Lega. Adalah satu kata yang menggambarkan perasaan Aldian Chandra Susanto setelah menuntaskan East Java Journey 2023 kategori 1.200 Km. Cyclist asal Tulungagung itu sampai di Surabaya Town Square (Sutos) pada Sabtu, 18 Maret 2023. Menjadi finisher ke-27, Aldian, sapaan akrabnya, sampai pada pukul 16.25 WIB.
Dalam perjalanan gowesnya keliling Jawa Timur, Aldian menjumpai banyak kendala. Salah satunya adalah cedera kaki lama yang tiba-tiba kambuh. Usai sampai di check point 2 di Tulungagung, Aldian merasakan sakit luar biasa.
“Bengkaknya itu makin parah karena tanjakan di daerah Pacitan hingga Trenggalek. Saat itu saya paksakan. Sebab saya punya target dan ambisi pribadi. Saya kan nggak pernah lewat rute Pacitan hingga Trenggalek. Dan ternyata seberat itu. Saat itu terlalu terburu-buru,” ungkap Aldian.
Karena itu, Aldian seperti banting setir. Seluruh strateginya berubah. Ditambah tanjakan Pacitan hingga Trenggalek yang menyiksa. Padahal, ia sudah memiliki rencana matang. Mulai dari pola istirahat, kecepatan hingga makan.
“Sampai Tulungagung hari Rabu akhirnya tidur. Padahal target awal nginep di Malang. Terus saya berpikir mau DNF. Pikiran itu datang berulang-ulang. Akhirnya pas pagi hari baru ambil keputusan, ya sudah saya lanjut. Sambil bawa painkiller. Saya pokoknya pas nanjak itu sering berhenti karena sakit. Sampai minta es batu di rumah warga,” lanjut Aldian.
Untungnya, Aldian masih konsisten menerapkan pola makan teratur. “Setiap 45 menit di atas sepeda, saya harus makan. Entah itu biskuit kemasan atau. Kalau makan berat setiap 4-5 jam. Bebas apa aja. Minumnya normal. Cuma karena kaki sakit, jadi kecepatan dan istirahatnya yang berubah,” tuturnya.
Sampai di check point tiga di Lumajang, Aldian tersalip banyak peserta yang lain. Namun ia tetap tenang dan optimis dapat finis under cut off time (COT). Hanya saja ia sadar konsekuensinya adalah menahan sakit.
“Saya istirahat di Jember, bangun lagi mikir akan DNF lagi. Karena sebelum berangkat itu saya mikir, ah ini umum lah lewat gunung biasa. Dilihat gradiennya biasa. Ternyata dijalani kok lebih susah ya,” lanjutnya.
Selama mengalami cedera, keluarga Aldian berulang kali meminta kabar. Keluarga Aldian juga memantau dari program live race tracker yang ada di East Java Journey. Audiens umum dapat memantau para peserta.
“Waktu awal sebelum ada kendala itu ditelpon, kenapa berhenti ada apa, itu kamu sama yang depan sekian kilo, belakang kilo, di-update terus saya. Sampai sini, saya langsung ngabarin orang tua,” tambah Aldian.
Ketika di Banyuwangi, Aldian menemukan semangatnya lagi. Ia menerapkan strategi baru. “Sampai di Surabaya harus sebelum gelap. Itu target saya pegang. Karena sudah mau finis, semangat saya tumbuh lagi,” ungkapnya.
Sebelum mengikuti East Java Journey 2023, Aldian sebenarnya sudah prepared-well. Ia melakukan indoor trainer. Ini juga sudah kesekian kalinya ia mengikuti kompetisi bersepeda. Ia sempat join dalam event ultra di Jawa Barat dengan jarak dan medan yang hampir sama.
“Jadi kebutuhan dan gambarannya sudah bisa diprediksi. Pengen sih lewat Pacitan-Trenggalek lagi, tetapi lebih prepare dari yang ini,” katanya.
Setelah ini Aldian ingin makan kenyang. Itung-itung sebagai self-reward karena sudah menuntaskan East Java Journey. “Mau makan enak. Mungkin kulineran di Surabaya,” tandasnya. (mainsepeda)