Inilah finis paling epik di East Java Journey 2023 kategori 600 Km. Ketika Krisnanto Prasojo menyudahi perjuangannya menaklukkan East Java Journey 2023 di Surabaya Town Square (Sutos), Minggu (19/3) dini hari pukul 02.05 WIB. Ia melintasi garis finis nuntun.
Krisnanto mengalami ban bocor sejak melintasi Kebun Binatang Surabaya (KBS). Jarak KBS ke Sutos itu memang hanya 1 km. Tapi bayangkan nuntun 1 km setelah berjuang gowes sejauh 600 Km dan hanya ditempuh tidak sampai dua hari. Perih.
Wajah Krisnanto tampak begitu gembira ketika berhasil finis. Yang menunggu di Sutos pun haru dengan perjuangan Krisnanto. Apalagi mereka yang tahu perjuangan Krisnanto melalui live race tracker.
Krisnanto memang berjuang menjadi yang terdepan di event ini. Meskipun kategori 600 Km bukan kompetitif, namun Krisnanto berupaya maksimal bisa finis secepatnya. Itu terlihat di tracker bagaimana jarang sekali berhenti dan terus memimpin hingga sebelum CP 2.
Krisnanto memimpin dari check point (CP) 1 menuju Pacitan. Ia sempat saling menyalip dengan Ivo Ananda dan suaminya Azrul Ananda, sebelum pasutri itu memilih istirahat hari pertama di Pacitan.
Ketika Azrul-Ivo dan pesepeda lainnya istirahat di Pacitan, Krisnanto bablas. Seolah tak terkejar menuju Pantai Sogeh. Ia memilih istirahat di sekitar Pantai Sogeh sebelum akhirnya bablas menunju check point 2.
Di sinilah kekacauan mulai terjadi. Krisnanto sempat kecelakaan di turunan. Babras. Ia paksakan sampai CP 2 dan mendapatkan perawatan di sana. Ini yang membuatnya tak lagi jadi pemimpin di kategori 600 Km.
Apes tak berhenti di situ. ketika melaju menuju check point 3 di Kediri, ada masalah di cyclocom Krisnanto. Ia kesulitan membaca map. “Banyak banget kendalanya, saya sampai heran. Ada aja cobaannya. Jatuh, terus cyclocom jadi error sendiri. Padahal di East Java Journey 2023 ini saya punya persiapan matang, lho. Saya bahkan menyiapkan event ini lebih proper ketimbang event lain,” kata Krisnanto.
Saat mengalami bocor ban di dekat KBS, Krisnanto dalam fase menyerah. Ia putuskan DNF (did not finish). Tapi semangat sang istri membuatnya bangkit. “Saya tertinggal jauh. Saya sempat bilang ke istri buat enggak finis aja. Terus dia bilangnya tanggung, tinggal segitu aja kok DNF,” terangnya.
Sebenarnya Krisnanto sudah terpikirkan DNF sejak melaju ke check point 3 di Kediri. Di sana luka-lukanya semakin perih. Apalagi ia kesulitan menempatkan posisi tangan. Tapi niat menyerah itu ia buang jauh-jauh.
Krisnanto seharusnya bisa mengikuti East Java Journey kategori 1.200 Km, namun istrinya tak memberi izin. “Karena istri belum memberi izin, jadi saya daftar 600 Km dulu. Nanti kalau bisa pindah ke 1.200 Km ya saya pindah saja. Saya menunggu sampai menit-menit terakhir, tapi dia (istri) bilang harusnya sudah bersyukur dapat izin yang 600 Km, kenapa pindah ke 1.200 Km,” ujarnya sembari tertawa.
Krisnanto berupaya menjadi yang terdepan di 600 Km sebenarnya juga untuk pembuktian ke istri bahwa ia harus “naik kelas” tahun depan untuk ikut 1.200 Km.
“Sebenarnya ingin membuktikan kalau ini lho saya bisa. Cek ombak gitu buat ikut tahun berikutnya. Tapi gara-gara banyak musibah di jalan, mungkin istri tetap gak ngizini,” candanya.
Krisnanto mengapresiasi betul beberapa fasilitas yang diberikan panitia selama mengikuti East Java Journey 2023. “Event ini keren. Ada fasilitas di check point-nya. Fasilitas itu yang bikin event-event sejenis ketinggalan,” ucapnya sambil membawa bungkusan nasi yang dibawa sambil nuntut ke garis finis.(mainsepeda)