"Kegembiraan adalah energi. Ketika sudah senang maka segala kesulitan akan siap dihadapi, tentunya dengan perencanaan dan strategi. Sangat perlu untuk setiap kali dalam hidup seperti bersepeda: mampu mengolah segala yang kita alami selama perjalanan secara positif dan senang. Kalau ringan dinikmati, kalau besar ya sabar. Karena setiap tanjakan pasti akan berganti dengan turunan, dan setiap terik siang hari akan berganti dengan senja. Dan perjalanan dalam turing itu menyengsarakan, maka setelah melewati yang sengsara ini, apa yang sudah diberikan Tuhan dan kadang kurang kita syukuri, sebenarnya sudah sangat melimpah ruah dan cukup. Kadang perlu mencoba merasakan yang lebih rendah, bukan mengangani yang lebih mewah, untuk bisa bersyukur dengan apa yang dimiliki"
-dr. Risandi Harry Pradipto, Dokter Ahli Orthopedi Traumatologi RSU Genteng, Banyuwangi-
Itulah sekelumit pelajaran hidup yang didapatkan Sandi, panggilan akrab dr. Risandi Harry Pradipto, SpOT yang sukses menjalani bersepeda turing jarak jauh pertamanya, Banyuwangi - Semarang sejauh 600 km dalam 4 hari.
Semua bermula dari sebuah undangan via aplikasi Whatsapp dari dr. Achmadi, SpOG untuk ikut even Tour de KOGI (Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia) di Semarang tanggal 22 Juli 2018.
"Beliau mengajak saya untuk mewakili dokter yang cyclist dari Banyuwangi dan Jatim meramaikan acara ini. Saya senang dan langsung oke untuk hadir. Apalagi saya terakhir ke Semarang tahun 90-an jadi sudah sangat lama," ceritanya.
dr. Risandi Harry Pradipto, Sp.OT (kanan) bersama Bambang Sutrisno saat berada di even Tour de KOGI Semarang, 22 Juli 2018.
Terbesit keinginan untuk gowes dari Surabaya ke Semarang sejauh 315 km. Dicarilah partner gowes, Sandi bertemu dengan Bambang Sutrisno yang akrab dipanggil Gus Mbang dari komunitas BRCC Banyuwangi.
"Gus Mbang tanya saya, kapan mau berangkat, saya jawab Rabu saja jadi Jumat bisa sampai Semarang dan Sabtu istirahat. Lalu Minggu even Tour de KOGI. Gus Mbang malah bilang gimana kalo berangkat Senin dari Banyuwangi ke Semarang. Glodak…. saya kaget. Tapi masuk akal juga ajakan beliau ini toh Senin dan Selasa saya bisa ambil cuti. Gus Mbang bilang Rabu off dan bisa di Surabaya. Makin tertarik saya karena Surabaya adalah rumah saya. Dan akhirnya jadilah perjalanan panjang ini," cerita Sandi panjang lebar.
Alhasil, segala persiapan dilakukan. Utamanya persiapan sepeda dan pannier-nya serta perbekalan. Frame Surly Straggler 2015 chromoly steel dilengkapi dengan grupset Sram Force 1x 11 speed chainring 42 dengan sproket 11-42 jadi andalan Sandi. Rak depan dipasang Surly dan belakang Topeak mantap menopang tas Ortlieb.
"Wheelset pakai ukuran normal 27,5 dan ban 1,65 agar memudahkan spare part apabila terjadi sesuatu di perjalanan," tutur dokter kelahiran 27 April 1983.
Sedangkan sepeda Gus Mbang, mengandalkan frame MTB aluminium merek Scott dipasangi drop handle bar. "Saya lubangi frame di sana sini untuk dudukan rak handmade menopang tas Eiger dan Topeak," bilang pria berusia 69 tahun yang menggunakan kombinasi grupset Tiagra, crank XTR dan sproket 11-42.
Set-up sepeda beres, latihan fisik jadi agenda utama karena ini adalah turing jauh pertama antar propinsi buat Sandi. “Jarak terjauh saya bersepeda adalah Banyuwangi – Pantai Lovina pulang pergi sejauh 222 km,” kekehnya.
Sandi melakukannya dengan bertahap. Pertama mempersiapkan handling dan beban. Mulai dari bersepeda tanpa rak, lalu diberi rak tanpa tas, lalu dipasangi tas tapi kosongan dan terakhir tas diisi full perbekalan. Semua set-up itu dicoba dengan long ride sekalian latihan.
"Kita juga latihan dalam cuaca hujan dan panas. Selain untuk menguatkan fisik, juga melihat kelemahan tas dan perangkat sepeda di saat cuaca tersebut," bilang Sandi yang menambah porsi latihannya dengan indoor trainer.
Asupan vitamin sangat penting, Sandi dan Gus Mbang rutin minum multivitamin Ester-C seminggu sebelum keberangkatan dan sebulan setelah even. "Jadi kondisi tubuh kita tetap terjaga sebelum dan sesudah acara. Itu sangat penting," wanti suami dari drg. Ardhana Prativagharini.
Etape 1: Rogojampi - Besuki
Rest area Utama Raya di Situbondo sebagai pitstop terakhir etape pertama.
Hari H telah tiba, tanggal 16 Juli, berangkatlah mereka dari Rogojampi dengan rute Bajulmati Baluran - Asem Bagus - Situbondo - Pantai Blitok - Rest Area Utama Raya Besuki.
"Ada tips dari Gus Mbang bahwa saya harus konstan di putaran kaki maksimal 70 rpm untuk menjaga kinerja jantung di zona aerobik agar efisien. Karena beban sepeda kami yang berat, cadence inilah yang paling cocok," bilang Sandi.
Tiba di Rest Area Utama Raya Besuki Situbondo tepat pukul 5 sore, saatnya beristirahat dan Garmin telah menunjukkan 159 km.
Etape 2: Besuki – Surabaya
Sandi di PLTU Paiton, Probolinggo
Keesokan harinya, etape kedua 17 Juli dimulai dari Besuki - Kraksaan - Pantai Bentar - Probolinggo - Pasuruan - Bangil - Gempol - Surabaya. "Saya sangat bersemangat karena pulang Ke Surabaya," kekeh Sandi.
Rute ini mengasyikkan karena melewati pembangkit listrik tenaga uap terbesar, PLTU Paiton lalu juga melewati toko roti Matahari yang terkenal itu di Pasuruan.
"Disesuaikan dengan kondisi tubuh kami dan jalan raya, kali ini, Gus Mbang menginstruksikan agar pitstop diperbanyak tapi waktu rehatnya dipercepat," bilang Sandi.
"Temukan kegembiraanmu dan jadikan itu energimu untuk mengayuh pedal." Suara Gus Mbang itu terus terngiang di telinga Sandi ketika sudah ingin menyerah di etape kedua ini karena panasnya suhu udara dan ramainya lalu lintas. "Kegembiraan saya adalah etape ini finis di Surabaya rumah saya. Bertemu anak istri saya, jadinya semangat lagi," ucap ayah dari Aqila, Anisah dan Atha. Keesokan hari, Rabu, 18 Juli mereka off beristirahat di Surabaya.
Etape 3: Surabaya – Lasem
Akibat salah perhitungan, baru malam hari bisa masuk hotel di Lasem.
Hari Kamis, 19 Juli perjalanan dilanjutkan. Kali ini dari Surabaya - Gresik - Lamongan - Babat - Tuban - Lasem.
Etape ketiga ini, mereka mampir sejenak di depan kantor Bupati Gresik untuk berjumpa singkat dengan dr. Achmadi. "Ini nih yang mengundang saya ke Tour de KOGI dan membuat saya bersepeda sejauh ini. Tapi saya senang banget," celoteh Sandi ketika bertemu dengan dr. Achmadi.
Bersama dr. Achmadi, SpOT (tengah) di depan kantor Bupati Gresik.
Sedikit salah perhitungan di Etape tiga ini. "Asumsi saya, kami akan berhenti istirahat di antara Tuban kota - Lasem di daerah Pantai Sowan. Itu berarti 150 km dari Surabaya. Tapi ternyata tidak ada hotel di sana. Jadi kami harus night ride sejauh 50 km masuk kota Lasem," cerita Sandi.
Hotel yang mereka tinggali di Lasem sangat keren. "Kami harus masuk melalui pasar dan melewati pengujung restoran untuk mencapai hotel yang bangunannya sudah berusia 200 tahun ini," cerita Sandi.
Etape 4: Lasem - Semarang
Setelah beristirahat, hari keempat, Sandi dan Gus Mbang melanjutkan perjalanan etape terakhir, Lasem - Semarang yang jaraknya hanya sekitar 100an km. "Meskipun begitu, saya dan Gus Mbang merasa kaki mulai lelah. Setelah kami analisa akhirnya kami berkesimpulan akibat etape tiga kemarin yang terlalu dipaksakan," kekeh Sandi.
Akhirnya mereka berdua istirahat meskipun baru menempuh jarak 30 km. Setelah nasi Gandul dan beberapa potong tempe dan segelas kopi masuk perut, mereka lanjutkan perjalanan.
"Saya bilang ke Gus Mbang, saya ingin mampir Masjid Agung Demak atau Masjid Agung Kudus dan bisa sholat di sana. Tapi akhirnya kami memilih ke Masjid Agung Demak karena pertimbangan jarak," bilang Sandi.
Pesan Gus Mbang: Jadikan sholat Jumat di Masjid Agung Demak itu senangmu, niatmu dan semangatmu untuk mencapainya. Saking semangatnya, Gus Mbang memancing dengan speed tinggi mencapai 51 km/jam di tanjakan menuju Jembatan Pintu Gerbang kota Kudus.
Akhirnya, waktu menunjukkan jam 11.15 saat mereka mencapai salah satu masjid tertua di Indonesia yang berusia 600 tahun itu. Setelah menenuaikan sholat Jumat dan istirahat sejenak, Sandi dan Gus Mbang menuntaskan 30 km terakhir dari Demak ke Semarang.
Berpose sejenak di depan Lawang Sewu Semarang.
Diiringi dengan cuaca panas menyengat, akhirnya mereka masuk kota Semarang dijemput oleh Rachmat dari klub sepeda Semarang yang memandu mereka menuju hotel. "Mampir dulu berfoto di Spiegel dan Lawang Sewu," tukas Sandi.
Sesampainya di hotel, mereka disambut oleh ketua panitia Tour de KOGI, dr. Yuli Trisetiyono, SpOG-K.FER mengucapkan selamat datang dan menyematkan jersey even.
Sampai di Semarang, langsung disambut oleh ketua panitia Tour de KOGI, dr. Yuli Trisetiyono, SpOG–K.FER (paling kiri).
Inilah akhir dari perjalanan panjang Sandi dan Gus Mbang. Tapi ini merupakan awal perjalanan turing panjang Sandi yang akan dipenuhinya selagi masih diberi kesempatan.
"Bucket list saya adalah turing bersepeda rute Pendalungan, rute Banyuwangi-Bali-Lombok-Sumbawa, rute Banyuwangi-Bali Selatan-Bali Utara, rute jalur lintas selatan finis di Cilacap tempat dr. Andy Ardiansyah SpOT dan rute pamungkas, Anyer-Panarukan," tutup Sandi. (mainsepeda)