Tulisan ini adalah kenangan Mainsepeda bersama coach Sonny Wahjudi. Wawancara dilakukan sesaat setelah tuntasnya event Antangin Bromo KOM Challenge 2023, Juni 2023 silam. 

----

Banyak cerita menarik terselip di antara 1.600 peserta Antangin Bromo KOM Challenge 2023 kemarin. Cerita soal dedikasi, loyalitas, dan kejujuran dari sosok Sonny Wahjudi misalnya. Cyclist asal Mozia Loop itu adalah peserta di kategori Men Age 55-59.

Sonny memang tidak finis di Antangin Bromo KOM Challenge 2023. Dan memang bukan cerita soal kekuatan nanjak di Bromo KOM yang menarik dari sosok Sonny.

Sonny sebenarnya masuk finis sebelum cut off time (COT). Catatan waktu Sonny di finis sebenarnya menempatkannya di urutan ke-10 untuk kategori Men Age 55-59.

Tapi, Sonny mengilhami slogan Komisi Pemberantasan Korupsi: Berani Jujur Hebat! 

Ya, Sonny dengan jujur mengatakan pada panitia bahwa ia layak didiskualifikasi karena sempat loading menggunakan motor ketika di Puspo. Bahkan, Sonny juga mengonfirmasi namanya tidak layak masuk 10 besar klasemen Bromo KOM.

Sonny memutuskan sempat loading karena memang ada kesehatan yang tidak bisa saya paksakan. “Tapi saya ingin coba terus bisa tidak finis. Akhirnya bisa. Tapi saya sudah bilang panitia yang mengalungi medali finisher bahwa saya termasuk diskualifikasi. Saya harus jujur karena kasihan teman-teman yang berada di posisi ke 11 dan seterusnya,” terang Sonny.

Ternyata belakangan ini Sonny memang memiliki masalah kesehatan. Ia menderita kanker prostat sejak 2019. Tapi Sonny tak mau penyakitnya itu menghentikannya bersepeda. Juga menghentikannya berbagi ilmu dengan menjadi coach di Mozia Loop. 

Awal Sonny mulai merasakan ada yang tidak beres di dalam tubuhnya adalah ketika November 2019. Saat itu Sonny merasa tidak bisa buang air kecil. Akhirnya ia harus ke rumah sakit. Di situlah akhirnya terdeteksi bahwa Sonny menderita kanker prostat.

“Awalnya saya kesusahan buang air kecil, dan ketika dibawa ke rumah sakit dan dilakukan cek, ternyata saya terkena kanker prostat,” kenangnya.

Sonny sempat berpikir tidak melakukan operasi pengangkatan kanker. Salah satunya karena keterbatasan biaya. Akhirnya murid Sonny di Mozia mendengar kabar ini. Mereka berinisiatif menggalang dana untuk coach kesayangan mereka.

Sekadar diketahui, Sonny selama ini mendedikasikan diri sebagai coach di Mozia Loop sejak 2016. Sudah banyak pesepeda yang pernah belajar dari Sonny. Untuk urusan ini, Sonny sama sekali tak mematok biaya. Gratis!

“Saya sangat terenyuh ketika murid-murid saya menggalang dana. Dana yang dikumpulkan sangat besar sehingga pengobatan saya sampai hari ini semuanya berasal dari dana yang dikumpulkan oleh murid-murid saya di Mozia,” terang Sonny.

Masalah kesehatan itu juga tidak menghalangi Sonny untuk tetap mengikuti Bromo KOM tahun ini. Sonny berusaha menuntaskan Bromo walaupun kondisi kankernya semakin memburuk karena sudah menyebar hingga ke tulang belakang.

Kondisi Sonny kian memburuk pada Desember lalu karena dia harus mengkonsumsi obat dengan dosis yang lebih tinggi. Efek obat inilah yang menyebabkan kondisi tubuh Sonny kian menurun. Obat ini juga mempengaruhi daya tahan tubuh Sonny.

Sonny tak ingin sekedar ikut-ikutan Bromo KOM. Ketika merasa mampu, Sonny coba melanjutkan tantangan Bromo KOM dengan gowes lagi sampai finis. Namun karena kondisi fisik yang sudah tidak mampu, akhirnya ia memutuskan loading menggunakan motor.

Di sela-sela treatment yang dijalani, Sonny juga tak mau berhenti melatih. Selama ini Sonny membagi kelasnya menjadi dua, yaitu beginner dan advanced. Sonny tidak membedakan kelasnya berdasarkan gender karena menganganggap tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Sonny sangat dihargai dan dicintai murid-muridnya di Mozia Loop. Bahkan berkat dedikasinya, sampai salah satu nama jembatan yang biasa digunakan anak-anak Mozia berkumpul diberi nama Sonny Wahjudi.

“Saya sangat terharu ketika nama jembatan itu tertulis nama saya,” ujar Sonny.

Motivasi Sonny melatih hanya ingin melihat orang-orang yang baru bersepeda tidak salah dan ngawur. "Saya hanya ingin terus bisa melakukan hal positif selama hidup. Jadi di sela-sela treatment kanker saya putuskan tetap melatih. Selama saya masih bisa gowes, saya akan terus mengajar,” ujar Sonny.

Event-event Mainsepeda, termasuk Bromo KOM Challenge, bukan hal baru bagi Sonny. Tercatat ia sudah enam kali ikut Bromo KOM Challenge.

Rute Bromo juga sebenarnya hal yang asing bagi Sonny. Sebab ia sempat tinggal di Malang, sebelum pindah ke Jakarta pada 2015 karena pekerjaan.

“Kalau saya itung-itung jersey Bromo KOM saya sudah punya enam buah. Bagi saya Bromo itu bukan rute yang asing. Dulu ketika tinggal di Malang saya sering gowes bareng teman-teman ke Bromo,” kenangnya.

Ketika masih di Malang, Sonny pernah bergabung dengan Ratjoen CC dan Ijen Cycling Club. Bahkan bisa dibilang Sonny juga salah satu anggota awal Ratjoen CC yang kini menjelma menjadi salah satu komunitas sepeda terbesar di Indonesia itu. Semoga lekas sembuh Om Sonny!(mainsepeda)

Jangan lupa saksian Podcast Mainsepeda terbaru

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
1500 EJJ 2024 Update – Hour 31: Semua Peserta Tersisa Diprediksi Capai CP 1 Under COT
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Sepeda Aero Merek Java Ini Bisa Dilipat
SRAM Force eTap AXS: Sedikit Lebih Berat, Jauh Lebih Murah
Shimano GRX, Grupset Khusus untuk Gravel Bike
Kapolri Berharap Ayu Meraih Prestasi Lebih Tinggi