tapi setelah itu dia pijat, lalu merasa enakan. Hmmmm pijat ala apa ya?
Keliatannya saya perlu juga. Tapi yang pasti kita tidak tau karena sampai sekarang doski hanya bertindak menurut perasaan, bukan berdasar dari hasil lab. Mari kita lebih sadar kesehatan kita masing-masing. Jangan berpangku tangan bila ada sesuatu hal yang perlu tindakan lebih lanjut. Sekian. (johnny ray)
Inilah Para Champion Trilogi Jatim 2022
Kediri Dholo KOM 2022: Cepat atau "Sopan" di Teater Cycling Kelok 9 dan Gigi 1
Highlight Day 1 Kediri Dholo KOM Challenge 2022
Highlight Day 2 Kediri Dholo KOM Challenge 2022
Foto: Hendra Dalijono (@h_dalijono ), Chaidar (@chaidar26 )