East Java Journey 2023 memberikan pengalaman seru bagi para peserta. Salah satunya adalah Amien Karim. Cyclist asal Jakarta tersebut mengantongi serangkaian momen tak terlupakan. Karim, sapaannya, berhasil menuntaskan 600 km di bawah cut off time (COT).
Karim finis di Wdnsdy Cafe di Townsquare Surabaya pada Minggu (19 /3) tepat pukul 15:51:9 WIB. Ia menjadi finisher urutan ke-28. “Yang pertama sih bangga. Saya bisa menyelesaikan rute 600 Km. Yang sebelumnya mikir nggak mungkin. Ternyata bisa di event ultra ketiga dan paling jauh,” ungkap Karim.
Setelah East Java Journey 600 km, Karim masih memikirkan masa depan hobinya. Ia sebenarnya tertantang untuk gowes dengan jarak yang lebih jauh. Namun, Karim adalah pesepeda yang lebih menikmati ultra cycling. Ia ingin setiap momen dalam perjalanannya tak terlalu cepat.
“Pertanyaan itu juga muncul di saya. Kemanakah saya membawa diri sendiri? Kalau 1.000 kilometer, nambahnya jauh banget, kalau 1.200 kilometer malah dua kali lipat. Tapi pasti akan mencoba hal baru untuk men-challenge diri sendiri. Mungkin di orang-orang sekitar saya, bisa jadi benchmark,” kata Karim.
Karena tak berniat kebut-kebutan, tak ada strategi khusus yang diterapkan oleh Karim. Ia tak pernah punya rencana harus istirahat dan berhenti di lokasi tertentu. Hanya saja, menurut Karim, seorang pesepeda harus tidur dengan baik. “Karena dengan istirahat full recovery, bisa memengaruhi performa hari besoknya. Kalau tidurnya nggak oke, besoknya pasti berantakan,” tuturnya.
Namun yang pasti, Karim berniat melahap habis dan push tanpa henti di hari pertama. Itu karena ia berniat untuk menyelesaikan sisanya dengan lebih santai. “Tetapi ternyata mengatur ritme dan tenaga yang kita punya susah sekali. Mungkin salah satu harus latihan sepeda setiap hari, tapi gimana caranya tidurnya bisa pendek tapi bangun fresh,” jelas Karim.
Karena ngegas di awal, performa Karim turun drastis di hari berikutnya. Hingga mempengaruhi seluruh aktivitas bersepedanya dalam East Java Journey 2023. “Hari kedua sampai deg-degan nggak bisa sampai CP. Untungnya, hari ketiga performa sudah oke,” tutur Karim
Pasalnya, dibanding event ultra yang ia ikuti, Karim mengaku East Java Journey 2023 cenderung variatif. Mulai dari yang mulus hingga yang belum terbentuk, semuanya paket lengkap. Sehingga harus memiliki pandangan awal sejak dini. “Ada salah satu rute di Wonosalam itu nggak bisa digowes. Kalau panorama itu semua bagus, Pantai Soge istimewa,” katanya.
Di Madiun, Karim sempat bertemu banyak kawan gowes lokal. Mereka menyapa dan support. Bahkan, Karim merasa seperti selebritas anyar.
“Ada orang yang menyebutkan nama. Mereka menyapa, tapi saya nggak kenal itu siapa. Terus saya baru sadar kalau ada tracker kan ya. Seru sih, saya jadi tahu sekarang rasanya jadi seperti Tadej Pogacar. Mungkin begitu kali ya, kalau Pogacar ketemu orang-orang nggak dikenal,” tambahnya.
Karim tak jarang membuat video untuk warga lokal yang menyapanya. Kembali pada niat, Karim mengerjakan East Java Journey 2023 dengan penuh canda dan tawa. “Mungkin stories saya paling banyak, saya per jarak 20 kilometer bikin. Kalau soal warga yang nyapa mungkin mereka merasa daerahnya dilalui East Java Journey 2023 itu menjadi sebuah kebanggaan,” tuturnya (mainsepeda).