Selamat untuk Geraint Thomas, juara Tour de France (TdF) 2018. Performanya selama tiga pekan memamerkan kelengkapan skill seorang allrounder. Dan memang, pembalap Team Sky ini adalah seorang allrounder sejati. Besar dari velodrome, tangguh di arena classic, hebat di time trial, dan sekarang menunjukkan kehebatan dalam menanjak.

Kemenangannya atas Tom Dumoulin (Team Sunweb) dan rekan sendiri Christopher Froome merupakan hasil akumulasi dari semua kemampuan itu.

Geraint Thomas (kanan) bersama Fausto Pinarello berfoto dengan sepeda Pinarello Dogma F10 edisi Tour de France yang digunakan Thomas menyusuri jalanan Champs-Elysees di Etape 21, Minggu, 29 Juli.

Pada pekan pertama TdF, yang diwarnai dengan etape-etape datar yang sengit plus jalanan bebatuan, Thomas menunjukkan kemampuan handling dan kecepatan insting luar biasa. Di saat para unggulan general classification (GC) lain kehilangan waktu sedikit-sedikit di sana-sini, jungkir balik di sana-sini, Thomas terus bertahan di kelompok terdepan.

Pada pekan kedua, pembalap Inggris ini pun mengenakan yellow jersey, memimpin GC. Mulai saat itu hingga akhir, Thomas lantas menjawab segala tantangan dan keraguan soal kemampuannya di berbagai macam tanjakan. Baik itu yang panjang mengular maupun pendek curam. Dan semua bukan masalah!

Thomas memenangi dua etape gunung, Etape 11 di La Rosiere dan Etape 12 di tanjakan legendaris Alpe d’Huez. Semua sambil mempermalukan unggulan lain, menang adu lejit ke garis finis.

Pada etape time trial (TT) penentu Sabtu, 28 Juli, Thomas lantas mengamankan kemenangan dengan mantap. Walau Dumoulin menang dan Froome finis kedua, Thomas mampu finis ketiga.

Setelah itu, pembalap 32 tahun itu tinggal main aman di etape penutup, Etape 21 yang bersifat parade di jalanan Champs-Elysees, Minggu, 29 Juli.

Thomas tampak menangis haru saat menuntaskan etape TT. Istrinya, Sara, menyambut dengan pelukan. Bos Team Sky, Dave Brailsford, dengan bangga terus mendampinginya. Chris Froome memujinya, Tom Dumoulin menyebutnya sebagai yang terkuat di Prancis.

Thomas menangis haru di pelukan istrinya, Sara Elen setelah menyelesaikan Etape 20 ITT dan tahu dirinya menjadi juara Tour de France 2018.  

Kata Thomas, kemenangan ini merupakan hasil dari kerja keras dan ketabahan, hasil dari proses panjang. “Semua ini adalah hasil sebuah proses. Melakukan segalanya hari demi hari dan selalu fokus. Mengerjakan segala hal kecil dengan tepat dan tidak berlebihan. Saya mengerjakannya hari demi hari, tanjakan demi tanjakan. Tiba-tiba semuanya berakhir, saya berhasil melakukannya dan tembok itu runtuh. Rasanya luar biasa dan saya menangis setiap kali memeluk seseorang,” tuturnya usai etape TT.

BERTAHAP JADI LEADER

Geraint Thomas kali pertama turun di Tour de France pada 2007 bersama Tim Barloworld. Waktu itu dia finis nomor dua dari belakang. Siapa sangka dia bisa jadi juara pada 2018?

Geraint Thomas pertama kali ikut Tour de France tahun 2007 bersama Tim Barloworld.

Memang, dia awalnya tidak fokus ke road racing. Target utama di awal karirnya adalah meraih medali emas Olimpiade di arena track cycling (velodrome). Sukses meraih emas di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, baru Thomas mengalihkan perhatian ke road racing.

Track cycling (velodrome) adalah awal karier Geraint Thomas (paling kanan) dan berhasil menyabet emas di Olimpiade London 2012. 

Itu pun tidak langsung stage races (lomba multi-etape), apalagi grand tour seperti TdF. Saking fleksibel dan adaptifnya Thomas, dia sempat jadi andalan Team Sky di arena Classic, yaitu balapan-balapan one-day yang keras di awal musim, seperti Paris-Roubaix.

Ini pun hasilnya lumayan, dia sering masuk top ten dan menang satu lomba besar: E3 Harelbeke di Belgia, pada 2015.

Sambil jalan, Thomas mulai menyabet lomba-lomba multi-etape. Seperti Paris-Nice, Volta ao Algarve. Di ajang grand tour, dia masih menjadi domestique (pembantu).

“Masa percobaan” Thomas sebagai leader di ajang grand tour tidak selalu mulus. Misalnya saat di Giro d’Italia 2017, saat dia harus out karena kecelakaan. Tak heran, memasuki pekan ketiga TdF 2018, Thomas masih meragukan apakah badannya mampu terus tampil maksimal selama tiga pekan di sebuah grand tour.

Geraint Thomas membuktikan dirinya adalah pembalap tangguh saat tampil di Tour de France 2018 Etape 9 Roubaix.

Tahun ini, dia benar-benar siap. Di ajang pemanasan Criterium du Dauphine, Thomas jadi juara mengalahkan para unggulan lain seperti Romain Bardet (AG2R La Mondiale). Dan di TdF, dia mampu lebih konsisten daripada Chris Froome, yang memang lebih lelah karena baru saja bertarung hebat memenangi Giro d’Italia.

Setelah ini, Team Sky mungkin akan lebih memberi kepercayaan kepada Thomas. Entah seperti apa strategi tim ini ke depan. Siapa ke Giro d’Italia, siapa ke Tour de France, siapa ke Vuelta a Espana, dan program-program lainnya.

HIDUP SEIMBANG DI LUAR BALAPAN

Untuk bisa menjadi juara di Tour de France, plus terus disiplin menyesuaikan program untuk berbagai disiplin lomba, tentu membutuhkan kekuatan mental yang luar biasa.

Thomas kini telah membuktikan itu.

Orang-orang di sekitarnya pun mengakui itu.

Salah satu kuncinya? Bisa memblok segala gangguan di luar. Termasuk “gangguan” pemberitaan di media dan khususnya media sosial. Usai Etape 20 TdF, Thomas bilang minta maaf kepada para wartawan kalau dia tidak membaca apa yang mereka tulis. Dia lebih suka membaca berita soal rugby!

Ya, Thomas menjaga keseimbangan dengan menikmati hal-hal lain di luar sepeda. Bahkan dia tidak takut berpesta sampai larut malam, kalau tidak mengganggu program yang sudah disiapkan.

“Dia suka minum kalau memang waktunya untuk minum,” ungkap Rod Ellingworth, pelatihnya yang sekarang performance director di Team Sky. “Dan sudah beberapa kali kami harus memapahnya jalan karena minum bir terlalu banyak,” lanjutnya.

Thomas, tegas Ellingworth, “Ingin memiliki hidup yang seimbang.”

Keseimbangan ini juga dia capai dengan lokasi tempat tinggal. Saat musim balap, Thomas dan istrinya, Sara Elen, memilih tinggal di Monaco. Berdekatan dengan rekan-rekannya, seperti Chris Froome. Di sana dia bisa berlatih di kawasan selatan Prancis bersama rekan-rekan.

Saat musim balap, Geraint Thomas dan Sara akan tinggal di Monaco untuk memudahkan latihan bersepeda. Saat off season, mereka pulang kampung ke Cardiff, Welsh, Inggris Raya. 

Tapi kalau pas tidak musim balap, Thomas memilih pulang kampung ke Cardiff, Welsh, Inggris Raya. Di kota itulah dia dan istri tumbuh besar, bertemu, dan kemudian menikah pada 2015. Di sana, mereka menghabiskan banyak waktu bersama keluarga dan teman-teman yang tidak berkaitan dengan dunia sepeda.

“Dia bisa menutup diri dari dunia sepeda. Dia bisa pulang dan sama sekali tidak bicara soal sepeda. Dia bisa on dan off,” tegas Sara.

Sang istri menegaskan, bagi Thomas sepeda bukanlah segalanya, dan sejak kecil tidak pernah dipaksakan untuk sukses di dunia sepeda. Semua ini karena keinginannya sendiri.

Jadi, kalau kalah, Thomas tidak akan merasa hancur. “Apa pun yang terjadi, Geraint bisa menerima kenyataan,” pungkasnya. (mainsepeda)

PRESTASI GERAINT THOMAS

TRACK CYCLING (Velodrome)

Olimpiade Beijing 2008 - Medali emas, Team Pursuit

Olimpiade London 2012 – Medali emas, Team Pursuit

Juara Dunia Team Pursuit 2007, 2008, 2012

ROAD CYCLING

Juara Tour de France 2018 (juara 1 etape 2017, 2 etape 2018)

Juara Criterium du Dauphine 2018

Juara Paris-Nice 2016

Juara Bayern-Rundfahrt 2011, 2014

Juara Volta ao Algarve 2015, 2016

Juara Tour of the Alps 2017

Juara Nasional Road Race Inggris 2010

Juara Nasional Time Trial Inggris 2018

Juara E3 Harelbeke 2015

 Foto : Getty dan berbagai sumber

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Kolom Sehat: Lazy Time
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Ijen KOM 2024: Waspada Faktor Tuan Rumah di Men Age U29
Ijen KOM 2024: Start dari Ikon Baru, Rute Lebih Jauh
Ini Dia Enam Kafe Sepeda Keren di Indonesia
Melawan HNP dengan Hobi Sepeda