East Java Journey 2023 tak sekadar menghadirkan hype yang luar biasa tentang event ultra cycling. Tapi event ini juga meninggalkan inspirasi menarik dari kehadiran sosok Go Suhartono. Cyclist berusia 73 tahun yang turun di kategori 1.200 km, di kelas men pair.
Koh Hay, begitu Go Suhartono biasa disapa, akhirnya finis. Bersama pasangannya Octavian Trisna Wijaya, keduanya menuntaskan tantangan keliling Jawa Timur selama lima hari. Sepeda Koh Hay-Okta menyentuh finis tepat pukul 23:32:24. Sabtu 18 Maret 2023.
Sebenarnya Koh Hay bisa meraih catatan yang lebih baik. Di beberapa segmen di sepanjang rute East Java Journey 2023, Koh Hay sempat unggul dari peserta lain. Itu bisa disimak dari race tracker. Terutama di hari pertama hingga kedua. Pun di hari keempat dalam perjalanan menuju ke check point (CP) 4, Koh Hay masih membuktikan ia bukan sebagai pelengkap.
Di hari pertama bahkan Koh Hay sempat meninggalkan jauh pasangannya menuju CP 1 di Kota Madiun. Koh Hay juga jauh lebih tangguh ketimbang peserta-peserta yang memutuskan “udahan” setelah CP 2. Pun demikian ketika Koh Hay memasuki check point terakhir. CP 4 di Banyuwangi.
Saat itu Koh Hay dan Octavian Trisna tiba di CP 4, Jumat (17/3) pukul 20:51 WIB. Keduanya jauh lebih cepat ketimbang Bayu Lukman dan Ronny Al Faizal. Setibanya di CP 4 Kho Hay langsung disambut hangat para pesepeda di Banyuwangi.
Pada pagi harinya, banyak orang memprediksi Koh Hay bakal tiba di CP 4 pada Sabtu (18/3). Tentu prediksi tersebut tidak luput dari usia Koh Hay yang sudah terlalu senja untuk mengikuti event gila ini. Ia pasti butuh istirahat lebih.
“Kalau Koh Hay paling sampai sini besok (sabtu) pagi atau subuh mas, malam pasti dia istirahat,” kata Fauzi mekanik yang berjaga di check poin 4 kepada beberapa orang yang datang pada Jumat pagi.
Ternyata prediksi itu salah. Koh Hay datang lebih cepat. Jumat 17 Maret 2022 pukul 20:51:30. Wajah Koh Hay tak terlihat letih. Bahkan ia dengan senang hati melayani ajakan foto dan menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan masyarakat yang menunggunya di CP 4.
“Ya lumayan tadi waktu lewat jalan kecil dan gelap (sekitar Kilometer 940). Lampunya sampai dobel dua, soalnya kan kondisi sudah tua. Apalagi waktu lewat turunan lahar dingin Semeru, waduh nuntun itu. Enggak kuat,” kata Koh Hay, lantas tertawa.
Koh Hay sempat mendapat penanganan dari tim fisioterapi yang bertugas di CP 4 sebelum lanjut menuju penginapan. Koh Hay beristirahat di Banyuwangi sebelum melanjutkan perjalanan ke finis, Sabtu (18/3) pagi.
Menariknya, sepanjang perjalanan menaklukkan East Java Journey 2023, Koh Hay tanpa bantuan GPS. Sebab Koh Hay sudah kesulitan membaca GPS. Jadi sangat istimewa ketika Koh Hay beberapa kali meninggalkan pasangannya Octavian jauh di belakang. Padahal Octa -begitu ia disapa- tugasnya sebenarnya memandu Koh Hay.
Kedatangan Koh Hay dan Octavian menjadi hiburan puncak di East Java Journey 2023. Banyak orang sudah menantinya di Surabaya Town Square (Sutos) sejak Koh Hay belum masuk kota Sidoarjo. Pasangan ini pun tiba pukul 22:47 WIB.
Lengkap dan selesai sudah perjalanan Koh Hay membelah Jawa Timur. Lajunya memang lambat. Tak secepat yang lainnya. Tapi, keberhasilannya melewati garis finis adalah bukti bahwa Koh Hay mampu menyelesaikan tanggung jawab apa yang sudah ia mulai.
Kedatangan keduanya sekaligus menutup cerita perjalanan para peserta 1.200 Km yang berhasil tiba lebih dulu, dari pada peserta 600 Km. Terlebih keduanya tiba jauh sebelum cut of time (COT) yang ditentukan, yakni Minggu (19/3) pukul 18.00.(mainsepeda)
Inspirasi menarik dari Koh Hay lainnya bisa Anda saksikan di podcastnya bersama Dahlan Iskan berikut ini