Ski jumper adalah sebutan untuk atlet yang menekuni olahraga ski jumping (lompat ski). Olahraga ini mungkin agak asing terdengar di Indonesia. Maklum, tidak ada salju di Indonesia yang bisa digunakan untuk melakukan olahraga ski jumping.
Namun jika menyebut nama Primoz Roglic (Jumbo-Visma) banyak orang Indonesia mungkin mengenalnya. Terutama para penggemar olahraga balap sepeda.
Ya, nama Roglic menjadi perbincangan awal pekan ini karena ia berhasil menjadi juara Giro d'Italia 2023. Ia "menyalip" di saat yang tepat. Merebut pimpinan klasemen general classification (GC) yang sebelumnya dikuasai Geraint Thomas, pembalap Ineos Grenadiers.
Ternyata, keberhasilan Roglic mengalahkan Thomas bukan karena kebetulan. Juga bukan sekadar ia kuat. Tapi Roglic menyalip Thomas di saat yang tepat. Saat di mana ia hafal betul medan yang dilalui. Yakni rute tanjakan Tarvisio ke Monte Lussari yang ada di etape ke-20.
Roglic melalui etape tersebut dengan penuh perjuangan. Ia sempat mengalami masalah teknis karena rantainya jatuh di kilometer terakhir. Memaksanya untuk berganti sepeda.
Baca Juga: Menangi Etape 20 Giro d’Italia, Primoz Roglic Rebut GC dari Geraint Thomas
Roglic sangat hafal rute itu karena pengalamannya menjadi sky jumper. Sebelum Giro, Roglic sempat mendaki kembali ke Monte Lusari. Bukan untuk berlaga di ajang lompat ski. Tapi ia mengecek rute untuk memastikan bagaimana mengalahkan lawan-lawanya di segmen Monte Lusari.
Roglic menekuni olahraga ski jumping sejak muda. Roglic sejak kecil tumbuh di Kisovec, sebuah desa pertambangan tua di Slovenia. Ia merupakan anak tunggal. Ayahnya mantan penambang, ibunya ibu rumah tangga.
Ketika Roglic kecil, olahraga bersepeda belum mendapat sorotan. Anak-anak kecil terobsesi menjadi atlet ski. Apalagi di Slovenia ada tempat ski termasyur, Bukit Planica.
Roglic memang cocok menjadi atlet ski. Apalagi ia punya tubuh yang ramping karena Roglic memang menjaga berat badannya.
Awal menjadi atlet ski muda, Roglic mengambil bagian dalam kompetisi FIS (federasi ski internasional) pertamanya pada 2003. Saat itu ia baru berusia 13 tahun.
Prestasi Roglic pun gemilang, ia pernah meraih dua kemenangan FIS Continental Cup. Juga memenangkan perak sebagai bagian dari tim Slovenia di Kejuaraan Ski Dunia Junior Nordik 2006 di Kranj. Sebelum akhirnya ia meraih emas di tahun berikutnya, di Planica.
Pada 2007, di usia 17 tahun, dia menjadi juara dunia junior ski jumping. Bagi yang tidak familiar, ini adalah olahraga yang cukup menyeramkan. Seorang atlet berdiri di puncak begitu tinggi, lalu seluncur cepat dan “terbang” setinggi sebaik mungkin untuk mendarat sejauh mungkin. Rekor pribadinya diraih pada 2011, melompat sejauh 183 meter!
Karier Roglic di ski mendadak berhenti ketika ia mengalami kecelakaan. Saat itu Roglic diterbangkan ke rumah sakit dalam kondisi tak sadarkan diri setelah menabrak Planica. Kejadian itu beberapa minggu setelah Kejuaraan Ski Dunia yang dihelat pada 2007.
Untung Roglic bisa lolos dari cedera serius. Tapi ia memilih tak melanjutkan lompat ski pada Januari 2011. Ketika ia mengikuti kompetisi terakhirnya pada usia 21 tahun.
Setelah kecelakaan itu, Roglic kemudian berpindah haluan. Ia memilih menjadi atlet sepeda.
Karier Roglic di sepeda bisa saja kembali drop. Mengingat musim lalu, Primoz Roglic sempat mengalami kecelakaan musim yang sekaligus mengakhiri kesempatannya balapan di Tour de France dan Vuelta a Espana.
Saat itu Roglic menjalani operasi bahu. Membuatnya harus absen selama musim dingin. Akhirnya timnya Jumbo-Visma memutuskan Roglic memimpin balapan di Giro d’Italia 2023. Dan berkahir manis.
“Primoz sudah berbicara dengan tim mengenai Individual Time Trial (ITT) sejak musim dingin. Dan sejak itu saya tidak tahu berapa kali ia berlatih, dan hari ini ia sangat yakin bisa melakukannya, dia benar-benar percaya diri bisa merebut jersey pink dari Geraint Thomas,” ujar Sporting Director Jumbo-Visma Mark Reef, dilansir dari Cyclingnews.
Baca Juga: Primoz Roglic: Dari Juara Dunia Ski Jumping ke Juara Vuelta a Espana
Di Monte Lussari, kemenangan Roglic memang disambut sorakan meriah dari para fansnya. Warga Slovenia berbondong-bondong rela menyeberang ke Italia hanya memberi semangat kepada Roglic. Warga Slovenia rela melewati perbatasan menuju wilayah Italia hanya untuk mendukung Roglic.
“Saya pikir dukungan itu memiliki peran yang sangat besar. Anda bisa melihat orang berteriak dan melempar topi mereka untuk mendukung Primoz. Primoz terlihat sangat emosional ketika melihat hal tersebut, dan itulah sepertinya yang memberikan dorongan besar untuk Roglic,” tutup Reef.
Sebelunya, pada Tour de France 2017, Roglic menjadi orang Slovenia pertama yang memenangkan etape. Lalu, pada September 2019, ia memenangkan general classification Vuelta a Espana. Sekaligus mengantarkannya menjadi orang Slovenia pertama yang memenangkan kompetisi GrandTour.
Ia juga memenangkan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 di nomor Individual Time Trial (ITT) putra. Kemudian memenangkan Vuelta ketiganya secara beruntun dan menjadi pembalap ketiga yang melakukannya sepanjang sejarah. Pada 2023, ia memenangkan Giro d'Italia edisi ke-106 dan menjadi pembalap Slovenia pertama yang memenangkan Giro.(mainsepeda)
Jangan lupa tonton podcast mainsepeda episode 133