Elga Kharisma Novanda pensiun sebagai atlet dalam usia yang relatif muda. Ia memutuskan gantung helm saat berusia 27 tahun pada 2020 lalu. Kini atlet yang pernah dijuluki sebagai Ratu BMX Asia Tenggara itu menekuni karier sebagai pelatih BMX junior.  

Ditemui di sela-sela UCI Track Nations Cup 2023 di Jakarta pada Jumat (24/2), Elga menceritakan tentang keputusannya pensiun dini dan akhirnya memilih menjadi pelatih. Dia mengakui keputusan terjun sebagai pelatih terjadi begitu saja. Tetapi kini ia justru sangat menikmati profesi barunya tersebut.

“Aku dulu ingin pensiun usia 38-39 tahun dan sempat tidak akan mau jadi pelatih. Saat itu berpikir jadi pelatih itu ribet dan wah gila sih ini kerjanya. Tiba-tiba siapa yang tahu aku pensiun di usia 27 tahun karena cedera yang lumayan berat. Kemudian mengalir begitu malah sekarang semakin penasaran jadi pelatih,” ungkapnya.

Elga terakhir kali turun sebagai atlet saat UCI Track Cycling World Cup 2019 di Glasgow, Britania Raya. Keputusan pensiun itu terjadi setelah Elga menjalani operasi punggung keempatnya pada 2020 lalu. Operasi itu membutuhkan waktu pemulihan cukup lama antara 7-8 bulan.

Perempuan kelahiran Malang, 14 November 1993 itu mulai berpikir tentang kelanjutan sebagai atlet. Setelah operasi, Elga mencoba membuat program untuk dirinya sendiri. Di sisi lain, pada saat itu ia juga tidak memiliki pelatih. “Dari situ mulai penasaran. Aku juga pegang dua anak BMX juga ya meski saat itu belum spesifik mendalami soal kepelatihan,” kata Elga.

Kemudian Elga mengambil sertifikasi pelatih UCI Level 1 pada 2021. Setelah itu Elga ditawari untuk mengikuti tes dan lulus sebagai pelatih BMX untuk program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Ini merupakan program pemerintah untuk target di Olimpiade 2036 mendatang.

Elga mengungkapkan menjadi pelatih memang perlu banyak kesabaran. Apalagi ia melatih atlet junior. Saat ini Elga melatih 6 atlet yang berusia 12-15 tahun. Ia belajar untuk tidak egois dan harus mengerti kondisi atlet baik secara fisik maupun psikis.

“Aku sudah tahu beratnya jadi atlet, tekanannya, mental up and down, jadi harus ekstra sabar. Ini pengalaman yang luar biasa. Tidak mudah. Harus kontrol ego. Tadinya pas jadi atlet nama kita yang di atas, sekarang dikontrol agar menaikkan atletnya. Wah, jadi pelatih memang seberat ini ya,” ujarnya sembari tertawa.

Hal menantang lain adalah membuat program yang tepat. Elga menceritakan akan sangat penasaran jika anak didiknya tidak sesuai target. “Itu juga salah satu yang bikin stres. Ini anak kenapa? Apa yang salah dari programku? Seperti itulah,” tuturnya.

Tahun ini Elga berencana untuk mengambil sertifikasi pelatih UCI Level 2. Ia memiliki impian bisa membawa atletnya bisa bersaing di level dunia bahkan bisa tampil di Olimpiade. “Atlet-atlet ku harus bisa lebih baik dari pelatihnya,” tegasnya.

Selain menjadi pelatih atlet junior, Elga juga memiliki aktivitas lain yaitu melatih para penghobi sepeda. “Mereka yang mau upgrade performance bisa (latihan) sama aku, hahaha. Nggak bisa dibandingkan ya melatih BMX karena ini berbeda. Yang jelas kalau BMX ini memang dedikasi buat hidupku,” kata peraih tiga emas SEA Games itu. (mainsepeda)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 126

Foto: Ragil Putri Irmalia

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Samba Kawal Ganjar Pranowo Sosialisasi Pandemi Covid-19 ke Masyarakat
Ceepo Shadow-R: Lebih Cepat Pakai SideFork
Ridley Noah Fast + Look 795 Blade RS: Perlawanan Sepeda Aero Eropa
Finis Bunch Sprint, Ponnie dan Corry Berhasil Podium
Wiji dan Jasmine Kibarkan Merah Putih di Thailand
Jelang Tour of California 2019, Peter Sagan Mulai Merasa Tua
Robbie Hucker Juara ITdBI 2019 Kalahkan Ewart
UCI Rilis Jadwal Baru, Kejuaraan Dunia 2020 Tetap di Swiss
Inilah Alasan Mengapa Brompton Laris di Indonesia